Rabu, 18 Februari 2009

Praktek Hedonis Dalam Gereja Tuhan


Praktek Hedonis Dalam Gereja Tuhan

Perilaku hedonis tidak hanya terjadi pada remaja Kristen saja, akan tetapi perilaku-perilaku yang telah dipaparkan di atas juga banyak telah merasuki kaum dewasa didalam gereja Tuhan pada saat ini. Selain perilaku-perilaku yang dipaparkan di atas, ada juga diantara mereka dalam kehidupan dalam berjemaat memberikan atu indikasi bahwa mereka sedang mengikuti praktek hedonisme

Pdt. Ir. Leonard. Limato. MA, dalam tabloid rorani Bahana mengatakan,

“Banyak jemaat Tuhan saat ini yang tidak mempunyai gereja tetap. Mereka setiap minggu berkunjung ke gereja satu dan yang lain guna mencari pengkhotbah yang bagus, musik dan fasilitas yang bagus. Hal ini guna mencari kenikmatan diri sendiri dan memuaskan keinginan.”

Gaya hidup berjemaat seperti bisa dikatakan gaya hidup hedonis yang mau mencari kesenangan dan kenikmatan. Orang-orang seperti ini tidak mau ada satu ikatan dan peraturan-peraturan yang mengekang mereka. Dalam hal ini mereka mengambil kesempatan untuk berpindah-pindah gereja sesuai dengan kemauan mereka untuk mencari kebebasan. Banyak yang mengatakan bahwa di saat jenuh maka datanglah ke gereja supaya bisa bertemu artis dan pengkhotbah terkenal.

Rasul Paulus dalam 2 Timotius 3:1-2, menjelaskan bahwa keadaan manuisa akhir zaman lebih mencintai diri sendiri. Mereka tidak pernah mempedulikan orang lain. Apalagi dalam pelayanan penjangkauan diluar gereja. Disinyalir banyak gereja disibukkan dengan program-program acara yang bersifat entertain dengan motif pelayanan tetapi kenyataannya mencari keuntungan (profit).

Sebaliknya dewasa ini, semakin banyak pendeta atau hamba Tuhan yang hidupnya seperti hedonis. Abraham Maslow mengatakan, “Semakin tinggi penghasilan seseorang, semakin tinggi juga jenjang kehidupannya. Dan ini memberikan tawaran kepadanya untuk hidup dalam kesenangan pribadi tanpa memikirkan orang lain.”

Orang luar memang menyaksikan bahwa pendeta terkenal identik dengan pola hidup mewah. Setiap mereka diundang pelayanan di luar daerah naik pesawat (bahkan executive class), menginap di hotel berbintang. Pakaian mereka pun mulai dari hem, dasi, jas atau jahitan boutique dan taylor papan atas.

Jika melihat kehidupan hamba Tuhan kota dan desa maka dapat diketahui bahwa betapa besar kesenjangan dalam taraf hidup maupun gaya hidup mereka.

1 komentar:

  1. Posting yang bagus pak...untuk saat ini pendapat bapak "Disinyalir banyak gereja disibukkan dengan program-program acara yang bersifat entertain dengan motif pelayanan tetapi kenyataannya mencari keuntungan (profit)." itu memang benar pak, dan memang banyak sekali ditemukan....bukan hanya orang2 yang gemar berpindah-pindah gereja, tapi sekarang justru jemaat yang sudah menetap dan pendeta yang memimpin secara tetap terjebak pola hidup hedonism ini tanpa disadari, hari-hari kebaktian hanya untuk entertain bukan lagi untuk berbakti bersama-sama, motifnya pun sudah tidak tepat, maka bisa diperkirakan hasilnyapun tidak mengena......salam dari saya pak.

    BalasHapus