Senin, 23 Februari 2009

Bagaimanapun Juga

Bagaimanapun Juga

Orang itu tidak masuk akal, tidak logis dan egois…. Bagaimanapun juga, kasihihilah mereka.

Jika anda baik hati, orang-orang mungkin menuduh anda mempunyai maksud tersembunyi yang egois…. Bagaimanapun juga, berbaik hatilah

Jika anda sukses, anda akan memenagkan teman-teman palsu dan musuh yang sebenarnya…. Bagaimanapun juga, sukseslah

Kebaikan yang anda lakukan hari ini akan dilupakan esok hari…. Bagaimanapun juga, berbuat baiklah

Kejujuran dan keterusterangan akan membuat anda mudah diserang…. Bagaimanapun juga, tetaplah berlaku jujur dan terus terang

Waktu yang anda habiskan bertahun-tahun untuk membangun sesuatu mungkin akan dihancurkan dalam waktu semalam…. Bagaimanapun juga, tetaplah membangun

Orang-orang membutuhkan bantuan tetapi mungkin menyerang anda jika anda berusaha untuk membantu mereka…. Bagaimanapun juga, bantulah mereka

Dari sebuah tenda di Tembok Shishu Bhavan
Sebuah rumah penampungan anak-anak di Calcuta

Rabu, 18 Februari 2009

DOSA YANG BERBAHAYA?


DOSA YANG BERBAHAYA?

Yakobus 4 : 6, Kolose 3 : 12

Apa itu dosa yang berbahaya?? Blaise Pascal dalam salah satu ungkapannya pernah berkata: “Ada dua macam manusia, yang pertama adalah orang benar yang merasa dirinya berdosa, dan macam yang kedua adalah orang berdosa yang merasa dirinya benar.” Kalau kita renungkan, tentu macam orang yang pertama tidaklah menjadi masalah bagi kita, memang sudah seharusnya kita menyadari bahwa kita adalah orang-orang berdosa. Tetapi macam orang yang kedua, jelas berbahaya, ini adalah golongan orang yang membesar-besarkan diri secara keterlaluan, bahkan melebihi dari nilai diri yang sebenarnya. Dengan kata lain sebenarnya kita bisa menyebut yang pertama sebagai orang yang rendah hati, dan yang kedua sebagai orang yang sombong.

Setiap orang dapat memiliki sikap sombong. Dan yang lebih ‘parah’ adalah bahwa kesombongan merupakan kecenderungan terbesar yang sering menggoda seseorang untuk melakukannya. Dan hal ini pun dapat terjadi pada anak-anak Tuhan, dan harus disadari bahwa “Kesombongan merupakan dosa yang sangat berbahaya, karena itu kita harus berupaya untuk memerangi dan menjauhinya.” Firman Tuhan mengajarkan kita untuk melihat beberapa hal penting tentang dosa kesombongan ini:

  1. Mengapa kesombongan merupakan dosa yang berbahaya?

Yang Pertama: Karena kesombongan ditentang oleh Allah (Yakobus 4: 6, Amsal 16:5b).

Surat Yakobus yang penuh dengan teguran dan peringatan bagi orang-orang Kristen menentang akan kecongkakan, ayat ini perlu kita cermati dalam konteks yang tepat, yaitu bahwa pada pasal 4 ini Yakobus sedang bicara tentang persahabatan dengan dunia yang ditentangnya, kemudian ia mengontraskannya dengan kasih karunia Allah yang besar, baru ia mengutip tentang orang congkak dan orang rendah hati. Jelaslah bahwa “Tidak ada seorang manusia pun yang berhak menjadi sombong ketika harus berhadapan dengan kasih karunia Allah yang demikian besar.” Dan orang yang demikian memang ditolak Allah.

Kata ‘congkak’ dalam Yakobus 4:6 sebenarnya menyatakan orang yang menganggap dirinya lebih tinggi daripada orang lain, ini tentunya merupakan pelanggaran terhadap Allah maupun manusia. Dan memang Firman Tuhan cukup sering berbicara dengan keras terhadap sikap congkak ini, misalnya: “Aku benci kepada kesombongan” (Amsal 8:13); “Orang yang sombong dan tinggi hati, aku tidak suka” (Mazmur 101:5); “Setiap orang yang tinggi hati adalah kekejian bagi Tuhan” (Amsal 16:5a). Sepertinya tidak diperlukan kata-kata yang lebih banyak untuk menyatakan kebencian, perasaan muak, dan antipati Allah terhadap kesombongan, kecongkakan, dan tinggi hati. Semua itu adalah kekejian bagi Allah.

Kecongkakan tidak lain merupakan ‘pendewaan terhadap diri sendiri’, di mana seseorang menganggap dirinya lebih tinggi daripada yang sepatutnya. Ia mengangkat dirinya kepada kehormatan yang menjadi milik Allah. Pengagungan dan kemuliaan yang seharusnya ditujukan hanya kepada Allah saja, telah dialihkan pada pengagungan dan kemuliaan terhadap diri sendiri. Dan ini jelas adalah sikap yang menunjukkan suatu perlawanan terhadap Allah.

Ketika di dalam diri seseorang muncul sikap sombong, angkuh, maka ia tidak lagi akan bergantung sepenuhnya kepada Allah atau bahkan tidak sama sekali. Kesombongan membuat seseorang merasa dirinya seolah-olah ‘bebas’ dari Allah. Bukankah hal seperti ini pula yang pernah terjadi pada Adam, yang menjadi sebab utama dosanya. Dia bukannya bergantung pada Allah, melainkan ia ingin menjadi sama seperti Allah. Sikap seperti demikian juga berarti ‘merendahkan’ Allah, karena menganggap diri mampu menyamai Allah.

Yang Kedua “Mengapa kesombongan merupakan dosa yang berbahaya”: Karena kesombongan mendatangkan kehancuran bagi pelakunya (Amsal 16:18, Amsal 16:5b).

Jika kita lihat dalam Amsal 6:16-17, maka kita akan menemukan kata ‘kesombongan’ pada urutan pertama dari 7 perkara yang menjadi kekejian hati Tuhan. Penempatan kata ‘kesombongan’ pada urutan pertama dari 7 dosa yang disebutkan dalam Amsal 6:16-17 tersebut, jika kita lihat kaitannya dalam frasa “kecongkakan mendahului kehancuran” yang terdapat dalam Amsal 16:18, maka dapat kita katakan bahwa ‘kecongkakan adalah keadaan mental atau moral yang mendahului hampir semua dosa-dosa lain, yang pada akhirnya membawa kepada satu kehancuran. Memang kita tidak dapat mengatakan bahwa secara mutlak semua dosa disebabkan atau bermula dari kesombongan, tapi kita dapat mengatakan bahwa ‘kesombongan dapat berlanjut pada tindakan-tindakan lain yang merupakan suatu dosa; misalnya mengucapkan dusta sebagai dukungan untuk menyombongkan diri, dengan maksud merendahkan orang lain, yang dengan demikian pada akhirnya menimbulkan perselisihan dengan sesama.

Dari beberapa peristiwa yang dicatat dalam Alkitab mengenai dosa kesombongan, kita dapat melihat betapa ‘tegas dan keras’ tindakan yang Allah lakukan untuk menentang dosa tersebut. Akibat yang dialami pelakunya benar-benar mendatangkan kehancuran. Malaikat Lucifer diusir dari surga bukan karena ia mabuk-mabukkan atau berbuat sesuatu yang asusila, melainkan karena ia ingin menyamai dirinya dengan Yang Mahatinggi, bahkan lebih tinggi daripada Allah. Dan akibatnya dia diusir dari surga.

Tindakan atau hukuman Allah terhadap orang-orang yang sombong, tidak berhenti pada kisah kejatuhan Lucifer. Kita masih bisa melihat beberapa peristiwa lain yang tercatat di Alkitab mengenai hukuman atas dosa kesombongan atau kecongkakan. Misalnya: Kita tentu ingat dengan baik apa yang menyebabkan keruntuhan menara babel (Kejadian 11:1-9), tidak lain adalah karena keinginan dari orang-orang pada waktu itu untuk mencari nama, yang sama artinya dengan menyombongkan diri; Juga Nebukadnezar yang karena kesombongannya dihukum oleh Allah dengan cara dihalau dari kerajaannya dan hidup seperti binatang. Semua itu ia alami selama 7 masa, sampai pada akhirnya ia mengakui bahwa Yang Mahatinggi berkuasa atas segala sesuatu (Daniel 4:28-37); belum lagi Raja Herodes, yang karena keangkuhannya, ditampar oleh malaikat Tuhan sehingga ia mati dan dimakan cacing-cacing (Kisah Rasul 12:22-23).

Allah membenci orang yang membesar-besarkan diri secara berlebihan, melebihi dari nilai yang sebenarnya, Allah menentang orang yang sombong dan Allah akan menghukumnya.

Kurang lebih 88 tahun yang lalu, tepatnya pada tanggal 15 April 1912, sebuah kapal pesiar dengan panjang 265 meter, lebar 28 meter, dan tinggi 52,2 meter, dengan memuat penumpang 1500 orang, berlayar di sepanjang lautan atlantik. Kapal ini begitu megah dengan berbagai fasilitas yang luar biasa. Dapat dipastikan kapal ini juga dirancang sedemikian rupa dan dengan peralatan yang kuat. Menyadari akan kehebatan kapal ini, sampai-sampai seorang perancang kapal tersebut berkata: “Tuhan pun tidak akan dapat menenggelamkan kapal ini.”

Pada malam tanggal 15 April 1912, tanpa diduga oleh ‘seorang pun’ kapal tersebut menabrak sebuah gunung es dengan sangat hebat, yang menewaskan lebih dari setengah penumpang kapal yang berjumlah 1500 orang tersebut. Lenyaplah sudah kapal yang megah itu berikut segala kebanggaan dan kesombongan dari orang-orang yang mengagumi kapal tersebut. Itulah kapal Titanic, yang mana tragedinya tetap diingat oleh dunia sampai saat ini.

Siapa yang menduga sebelumnya jika kapal yang megah dan kuat tersebut akan hancur dalam waktu semalam. Kehancuran kapal Titanic bukanlah suatu hal yang kebetulan. Tuhan melihat ada kesombongan dibalik kemegahan kapal tersebut, dan saat itulah Tuhan segera bertindak. Tuhan tidak dapat membiarkan kesombongan terus ‘bertakhta’ dihati manusia, yang membuat manusia tidak lagi melihat atau bergantung pada kedaulatan Allah.

Kita yang disebut anak-anak Tuhan, bukan berarti kita dapat bebas dari dosa kesombongan. Sebaliknya, kita pun sewaktu-waktu bisa jatuh dalam dosa kesombongan ini. Ketika kita berbicara tentang ‘kesombongan’ ini, mungkin dalam hati kita berkata: “Oh…puji Tuhan, karena selama ini saya bisa mengendalikan diri saya sehingga saya tidak menjadi seorang yang sombong. Yang menjadi pertanyaan: ‘Benarkah kita selama ini “bebas” dari rasa sombong? Bukankah ketika dengan bangganya kita berkata bahwa kita bukan seorang yang sombong, sebenarnya kita telah menunjukkan betapa sombong diri kita sebenarnya’.

Mungkin seringkali tanpa kita sadari, kita telah menjadi orang-orang yang sombong. Ada banyak hal yang dapat membuat kita menjadi sombong. Penddikan, keberhasilan, pekerjaan, rumah tangga, kekayaan, kecantikan …. Oh banyak sekali. Bahkan kita juga dapat menjadi sombong atas segala talenta dan karunia yang kita miliki. Kita merasa kita memiliki nilai “lebih” dari orang lain, apalagi ketika melihat karunia itu hanya ada pada diri kita.

Kita perlu ingat bahwa segala sesuatu adalah milik Allah dan berasal dari Allah , oleh karena itu Allah berhak untuk mengambil atau mencabut apa yang ada pada diri kita sekarang ini, dan kita tidak dapat berbuat apa-apa. Tuhan dapat ‘menindak atau menghukum’ kita karena kesombongan kita, dengan berbagai caranya yang tak terduga. Jangan kita sombong!

  1. Bagaimana cara kita memerangi dan menjauhi dosa kesombongan?

Kita telah melihat betapa Allah sangat membenci kesombongan serta kita juga telah melihat akibat yang diterima oleh orang-orang yang memiliki sikap hati yang sombong. Untuk itu, sebagai anak-anak Tuhan perlu bagi kita untuk memerangi dan menjauhi dosa kesombongan ini. “Bagaimana cara kita memerangi dan menjauhi dosa kesombongan ini?” Satu hal yang terpenting yang harus menjadi perhatian kita adalah dengan: Mengenakan sifat kerendahan hati (Efesus 4:2, Kolose 3:12).

Dalam Efesus 4:2 ini, rasul Paulus ingin menjelaskan bagaimana seharusnya hidup seorang Kristen, jika ia bersekutu di dalam gereja Kristus, “Yaitu dengan segala kerendahan dari hati yang lembut, dengan kesabaran, seorang sabar terhadap yang lain dalam kasih.” Perhatikan bahwa yang pertama-tama Paulus minta ialah, supaya mereka rendah hati (= Tapeinophrosune).

Dalam bahasa Yunani tidak ada istilah untuk kerendahan hati yang tidak dihubungkan dengan pengertian “kehinaan”. Sebelum datangnya kekristenan, kerendahan hati sama sekali tidak dianggap sebagai suatu sifat kemanusiaan, dunia kuno memandang sangat rendah terhadap kerendahan hati itu. Pada zaman Paulus sendiri, hal itu sepertinya masih berpengaruh, terbukti bahwa kerendahan hati bukanlah sifat yang dikagumi pada waktu itu, namun Kristuslah yang telah menjadi teladan tertinggi daripadanya. Yesus sebagai Anak Allah memberikan teladan menjadi seorang yang rendah hati dan tidak sedikitpun menganggap segala kemuliaan-Nya sebagai satu kesempatan untuk menyombongkan diri, kontras bukan?

Kita dapat menjadi seorang yang rendah hati apabila kita dapat ‘mengenal diri’ kita sendiri. Seorang bernama Bernard berkata: Sifat rendah hati itu adalah sifat yang membuat manusia sadar akan ketidaklayakannya, sebagai akibat dari pengenalan yang paling dalam akan dirinya sendiri. Ketika kita menyadari siapa diri kita sebenarnya di hadapan Tuhan, apakah mungkin masih ada hal yang dapat kita banggakan bahkan sombongkan?

Pada suatu persekutuan doa di sebuah gereja, untuk mendorong jemaat supaya terlibat dalam pelayanan yang beraneka ragam, Bapak pendeta mengatakan bahwa setiap orang harus memandang gereja itu seperti sebuah lokomotif uap. Kemudian dia meminta setiap orang yang hadir untuk menyebutkan bahwa dirinya ingin menjadi seperti bagian mesin yang mana. Seorang berpikir ingin menjadi seperti peluit yang membunyikan tanda bahwa lokomotif itu sedang lewat. Seorang yang lain merasa ingin menjadi bel yang ditempatkan di bagian atas dan terus-menerus dibunyikan. Seorang lainnya memilih menjadi roda penggerak, lainnya lagi ingin menjadi lampu besar, dan yang lain lagi ingin seperti klep penutup.

Akhirnya pendeta itu bertanya pada charlie yang sudah tua, yang sejak tadi duduk dengan tenang dan dengan sikap rendah hati di sebelah sudut ruangan, “Engkau ingin menjadi apa?”

“Begini, pak pendeta,” jawabnya, “saya pikir mungkin saya hanya dapat melayani sebagai sepotong batubara. Kemudian jika tukang api memerlukan saya, dia dapat melemparkan saya ke dalam tungku perapian dan membakar saya untuk menjalankan mesin lokomotif itu.”

Sesungguhnya, Charlie telah mengetahui apakah yang dimaksud hidup dengan kerendahan hati.

Kecenderungan hati atau pikiran untuk menjadi seorang yang sombong terkadang memang lebih besar daripada keinginan untuk menjadi seorang yang rendah hati. Dengan kata lain, lebih mudah untuk menjadi sombong daripada rendah hati. Semakin banyak Tuhan mempercayakan talenta dan karunia kepada kita, semakin besar pula ‘godaan’untuk menjadi sombong. Oleh karena itu, marilah ketika kita menyadari ‘nilai lebih’ yang diberikan oleh Tuhan itu ada di dalam diri kita, (berapa pun jumlahnya) janganlah itu membuat kita menjadi sombong atau tinggi hati.

Mungkin kita sebagai pelajar yang pandai, usahawan yang berhasil, seorang yang sangat terampil dan berjiwa seni, seorang petani/pedagang yang berhasil, atau apapun ‘kelebihan’ dan ‘keberhasilan’ yang ada pada kita. Dengan itu semua, biarlah kita tetap menjadi seorang yang rendah hati, merasa bahwa sebenarnya kita “tidak memiliki apa-apa.”

Seorang petani yang bijaksana mencabut lalang pada waktu lalang itu masih muda supaya jangan menyebarkan benih dan menjadi semakin banyak. Oleh karena itu, hendaklah kita waspada terhadap pikiran yang congkak, mengakuinya, dan menyingkirkannya. Jika suatu pikiran yang congkak kita biarkan, maka pikiran itu akan menjadi seperti seekor ular yang berbisa bagi kita. Tetapi marilah kita merendahkan diri di hadapan Allah, datang pada salib Kristus dan menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam kristus Yesus. Seperti yang tertulis dalam Filipi 2 : 5 – 8, biarlah dengan teladan Kristus ini, selalu mengingatkan dan mendorong kita untuk senantiasa merendahkan diri, baik di hadapan Allah maupun di hadapan manusia.

MENJADI SEORANG HAMBA


MENJADI SEORANG HAMBA

Kebesaran telah menjadi bahan pemikiran murid-murid Yesus pada masa itu, hampir sama yang dipikirkan banyak orang pada zaman ini!! (Mar 10: 42-45, 9:33-37). Murid-murid itu memikirkan tentang kebesaran dalam pengertian umum. Mereka bertanya, “Tuhan, siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Allah?” Yesus memberikan jawaban yang tidak disangka-sangka oleh mereka, dan Ia memakai dua hal untuk menggambarkan kebesaran, Ia berkata:

“Rendahkanlah dirimu seperti seorang anak kecil!”

“Hendaklah ia menjadi pelayan dari semuanya!”

Konsep tentang menjadi seorang hamba pada umumnya dipandang rendah dalam masyarakat. Rata-rata pegawai tidak suka mengangap dirinya sebagai hamba dari majikannya. Kebnyakan orang berkulit hitam di AS yang telah berjuang atas pengakuan diri mereka tidak mau menjadi pembantu RT atau mengerjakan pekerjaan yang dianggap rendah. Mereka lebih suka menjadi guru, pengacara, dokter, dll. Tentu hal ini juga terjafi pada kebanyakan orang. Konsep melayani dianggap hina di dunia ini.

Pada umumnya dunia menginginkan sebuah kedudukan, gelar, jabatan, nama besar, mobil mewah, rumah bagus, dll. Meskipun demikian Yesus berkata bahwa Ia benar-benar kebalikan dari kebesaran di dalam kerajaanNya. “Barangsiapa ingin menjadi besar diantara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu.”.

Sejarah membuktikan (demikian juga Alkitab) bahwa orang-orang terbesar adalah orang-orang yang paling banyak melayani.

  1. Albert Schweitzer adalah seorang musikus, composer, ahli teologi, dokter umum, sastrawan. Ia meninggalkan tanah airnya menuju Afrika untuk mengabdikan dirinya bagi pelayanan kemanusiaan secara langsung. Ia menggunakan hidupnya untuk mengurangi orang-orang yang sengsara dan menderita. Ia dianggap tokoh terbesar pada zamannya
  2. Ibu Theresa dari India yang mengabdikan hidupnya bagi orang-orang kaum papa. Dan dia diberi penghargaan sebagai seorang tokoh terbesar abad 20
  3. Hudson Taylor dan masih banyak orang-orang yang mengabdikan dirinya untuk menjadi hamba dan mereka merupakan orang-orang yang besar.
  4. Begitu dalam dunia sekuler. Henry Ford ingin mempersembahkan alat transportasi yang murah kepada orang biasa dan semakin melayani ia menjadi semakin besar.
  5. Thomas A Edison ingin melayani manusia melalui alat-alat listrik yang ia temukan. Semakin ia melayani semakin besarlah ia.

Orang-orang Jepang memiliki memtalitas perhambaan dan mereka diberkati karenanya. Manajer-manajer diprogram untuk menjadi hamba dari pegawai-pegawai. Dalam kerendahatian mereka berkata kepada pegawai-pegawai mereka, ”Kita berada disini bersama-sama, kita adalah satu tim, tolonglah kami”. Kami bukanlah orang yang mahatahu tentang produksi dan prosedur-prosedur. Berikanlah usul dan tolonglah kami supaya kami dapat mengerjakan dengan lebih baik. Karena sikap mereka ini pegawai-pegawai dalam bidang permohonan di Jepang rata-rata memberikan antara 18-19 usul dalam pertahu, dan sekitar 80% dari usul itu diterima dan dipakai. Tetapi tidak demikian hanlnya dengan di Amerika! Karena mental hambanya yang kuat orang-orang Jepang mengalahkan orang-orang Amerikan yang angkuh dalam industri permobilan mereka. Manajemen di Amerika tidak seperti seorang hamba dan tidak memacu timbulnya usul-usul. Mereka hampir tidak bersedia untuk mendengarkan gagasan baru un tuk belajar ataupun diajari. Sikap hamba yang rendah hati dan mau diajari tidak didapatkan di Amerika. Sebaliknya keangkuhan yang menguasai mereka. Dengan cara inilah kami lakukan! Kalau kamu suka, silahkan, kalua tidak silahkan angkat kaki.!!

Seorang pengusaha Amerika yang terkenal telah belajar menjadi seorang hamba. Namun dia belajar di kemudian hari dalam hidupnya, ketika berada di ambang kematian. John D.Rockefeller menjadi seorang milyuner dengan cara memonopoli awal industri perminyakan di Amerika. Pada waktu itu dia bukanlah seorang hamba melainkan seorang kikir, pelit. Dengan segenap kekayaannya ia hampir meninggal usia 50 tahun. Tangannya yang pada mulanya mencengkram erat-erat uangnya mulai terbuka dan mulai menyumbangkan bermiliar-miliar kepada rumah sakit, sekolah-sekolah, dan kepada mereka yang layak disumbangkan. Sesuatu yang luar biasa mulai terjadi dalam jiwa dan tubuhnya kesehatannya mulai pulih. Berkat-berkat yang terdapat dalam Yesaya 58:7-8 menjadi kenyataan dalam hidupnya.

Dalam sebuah artikel baru-baru ini (suatu penyelidikan dalam dunia sekuler) bahwa orang yang paling bahagia adalah orang-orang yang menggunakan waktu mereka untuk menolong dan mengurus orang orang lain. Penyelidikan yang sama menunjukan bahwa orang-orang yang egois (yang mencari kesenangannya sendiri dan tidak rela direpotkan oleh orang lain) adalah orang-yang hampir tidak bahagia. Dan anehnya, orang yang egois adalah orang yang paling berusaha keras untuk merasa bahagia. Namun hukum ilahi yang pertama adalah ”berilah dan kamu akan diberi” (Luk 6:38).

Ciri-ciri Seorang Hamba

  1. Hamba itu tidak egois, seorang yang mengabdi kepada kesejahteraan dan kebutuhan orang lain. Tidak terlalu sibuk dengan kepentingannya sendiri melainkan hidup untuk melayani orang lain. Sikap Tuhan Yesus, Hamba yang terbesar di sepanjang zaman adalah, ”Bukan kehendakKu, melainkan kehendakMulah yang terjadi”, Bukan penuhilah kebutuhan-kebutuhanku atau layanilah aku tapi, melainkan Aku datang untuk melayani dan memberikan nyawaKu sebagai tebusan bagi banyak orang” (Mar 10:45).
  2. Hamba tidak sombong melainkan rendah hati. Karena itu seorang hamba tidak cepat sakit hati dan tidak mudah marah. Seorang hamba tidak mempunyai pendapat yang tinggi tentang dirinya ataupun menjadi marah tatkala ia tidak dikenali orang (Rom 12:3, Kol 3:22-24). Keberadaanya hanyalah menolong orang yang dilayaninya.
  3. Hamba tidak suka menuntut atau meminta persamaan hak (Mat 5:3). Seorang hamba sejati itu miskin dalam arti tidak suka menuntut bahwa ia layak menerima lebih banyak dari itu, lebih baik dari ini ataupun persamaan. Orang yang selalu menuntut haknya tidak pernah bahagia, bahkan ini juga merupakan pelanggaran hukum Kerajaan Allah.
  4. Hamba memiliki sukacita. Orang yang suka memberi adalah oarng yang memiliki sukacita sejati. Orang yang suka menimbun atau terlau menghemat, rohnya kering. Sukacita hanya diperuntukan bagi orang-orang yang suka memberi dan melayani.
  5. Hamba itu tidak independen (terlalu tidak mau bergantung).
  6. Hamba adalah seorang yang tidak merasa perlu mempertahankan nama baik. Tidak mempunyai roh persaingan dalam pelayanan. Ia berusaha mendorong dan menguatkan teman-temanya seimannya dimanapun ia berada, namun tetap puas untuk tetap tinggal di belakang layar. Yesus tidak prnah menginginkan reputasi duniawi (Fil 2:6-8). Sayangnya banyak hamba Tuhan yang melakukan hal itu. Identitas sejati adalah identitas yang kita temukan dalam Allah. Dan menyadari bahwa kita diciptakan untuk orang lain (Wah 4:11)
  7. Hamba itu rela mengerjakan pekerjaan yang melebihi tugasnya dan tetap tidak mengharapkan suatu ucapan terima kasih atau suatu tepukan di punggung. Akan ada saatnya dalam hidupmu ketika kita tidak diberi ucapan terima kasih, tidak diberi imbalan, penghargaan, dikenalai atas kerja kerasmu, bahkan oleh orang-orang Kristen ataupun mereka yang lebih dewasa dalam Tuhan. Kita akan memperoleh kemenangan jika kita merapkan sikap hati seperti yang disiratkan dalam Kolose 3:22-24, ”Aku tidak melakukan ini untuk manusia, aku melakukan semua ini untuk Tuhan dan upahku akan datang darinya”.
  8. Hamba adalah seorang yang memiliki hadirat Allah (Yes 57:15).

Be a Difference


Be a Difference

KRISTEN tidak hanya agama besar. Kristen menjadi identitas yang jelas dan tegas bagi para penganutnya. Seorang Kristen tidak akan malu menyebut agamanya, dan tidak akan merasa terhina karenanya. Namun dari mana asal-usul istilah Kristen? Ini perlu kita ketahui agar kita tidak hanya menyebut diri Kristen tanpa memahami makna dan hakekat kekristenan yang sesungguhnya.

Dalam Kisah Para Rasul 11: 26 tertulis, “Mereka tinggal bersama-sama jemaat itu satu tahun lamanya sambil mengajar banyak orang. Di Antiokhialah murid-murid itu untuk pertama kalinya disebut Kristen”. Sebutan “Kris-ten” itu datang dari orang-orang kafir dan ditujukan bagi orang-orang pengikut Kristus yang diang-gap, unik, aneh di tengah-tengah masyarakat kafir, pemuja banyak tuhan (politeisme). Di Antiokhia, ibu kota suatu provinsi di Syria ketika itu memang banyak orang Yahudi perantauan yang kemudian menjadi orang Kristen. Antiokhia yang saat itu berada di bawah pemerintahan Romawi, adalah kota yang cukup maju, moderat, dihuni masyarakat yang cara berpikirnya “rasional”.

Bagi mereka, orang-orang Kristen itu lain, tidak masuk akal. Orang Kristen dianggap aneh dan bodoh. Orang-orang Kristen tampak terlalu sopan di tengah kehidupan yang sangat vulgar dan borjuis. Ajaran-ajaran Kristen dinilai aneh oleh warga kota yang suka berpesta pora. Mereka menganggap bodoh orang Kristen yang mau saja disuruh mengendalikan diri dan hidup suci. Mereka menganggap pemahaman kekristenan itu sangat membelenggu kemanusiaan. Oleh karena itu kekristenan sangat tidak menarik bagi mereka. Maka untuk membedakan mereka dari kelompok pengikut Kristus itu, dengan sinis mereka menyebut mereka “Kristen”.

Jadi, istilah Kristen berasal dari orang di luar Kristen dengan maksud mengejek atau mengolok-olok para pe-ngikut Kristus yang dinilai aneh itu. Uniknya, kata-kata sindiran “si Kristen” atau “si pengikut Kristus” justru diterima sepenuhnya oleh orang-orang Kristen pertama itu, karena mereka merasa ter-hormat disebut sebagai pengikut Kristus. Meski diolok-olok serta dihina, mereka bangga karena memang mereka pengikut Kristus. Seharusnya begitulah semangat pemahaman yang utuh tentang Kristen. Kalau kita merasa sebagai pengikut Kristus, boleh menyebut diri Kristen. Tetapi kita juga harus jujur, bagaimana kita bisa menyebut diri orang Kristen jika kita tidak benar-benar mengikut Kristus?

Di Antiokhia, pengikut Kristus disebut “Kristen” dalam rangka menghina. Tetapi cercaan itu jus-tru direspon secara positif oleh je-maat Antiokhia. Mereka menerima sebutan itu karena merasa terhor-mat sebagai pengikut Kristus. Saat ini, apakah kita pun merasa ter-hormat menjadi pengikut Kristus, atau sebaliknya? Jika merasa ter-hormat sebagai pengikut-NYA, apakah kita menaruh hormat ter-hadap hidup kekeristenan? Ataukah justru kita membuat orang tidak hormat pada kekristenan gara-gara kita mempertontonkan gaya hidup tidak bermoral, tidak jujur, dan sebagainya?

Bangga dan terhormat

Jangan menyederhanakan istilah ini. Jangan menyederhanakan panggilan ini. Jika merasa diri se-bagai seorang Kristen, jadilah pengikut Kristus yang sejati. Ingat, awalnya istilah “Kristen” untuk menghina para pengikut Kristus, tetapi justru diresponi para pe-ngikut Kristus dengan positif. Meski dihina, dimaki, mereka jalan terus, tidak berhenti. Ini suatu fakta menarik. Bagi orang Kristen mula-mula, adalah sebuah kehormatan diolok-olok sebagai pengikut Kristus. Apa pun risikonya, mereka tetap maju. Kini, kita dan kekristenan menjadi pertanyaan. Apakah dewasa ini kita menjadi orang Kristen terhormat, yang menjadi pengikut setia Kristus? Apakah kita menghormati suatu gaya hidup kristiani, yang sesuai dengan kehendak Kri-stus? Apakah kekristenan memberi kita identitas bahwa kita adalah seorang pengikut Kristus, bukan pe-ngikut dunia? Sebagai Kristen, identitas kita harus jelas dan berbeda dari orang dunia.

Oleh karena itu, adalah tugas dan tanggung jawab kita, ketika berani menyebut diri sebagai orang Kris-ten, maka kita harus menjadi orang terhormat menjadi pengikut Kristus yang sekaligus menghormati gaya hidup Kristen. Gaya hidup kristiani sesuai dengan ketetapan-ketetapan Kristus, bukan ketetapan gereja atau golongan, tetapi harus mengacu pada kebenaran firman. Karena kita pengikut Kristus, ikuti saja jejak-NYA. Karena kita pengikut Kritus, ikuti saja apa yang dilakukan-NYA.

Orang Kristen harus punya spirit yang sangat kuat. Kekristenan membuat kita menjadi orang yang siap hidup berbeda dari yang bukan Kristen, dalam kualitas iman dan moral. Dulu, di Antiokhia, istilah Kristen atau si pengikut Kristus, menunjukkan suatu klasifikasi perbedaan iman dan moral. Jaman sekarang pun seharusnya demikian. Kalau kita bangga dan terhormat menjadi orang Kristen maka kita menjadi orang yang siap hidup beda dari orang-orang yang bukan Kristen, dalam kualitas iman dan moral.

Kita tidak perlu membuktikan sebagai orang Kristen yang baik dengan cara memegang tampuk kekuasaan lalu mengendalikan orang lain, misalnya. Kita tidak perlu menyebut diri orang Kristen dengan memaksa orang lain me-nyebut kita baik. Kita tidak perlu membayar supaya orang berteriak bahwa kita baik. Tidak perlu menggunakan kekuatan supaya orang lain berkata kita baik. Siap berbeda dengan orang yang bukan Kristen bukan dengan cara seperti itu, tetapi siap berbeda seperti kata Roma 12: 2, “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi ber-ubahlah karena pembaruan budimu…”

Berubahlah sehingga kita mengerti apa yang menjadi kehendak Allah, karena kita adalah seorang Kristen, pengikut Kristus yang sejati. Siapkah kita menjadi tidak sama dengan dunia ini? Siapkah kita berbeda untuk menunjukkan kualitas iman dan moral?

Praktek Hedonis Dalam Gereja Tuhan


Praktek Hedonis Dalam Gereja Tuhan

Perilaku hedonis tidak hanya terjadi pada remaja Kristen saja, akan tetapi perilaku-perilaku yang telah dipaparkan di atas juga banyak telah merasuki kaum dewasa didalam gereja Tuhan pada saat ini. Selain perilaku-perilaku yang dipaparkan di atas, ada juga diantara mereka dalam kehidupan dalam berjemaat memberikan atu indikasi bahwa mereka sedang mengikuti praktek hedonisme

Pdt. Ir. Leonard. Limato. MA, dalam tabloid rorani Bahana mengatakan,

“Banyak jemaat Tuhan saat ini yang tidak mempunyai gereja tetap. Mereka setiap minggu berkunjung ke gereja satu dan yang lain guna mencari pengkhotbah yang bagus, musik dan fasilitas yang bagus. Hal ini guna mencari kenikmatan diri sendiri dan memuaskan keinginan.”

Gaya hidup berjemaat seperti bisa dikatakan gaya hidup hedonis yang mau mencari kesenangan dan kenikmatan. Orang-orang seperti ini tidak mau ada satu ikatan dan peraturan-peraturan yang mengekang mereka. Dalam hal ini mereka mengambil kesempatan untuk berpindah-pindah gereja sesuai dengan kemauan mereka untuk mencari kebebasan. Banyak yang mengatakan bahwa di saat jenuh maka datanglah ke gereja supaya bisa bertemu artis dan pengkhotbah terkenal.

Rasul Paulus dalam 2 Timotius 3:1-2, menjelaskan bahwa keadaan manuisa akhir zaman lebih mencintai diri sendiri. Mereka tidak pernah mempedulikan orang lain. Apalagi dalam pelayanan penjangkauan diluar gereja. Disinyalir banyak gereja disibukkan dengan program-program acara yang bersifat entertain dengan motif pelayanan tetapi kenyataannya mencari keuntungan (profit).

Sebaliknya dewasa ini, semakin banyak pendeta atau hamba Tuhan yang hidupnya seperti hedonis. Abraham Maslow mengatakan, “Semakin tinggi penghasilan seseorang, semakin tinggi juga jenjang kehidupannya. Dan ini memberikan tawaran kepadanya untuk hidup dalam kesenangan pribadi tanpa memikirkan orang lain.”

Orang luar memang menyaksikan bahwa pendeta terkenal identik dengan pola hidup mewah. Setiap mereka diundang pelayanan di luar daerah naik pesawat (bahkan executive class), menginap di hotel berbintang. Pakaian mereka pun mulai dari hem, dasi, jas atau jahitan boutique dan taylor papan atas.

Jika melihat kehidupan hamba Tuhan kota dan desa maka dapat diketahui bahwa betapa besar kesenjangan dalam taraf hidup maupun gaya hidup mereka.

Perilaku Hedonis Masa Kini


Perilaku Hedonis Masa Kini

Sampai saat ini hedonisme atau falsafah mencari kenikmatan cukup populer. Dalam masyarakat kita, banyak orang hidup bagaikan murid setia hedonisme, bahkan yang terjadi saat ini adalah falsafah tersebut menjadi pegangan hidup oleh orang percaya.

Seks Bebas

Pada dasarnya kaum hedonis yang masuk dalam komunitas free sex akan menghalalkan segala cara dalam melakukan hubungan seks dan tak terbatas pada kelompok orang. Mereka tidak berpegang pada moralitas atau nilai-nilai manusiawi maupun agama. Suatu waktu mereka bisa berhubungan seksual dengan orang lain (kumpul kebo) dan di lain waktu mereka bisa menggauli keluarga sendiri (ekstramaritalsex) baik adik, kakak, atau keluarga terdekat lain. Selain ini juga merupakan suatu penyakit, Abu Al Ghifari mengatakan bahwa ini adalah perilaku hedonis masa kini

Menjadi Pecandu Narkoba

Sesungguhnya yang dicari oleh setiap hedonis adalah kenikmatan. Demikian juga bagi para pecandu narkoba. Hanya dengan satu alasan bahwa dengan menggunakannya maka mereka akan mendapat kenikmatan dan kebahagian. Di balik daya tarik dan khasiat dari narkotika tersebut, ternyata akhirnya mendatangkan kerugian yang tidak sedikit bagi pengguna, baik, kesehatan, kehidupan keluarga, bahkan harus sering dibayar dengan nyawa. Hubungan antara narkotika dan hedonisme adalah dikarenakan oleh kejenuhan hidup yang sering dialami oleh pengguna tersebut, dan akhirnya jalan keluar didapati ketika seseorang mengkonsumsi pil atau serbuk penikmat. Beranjak dari pernyataan tersebut maka para pengguna narkoba sesungguhnya selalu menghindari penderitaan.

Kenyataan ini juga ditunjang oleh gaya hidup hedonis dan serba mewah di tengah-tengah gebyar lampu-lampu kelab malam, diskotik, dan pub.

Keranjingan Disko

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata disko mempunyai dua arti, Pertama, gaya (irama) dalam musik yang digemari oleh remaja-remaja yang bersifat kontemporer. Kedua, kelab malam tempat muda-mudi mendengarkan musik atau menari irama disko. Kehidupan seperti inilah yang pada saat ini sangat digandrungi oleh masyarakat-masyarakat kota besar. Dalam perkembangannya istilah disko ini berubah dan pada saat ini para hedonis mendefinisikan sebagai dugem. Bukan hanya itu, melainkan disko pun sekarang dikemas dengan berbagai macam cara, bukan hanya lampu dan musik yang bagus tapi praktek-praktek yang berbau pornografi pun masuk didalamnya, seperti berbagai tarian erotis. Keranjingan disko bagi para pemburu kenikmatan di mata sebagian masyarakat identik dengan sex, narkotika, minuman keras, atau aktivitas-aktivitas lainnya yang berekses pada hala-hal negatif.

Dugem adalah sebuah kenikmatan. Seperti cinta, seks, alkohol, judi, internet dan berbagai kenikmatan lain yang mencandu, bisa membuat orang kecanduan. Kecanduan ini muncul ketika dugem bukan lagi sebuah sarana untuk bersenang-senang atau sekadar melepas ketegangan, melainkan sudah menjadi sebuah kebutuhan. Dugem sebagai satu istilah yang sangat familiar dan populer dikalangan orang-orang perkotaan. G. A. Divana Perdana mendefenisikan dugem sebagai berikut,

“Dugem sebagai satu istilah prokem khas anak muda, merujuk pada suatu dunia malam yang bernuansa kebebasan, ekspresif, modern, teknologis, hedonis, konsumeristik dan metropolis yang menjanjikan segala bentuk kegembiraan sesaat.”

Saat ini, memang tak sedikit anak muda yang keranjingan dugem (dunia gemerlap malam) atau istilah lainnya dulalip (dunia kelap kelip malam) atau keranjingan diskotik. Dugem adalah kebiasaan sebagian anak muda perkotaan mereka rata-rata berasal dari keluarga berada, dan gemar mengikuti berbagai tren gaya hidup yang lagi hot. Entah sejak kapan perilaku hedonis yang dipakai istilah dugem mulai populer di kancah gaul anak-anak muda kota besar. Tapi, bagi mereka berdisko di tempat dengan cahaya yang remang-remang merupakan alternatif untuk mengisi waktu di akhir pekan. Biasanya, mereka itu nongkrong di kafe, mendengarkan musik di pub, nyanyi di rumah karaoke, joget di diskotek atau jalan-jalan keliling kota lalu nongkrong di tempat tertentu hingga menjelang pagi.

Kalau diamati, penampilan anak-anak yang suka disko juga sangat khas. Mereka itu suka dandan modis, gemar begadang, punya bahasa pergaulan sendiri, dan tidak keberatan mengeluarkan uang (hingga berapa pun) demi membayar cover charge (tarif masuk) dan makanan yang mereka nikmati di tempat clubbing (begitu mereka menyebut aktivitas kumpul-kumpul di tempat hiburan malam).

Kalau ditanya alasan mereka disko, jawabannya bisa beragam. Ada yang beralasan untuk melepas stres, melepaskan kelelahan, membangun relasi bisnis di kalangan eksekutif, ada pula yang ingin mencari kesenangan atau refreshing di akhir pekan. Tak sedikit pula yang datang ke disko dengan alasan untuk melepaskan tekanan atau kepenatan di rumah dan berharap untuk mendapatkan kenikmatan dan kebahagiaan, dalam hal ini sex. Malah, ada juga yang pergi ke disko lantaran mengaku sudah hobi berat. Bahkan di salah satu program televisi swasta telah hadir suatu acara hiburan bertajuk “Dugem” dengan slogannya "Gemerlapnya Dunia Gemerlap.” Acara yang ada dalam program tersebut bermuatan kehidupan yang serba glamour dan pesta pora. Tidak heran para hedonis yang mengambil informasi tentang dunia hiburan di kota metropolitan melalui acara tersebut.

Penyebab Hedonisme


Penyebab Hedonisme

Lalu lintas komunikasi sosial dalam masyarakat bertujuan menghubungkan pikiran manusia yang satu dengan yang lain untuk menemukan pola-pola bertindak. Ada dua faktor penyebab hedonisme, yaitu faktor ekstern dan faktor intern.

Faktor Ekstern

Derasnya arus industrialisasi dan globalisasi yang menyerang masyarakat merupakan faktor yang tak dapat dielakkan. Nilai-nilai yang dulu dianggap tabu, kini dianggap biasa. Media komunikasi, khususnya media iklan memang sangat bersinggungan dengan masalah etika dan moral. Melalui simbol-simbol imajinatif media komunikasi massa jelas sangat memperhitungkan dan memanfaatkan nafsu, perasaan, dan keinginan. Dr. Budi Susanto. Sj mengatakan bahwa, pada saat ini para hedonis mempromosikan berbagai macam tawaran kebutuhan manusia sampai kehidupan dunia gemerlapan malam yang berbau pornoaksi lewat media televisi, iklan dan media cetak lainnya.

Begitu juga Abu Al Ghifari mengatakan bahwa,

“Dari semua tawaran pada media-media ini, tak jarang menjadikan seks sebagai saran hiburan. Aurat untuk menarik massa yang tak layak disembunyikan lagi. Kini daerah-daerah aman wanita sudah tak ada lagi dari bidikan kamera film-film yang mempertontonkan bagian-bagian yang vital, sehingga televisi tak lebih dari hedonisme media masa kini.”

Dalam hal ini seluruh media informasi yang ada turut serta ambil bagian dalam menentukan paham hedonisme terjerat pada seseorang.

Perilaku Hedonis tidak terlepas daripada pergaulan sesama dalam kota-kota besar yang lebih menyukai kesenangan dan kenikmatan. Pendapat di atas itu dibenarkan oleh dosen Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma, Inna Mutmainah. Dijelaskan oleh Inna, “Anak muda memang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan berkomunitas. Mereka paling senang nongkrong bersama kelompok dan teman-teman sebayanya.” Dalam bergaul ini, selalu ada tekanan dari dalam diri si anak untuk melakukan hal yang sama dengan teman satu kelompok. Nah, tekanan itu akan membuat dia mempertanyakan kembali nilai yang selama ini telah tertanam dalam dirinya. Jika seseorang tinggal dalam lingkungan yang hidupnya suka berfoya-foya, mengejar kenikmatan, maka dengan sendirinya orang tersebut akan mengikuti gaya hidup yang telah ditanamkan dalam lingkungan pergaulan tersebut.

Theo Huijbers mengatakan dalam bukunya, kadang karena terdesak masalah kebutuhan ekonomi yang menuntutnya, maka masyarakat metropolitan dapat terbawa arus hedonisme yang semakin konsumeristik.

Faktor Intern

Sementara itu dilihat dari sisi intern, lemahnya keyakinan agama seseorang juga berpengaruh terhadap perilaku sebagian masyarakat yang mengagungkan kesenangan dan hura-hura semata. Binzar Situmorang menyatakan bahwa, “Kerohanian seseorang menjadi tolak ukur dalam kehidupan sehari-hari, khususnya bagi mereka yang suka mengejar kesenangan

Kategori Hedonisme


Kategori Hedonisme

Dalam perkembangannya Hedonisme dibagi dalam beberapa kategori sebagai berikut:

Pertama: Hedonisme Individual, yang berarti paham yang mengatakan bahwa setiap manusia seharusnya mencita-citakan kesenangan diri setinggi-tingginya selama hidup di dunia. Kedua: Hedonisme Universal, yang mengajarkan bahwa setiap orang seharusnya mengharapkan kesenangan tertinggi bagi semua orang.[1] Pengikut ini dapat melihat lebih luas daripada kepentingannya sendiri. Yang terpenting bukan aku, tetapi kelompokku dan sahabat-sahabatku.

Sudah nyata bahwa paham ini mempunyai banyak unsur yang baik. Yang menjadi masalah ialah kecenderungannya untuk selalu menyesuaikan diri dengan pandangan orang lain. Karena pengikut jalan ini akan menyenangkan orang-orang lain, pertanyaan yang penting bagi dia adalah “bagaimana pendapat mereka tentang perbuatanku?” Ia berusaha melakukan apa saja yang disetujui dan menyenangkan teman-temannya.

Ketiga: Hedonisme Kwantitatif, berarti paham yang memberi perhatian terhadap jumlah kesenangan yang dihasilkan dan menolak untuk membuat penggolongan atas kesenangan.

Keempat: Hedonisme Kwalitatif, paham yang menyatakan bahwa ada berbagai ragam kesenangan, dan diantaranya ada yang lebih baik serta lebih mulia dari yang lain


Akibat akibat Hedonisme


Akibat akibat Hedonisme

Manusia sangat antusias terhadap adanya hal-hal yang baru. Gaya hidup hedonis sangat menarik bagi mereka. Daya pikatnya sangat luar biasa, sehingga dalam waktu yang singkat muncullah berbagai fenomena akibat faham ini.

Cinta Diri Sendiri

Individualistis dan nafsu telah merasuki manusia modern pada saat ini. Begitu juga sikap untuk meraih kenikmatan yang berlebihan sangat kental mewarnai kehidupan pada zaman ini. Inilah pola hidup hedonis. Hidup saling gotong-royong dan bantu membantu yang merupakan ciri khas bangsa Indonesia seakan telah memudar.

Ir. Herlianto mengatakan, “Para pengikut Epikuros tidak percaya bahwa keterlibatan seseorang kepada masyarakat dapat memberikan kebahagiaan bagi dirinya, karena itu orang yang berhikmat menghindari tanggung jawab kemasyarakatan sebanyak mungkin.” Ini menunjukkan dengan jelas arah pemikiran yang menuju pada individualisme dan selfishness (cinta diri). Seseorang menggabungkan diri dengan sesamanya karena hal itu memberikan keuntungan padanya, dan bila keuntungan itu sudah tidak diperolehnya, maka ia tidak membutuhkan kebersamaan itu lagi, ini menunjukkan sikap self interest (mencari kepentingan sendiri).

Materialistis

Akibat lain yang timbul dari hedonisme adalah materialistis. Rick Wilkerson mengatakan bahwa, “Materialistis ialah penghargaan yang terlalu tinggi terhadap harta benda dan barang-barang material lainnya.” Sesungguhnya mereka memandang bahwa nilai tertinggi di dunia ini ada dalam materi (benda). Kalau demikian dapatlah diketahui bahwa betapa kuatnya hasrat untuk memiliki barang-barang untuk mencapai kenikmatan dan kebahagiaan bagi para hedonis ini. Malcolm Brownlee mengatakan bahwa, “hasrat untuk mendapat barang-barang dan uang dirangsang oleh pola hidup konsumtif masa kini sehingga nilai-nilai moral diancam.” Menghemat, hidup sederhana, kebaikan hati dan kemurahan hati makin berkurang. Hidup mewah, pemborosan, dan ketamakan makin bertambah. Karena hasratnya untuk mendapat barang-barang, banyak orang menjadi kurang peka kepada kebutuhan sesamanya dan kurang percaya kepada Allah. Orang-orang kristen juga hidup di tengah-tengah suatu peradaban yang duniawi, dan ada begitu banyak tekanan untuk menyesuaikan diri dengan situasi ini. Richard Foster mengatakan dalam bukunya Money, Sex and Power,

“Pemborosan yang menuruti kata hati merupakan suatu keranjingan jaman modern. Keinginan untuk mempunyai lebih, lebih, dan lebih lagi, jelas merupakan suatu psikosis, hal ini jelas melarikan diri dari kenyataan.”

Jurang antara kemiskinan dan kemewahan semakin melebar dalam kecepatan yang menggelisahkan. Sesungguhnya para hedonis memandang materialisme merupakan nilai tertinggi di dunia ini dan itu ada dalam materi saja. Tidak ada jiwa, tidak ada roh, tidak ada kehidupan kekal, bahkan tidak ada Tuhan.

Seks Bebas

Dewasa ini kita sering mendengar istilah “free sex” atau hubungan seks bebas. Bergonta-ganti pasangan dalam berhubungan seks, guna mendapatkan kenikmatan atau kebahagian. Gaya hidup semacan ini sering dijumpai di kota-kota besar. Orang tidak lagi bebas menggunakan seks sebagai tanda cinta kasih. Mereka tidak lagi memperhatikan pasangannya dengan hormat, lemah, lembut dan setia. Akan tetapi mereka menjadikan pasangan tersebut sebagai budak hawa nafsunya untuk mendapatkan kenikamatan sesaat. Pasangannya bukan lagi dijadikan sebagai manusia yang tercinta sedaging dengannya, akan tetapi bagaimana dia memanfaatkannya untuk memenuhi kebutuhan. Hidup adalah kesempatan untuk bersenang-senang bagi hedonis. Masa bodoh dengan pekerjaan, kuliah, yang penting senang, bahagia, dan mendapatkan kenikmatan setiap hari. Hal ini bisa dianggap sebagai efek fenomena free seks yang melanda kehidupan kaum muda sekarang ini. Tidak mengherankan ada beberapa mahasiwa dalam perguruan tinggi swasta yang hanya untuk memenuhi kebutuhan dalam pergaulan kota besar seperti harus memiliki handphone, pakaian dan dandanan yang bagus, maka mereka merelakan keperawanan mereka.

Dicontohkan oleh RB Yoga Kuswandono bahwa, “adanya ayam kampus” (suatu pelacuran terselubung yang dilakukan oknum mahasiswa-mahasiswi), karena profesi ini paling enak dan gampang menghasilkan uang untuk memenuhi syarat remaja gaul dan funky.

Salah satu fungsi seks adalah kenikmatan. Kalau kenikmatan menjadi maksud satu-satunya untuk seks, maka hubungan seksual akan menjadi dangkal dan bahkan merugikan. Kenikmatan yang terbesar diperoleh kalau kenikmatan bukan fungsi pokok. Kenikmatan yang paling indah diperoleh dalam hubungan seksual adalah yang mewujudkan persatuan cinta kasih antara dua orang, bukan bergonta-ganti pasangan yang dilakukan oleh sebagian besar para hedonis.

Mentalitas “Instan”

Selain beberapa fenomena yang terjadi di atas, ada kecenderungan untuk memilih lebih baik hidup enak, mewah, dan serba berkecukupan tanpa bekerja keras. Titel “remaja yang gaul dan funky” baru melekat bila mampu memenuhi standar tren saat ini. Artinya mentalitas instan membawa manusia untuk tidak usah melalui proses berbelit-belit, dalam hal mendapatkan suatu kebahagian. Jika ternyata ada jalan tikus yang enak untuk dilalui, maka dilewati saja tanpa mempedulikan salah atau tidak. Itulah yang menjadi prinsip untuk mendapatkan sesuatu.

Segalanya bisa diperoleh dengan uang dan kekuasaan. Bila demikian, otomatis semua urusan beres. Akhirnya, semboyan non scholae sed vitae discimus (belajar untuk bekal dalam menjalani kehidupan) pudar dan menghilang, kata, RB Yoga Kuswandono dalam Suara Harian Merdeka. Karena yang diutamakan bukan proses melainkan hasil. Jika bisa memperoleh hasil dengan cara simpel walaupun salah, mengapa tidak dilakukan? Untuk apa harus melalui proses panjang dengan pengorbanan, kalau toh hasilnya sama.

Koentjaraningrat juga menulis bahwa, dalam masyarakat kita sekarang timbul mentalitas yang suka menerobos yaitu, “nafsu untuk mencapai tujuannya secepat-cepatnya tanpa banyak kerelaan berusaha dari permulaan secara selangkah demi selangkah.” Kecenderungan modern yang mengikuti paham hedonisme ini sangat berbeda dengan tradisi-tradisi adat Indonesia, yang menekankan sikap yang cermat. Dewasa ini ada orang-orang yang ingin memamerkan taraf hidup yang mewah dalam waktu secepat-cepatnya tanpa kerelaan untuk juga mengunyah pahit getirnya masa permulaan berusaha.

Kalau seseorang dapat mencapai keinginannya dengan segera tanpa usaha atau kesusahan, maka dia mulai kehilangan kemampuan untuk menguasai kehidupannya sendiri. Akhirnya dia kehilangan kemampuan untuk berusaha dengan tekun dan dan memikul penderitaan.

Dan inilah yang terjadi saat ini bagi para hedonis.

Minggu, 15 Februari 2009

The POWER of HOPE

The POWER of HOPE Rom 15:13

Kelahiran Nick Vujicic mencengangkan orangtuanya. Ia lahir tanpa tangan dan kaki. Cacat yang membuat ia harus bergantung pada orang lain. Hidupnya penuh dengan penolakan dan kepahitan. Namun di lembah kekelaman itu, ia menemukan kasih karunia Tuhan. Temuan itu membangkitkan semangat dan menjadi titik balik dalam kehidupannya. Dengan kursi roda khusus, Nick berlatih tekun agar dapat hidup mandiri. Nick berhasil meraih gelar sarjana akuntansi dan keuangan. Ia menjadi motivator terkenal di usia muda. Memiliki rumah pribadi besar dan indah serta sejumlah aset dalam bentuk saham properti. Nick Vujicic telah menjadi inspirasi bagi banyak orang. Ia berhasil membangun harapan dalam dirinya. Memiliki mimpi dan cita-cita besar serta semangat pantang menyerah yang luar biasa.

MENGAPA KITA DAPAT KEHILANGAN HARAPAN?

1. Bersikap reaktif menghadapi tantangan.
Bagaimana respons kita menghadapi tantangan? Orang yang rentan dan bersikap reaktif selalu menganggap tantangan sebagai musuh yang harus dihindari. Akibatnya rasa cemas dan berbagai kekhawatiran akan melumpuhkan kekuatan pengharapannya.

2. Tidak menyadari potensi yang dimiliki.
Banyak hal yang dapat membuat kita merasa putus asa jika bercermin hanya pada kekurangan, kelemahan bahkan kegagalan yang ada. Padahal tantangan dan ujian yang dialami tidak akan melebihi kekuatan kita. Setiap kesulitan yang dihadapi merupakan proses untuk semakin mengembangkan potensi dan kemampuan yang dimiliki.

3. Berada di lingkungan yang pesimis.
Pergaulan yang buruk merusak kelakuan baik. Jika kita selalu menyerap informasi yang negatif, maka pola pikir kita menjadi negatif. Lingkungan suasana yang pesimis dapat menular dan memadamkan semangat serta keyakinan.

SELAGI HIDUP KITA SELALU MEMILIKI HARAPAN

1. Harapan Seperti Fajar yang Merekah
Pada Perang Dunia II, banyak anak-anak menderita kelaparan dan kehilangan tempat tinggal. Ketika perang berakhir, tentara Sekutu mengumpulkan mereka, diberi makan yang cukup dan dipelihara dengan baik. Namun akibat trauma, anak-anak ini selalu gelisah dan tidak dapat tidur nyenyak. Di bawah sadar mereka, ada ketakutan luar biasa menghadapi hari esok.

Atas saran psikolog, pada malam hari di tempat tidur, anak-anak ini diberi sepotong roti untuk dipegang. Mereka dapat tertidur lelap. Ada rasa aman dan kepastian untuk esok hari. Pengharapan serupa fajar yang merekah di ufuk Timur. Dimulai dari seberkas kecil sinar, kemudian membi-askan cahaya yang semakin benderang. Harapan akan selalu menumbuhkan keyakinan dan kepastian.

2. Harapan Membangkitkan Motivasi
Seorang penderita penyakit kanker stadium lanjut divonis dokter tidak akan bertahan lama. Namun ia tetap bersemangat menjalani hidup dengan iman dan sukacita. Akhirnya ia mengalahkan penyakitnya dan mengalami kesembuhan. Orang yang bersemangat dapat menanggung penderitaannya. Semangat dan motivasi bertumbuh karena kita memiliki harapan. Semua kesulitan dan masalah adalah pemicu yang akan membangkitkan semangat juang kita.

3. Harapan Mengembangkan Ketekunan dan Sikap Pantang Menyerah
Dr. David J. Schwartz mengisahkan tentang Jimmy, seorang anak putus sekolah berumur empat belas tahun. Karena harus mencari uang untuk membiayai neneknya yang sakit, ia menawarkan diri membersihkan halaman dan memotong-motong kayu di rumah Dr. Schwartz. Ternyata hasil kerjanya sangat memuaskan dan pantas dihargai dengan upah yang baik. Dalam beberapa tahun Jimmy berhasil menjadikan pekerjaan ini sebuah bisnis yang berkembang pesat. Ia kini mempunyai sebuah truk, berbagai peralatan mesin dan dua orang asisten. Karena tidak kehilangan harapan, Jimmy mampu bersikap optimis dan pantang menyerah. Ia akhirnya berhasil membangun masa depannya.

Jangan Takut


Jangan Takut (Mat 10:26-33)

Pendahuluan: Kecemasan, ketakutan, menjadi makan sehari-hari.

Bagian bacaan sebelumnya adalah nubuatan tentang masa depan. Ia sedang memberitahukan bahwa untuk menjadi Kristen yang sejati maka kita akan mangalami banyak penderitaan (18, 22). Dan hal itu memang terjadi pada Paulus, Ploicarpus, Welem, dll, namun banyak orang dubahkan dari emua itu (Kis 13:12).

Dalam ayat2 ini qta dapatkan ungkapan yang diutliskan berulang-ulang. Jangan takut. Pernyataan khas Injil, ada 12x dalam Injil. Mengapa ketakutan itu penting? Ketakutan lawan dari iman. Kita hidup di tengah2 dunia yang penuh dengan ketakutan, tekanan mental. Tiap tahun obat penenang habis, alcohol. Banyak penyakit yang diakibatkan stress, randang pencernaan dll. Penelitian 70% penyakit jsamani diakibatkan oleh ketegangan syaraf, kawatir, dan rasa takut. Bahkan Dr. Martyn Loyd, Inggris stop bekerja untuk menjadi penginjil karena katanya obat, atau operasi jantung hnaya menyembuhkan pada permukaan sedangkan iman dalam Kristus pada menyembuhkan akar pemsalahan. Tiga macam rasa takut.

1. Takut akan tuduhan atau fitnahan (26).

Baca 25, Apa maksdnya? Karena kmu muridNya maka kalau Aku diserang maka kamu juga diserang. Ketika Yesus usir stan orang2 berkata bhawa itu kuasa setan. Ini hal yang akan dilami setiap HT. Jika kita takut lebih berhanti jadi HT. ketakutan ini sering menghantui karena memang sudah jadi watak manusia untuk selalu berharap orang lain berpikir yang baik2 saja tentang kita. Jadi jangan takut pada ayat 26. Kalau kita tahu bahwa Allah akan unkapkan kebenaran mengapa kita takut. Percaya bahwa Hari Penghakiman semua akan diungkapkan. Contoh menjadi orang Kristen di lingkungan.

2. Takut mati (28).

Dialami semua orang. Namun dalam Ibrani 2:15 punya jangkauan luas. Kehilang kerja, rumah, keluarga, dan ini adalah salah satu arti kematian menurut Kitab Suci. Demikian lihat ayat 39 artiya mati setiap hari. Mati setiap hari adalah masalah besar org Kristen. Mengapa banyak orang tidak mau melayani, karena takut mati atau takut hilanh standar kehidupan mereka.

3. Takut terluka (29-30)

Harga yang sangat murah di Yerusalem, harga orang miskin. Bagima mengkap pipit? Di katapel, jika kena pasti terluka atau murah.

Bertanyalah ketakutan macam apa yang ada pada diri kita?

Biarkan Allah menyeliki hati kita, jika kita membuat daftar pasti sangat banyak ketakutan dalam hidup ini. Ada yang takut punya jodoh, suami, pekerjaan, dll. Bahkan seumur hidup ada yakut menjadi Kristen karena bisnis, karier, pekerjaan tidak langgeng. Mereka berkata biar hamper ajal saja baru sya dibaptis n jadi Kristen. Ada yang takut menjadi Kristen nanti ditertawai,.

Birkan Allah membebaskan anda. Dosalah yang membuat kita menjadi takut. Contoh kalau kita buat pelanggaran kalau tidak pakai helem.

Bagaimana iman menjadi lawan dari ketakutan?

1. Iman adalah keyakinan pada keadilan (26)

Orang boleh fitnah tapi saya yakin akan keadilan Allah. Sekalipun sekarang tersembuny tapi nanti dibukakan

2. Iman adlh kyakinan pda kuasa Allah utuk menyelamatkan (28)

Jangan takut pada manusia karena kuasa terbatas.

3. Iman adalah keyakinan pada kasih Allah kepada kita (31). Obyek kasih Tuhan, begitu mengasihi kita sehingga Dia katakan Luk 21:18……. Bahkan Mat 7:11 adalah janji bagi kita

Miliki satu rasa takut yaitu Takut akan Allah.!

Takut kalau Kristus tidak mengakui kita pada hari itu. Dia katakan menjauhlah (Mat 7:23). Takut ……ayat 32. Bagaimana pikiran orang tentang saya tidak membuat saya takut, satu2nya hal yang saya perhitungkan adalah bagimana pikiran Yesus tentang saya.

Kaum Muda Yang Tidak Sama Dengan Dunia


Kaum Muda Yang Tidak Sama Dengan Dunia

Arti judul di atas: tidak meniru, tetapi sudah mengalami satu keubahan/perubahan karena didandani oleh Tuhan melalui firmanNya pada masa-masa yang lampau. Firman Tuhan berkata: Kedatangan Tuhan identik dengan keubahan. Kalau hidup kaum muda selama beribadah tidak mengalami keubahan, ini akan menjadi tanda tanya. Harus mengalami keubahan!

Roma 12: 1-2

Ibadah itu mengarah pada kesempurnaan. Dimulai dengan dapat membedakan mana yang baik dan jelek, sampai mencapai satu titik yaitu kesempurnaan. Selalu dibaharui dengan mengalami keubahan sehingga tidak sama dengan dunia. Tuhan pasti buka jalan di hari-hari mendatang supaya tidak ragu-ragu lagi. Mengalami keubahan oleh ibadah, yaitu ibadah yang mempersembahkan tubuh ini sebagai persembahan yang hidup, kudus dan berkenan di hadapan Tuhan. Jika tidak, maka akan menjadi sama dengan dunia dan akan menjadi sasaran antikris. Tetapi anak-anak Tuhan yang mengalami keubahan, dijamin oleh Tuhan bahwa di masa-masa mendatang hidupnya akan benar-benar sukses!

Waktu Tuhan Yesus berumur 12 tahun, Dia pergi ke bait Allah bersama dengan orang tua-Nya. Di situ Dia berdialog dengan alim ulama. Apa artinya? Ia ingin mendapat masukan-masukan tentang ajaran firman Allah. Di situ semakin hari Dia semakin bertumbuh, berhikmat dan bertambah besar, itulah keubahan.

Lukas 2:52

Bagaimana kalu dibuat grafik kalau acuannya dalam ayat ini.

Kebanyakan orang yang datang ke bait Allah hanya datang dan pulang (ayat 44) karena menganggap ibadah sebagai suatu kebiasaan. Tuhan tidak mau kita menjadi kristen karena kebiasaan.

Waktu Yerusalem dikepung, bangsa Israel kalah sehingga semua harta bendanya diambil dan di bawa ke Babel, kepada raja Nebukadnezar. Banyak orang-orang muda yang ditawan dan dijadikan pegawai istana raja. Yang dipilih adalah orang-orang muda dari keturunan raja dan bangsawan, orang-orang yang cakap dan tidak bercela. Tetapi para pemuda ini tidak mau menjadi sama dengan mereka. Daniel berketetapan untuk tidak mau makan/minum apa yang disajikan oleh raja. Ia tidak mau menjadi sama dengan mereka sehingga pemimpin pegawai istana merasa ketakutan. (Daniel 1:1-10)