Rabu, 05 Mei 2010

Kenali Diri Anda : Antara Kenyataan dan Asumsi


Siapa diri kita sebenarnya? Apa yang kita tahu betul tentang diri kita? Apakah kita tahu tentang kelemahan dan kekuatan kita? Dan apa yang kita kira kita tahu tentang diri sendiri itu lantas terbukti atau sesuai dengan kenyataan? Jika itu kelebihan, apakah orang lain juga mengakuinya? Dan jika kita mengira itu sebagai kekurangan, apakah orang lain juga mengakui itu kekurangan kita?
Semakin mendekati jarak antara kenyataan dengan apa yang kita asumsikan tentang diri kita, itu berarti baik karena kita mengenal diri sendiri. Dan begitu juga sebaliknya, semakin jauh jarak antara kenyataan dengan apa yang kita perkirakan tentang diri sendiri, artinya buruk sekali pengenalan diri kita sendiri.
Akibatnya dari orang yang tak mengenal dirinya, sehingga jarak antara asumsi dan kenyataan tentang diri sendiri begitu jauh adalah orang itu terus berusaha mengingkari kenyataan tentang dirinya. Barangkali dalam kenyataan sehari-hari muncul dan sering kita temui dalam bentuk over compensation, membual, melebih-lebihkan, atau bahkan mengecilkan orang lain untuk meninggikan diri sendiri, berbohong, dan seterusnya jika merasa diri paling hebat. Ia tak berpijak pada kenyataan, sehingga biasanya menjadi omong doang dalam pekerjaannya.
Tetapi begitu pula sebaliknya dengan orang yang mengira dirinya sendiri negatif, ia akan menjadi sangat minder, menarik diri dari pergaulan, mengurung diri, dan tak mau melakukan apapun. "Apalah artinya saya, siapa yang mau mendengarkan saya," adalah contoh ungkapan yang sering diucapkan orang dengan persepsi diri sendiri negatif. Sebetulnya orang seperti ini merasa tertekan pada kelemahan dirinya.
Baik kedua hal diatas, entah menilai dirinya terlalu tinggi ataupun terlalu rendah sama-sama tidaklah sesuai dengan kenyataan dan ini merupakan hal yang buruk baik karena secara mental maupun psikologis sama-sama tidak sehat. Orang yang selalu pakai kedok akan capek karena memberikan tekanan (stress) yang besar pada diri sendiri.
Johari Window sebagai solusi
Dalam psikologi ada sebuah konsep yang disebut Johari Window atau Jendela Johari untuk menggambarkan pengenalan diri kita. Ada empat jendela dari Johari Window, yakni:
1. Jendela terbuka. Hal-hal yang kita tahu tentang diri sendiri, tetapi orang lain juga tahu. Misalkan keadaan fisik, profesi, asal daerah, dan lain-lain.
2. Jendela tertutup. Hal-hal mengenai diri kita yang kita tahu tetapi orang lain tidak tahu. Misalkan isi perasaan, pendapat, kebiasaan tidur, dan sebagainya.
3. Jendela buta. Hal-hal yang kita tidak tahu tentang diri sendiri, tetapi orang tahu. Misalkan hal-hal yang bernilai positif dan negatif pada kepribadian kita.
4. Jendela gelap. Hal-hal mengenai diri kita, tetapi kita sendiri maupun orang lain tidak tahu. Ini adalah wilayah misteri dalam kehidupan. (CP)

KEKUATAN FOKUS


Visi Anda haruslah mengambarkan apa yang Anda pilih untuk fokuskan, namun Anda tidak akan mengalami sukses dalam hidup ini bila Anda hanya berfokus pada hal-hal selain dari sumber kehidupan yaitu Yesus Kristus. Ketika kita berusaha memenuhi tujuan hidup kita, kita tidak seharusnya hanya membangun berdasarkan kekuatan kita dan keunikan kita, namun kita juga harus membangun berdasarkan pewahyuan yang telah Tuhan nyatakan pada kita dan tidak ada hal yang akan mengganggunya.
Akan ada banyak gangguan yang akan mengalihkan fokus Anda kepada hal-hal yang lain. Ada 3 macam gangguan yang harus kita waspada supaya Anda tetap fokus kepada tujuan hidup Anda :
1. Kesuksesan-kesuksesan sementara. Seringkali gangguan terbesar dari tujuan Anda adalah kesuksesan itu sendiri. Ketika kita mengalami kesuksesan kecil biasanya kita mulai membangun perasaan menang dan berpikir bahwa kita dapat melakukan apa saja.. Hal ini sangat berbahaya karena akan membuat Anda menyimpang dan justru melakukan hal-hal yang bukan tujuan Anda. Jadi tetap fokus kepada kekuatan inti dan tujuan Anda.
2. Iri hati. Hal ini merupakan gangguan yang sangat berbahaya. Anda harus menyadari bahwa Anda tidak akan mendapatkan apa yang Tuhan tidak ingin berikan kepada Anda, demikian juga sebaliknya apa yang telah Tuhan berikan kepada Anda tidak seorang pun dapat mengambilnya. "Jawab Yohanes: "Tidak ada seorang pun yang dapat mengambil sesuatu bagi dirinya, kalau tidak dikaruniakan kepadanya dari sorga."(Yohanes 3:27). Jangan terganggu dengan pesaing-pesaing yang ada di dekat Anda, konsentrasi saja kepada tujuan dan visi yang telah Tuhan berikan kepada Anda.
3. Penderitaan hidup. Tujuan selalu membawa kedua hal ini : sukacita dan penderitaan. "Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah."(Ibrani 12:2). Sukacita akan membantu kita melewati penderitaan yang ada. Sebagai contoh, seorang ibu yang hamil tidak mengalami sukacita dalam memiliki bayi tanpa menahan sakit saat bersalin.
Jika ketiga gangguan ini sedang Anda alami, inilah waktunya untuk fokus kembali. Mulailah membangun tujuan hidup Anda berdasarkan apa yang tuhan telah berikan kepada Anda- kekuatan, keunikan dan pewahyuan Anda. Fokuslah kepada Kristus.
"Biarlah matamu memandang terus ke depan dan tatapan matamu tetap ke muka. Tempuhlah jalan yang rata dan hendaklah tetap segala jalanmu. Janganlah menyimpang ke kanan atau ke kiri, jauhkanlah kakimu dari kejahatan." (Amsal 4:25-27).

Marah dan Kesehatan


Walau bisa melepaskan emosi yang terpendam, marah ternyata juga punya segudang efek negatif. Selain efek psikologis, efek fisiknya juga nggak kalah banyak lho! Apa aja tuh? Tubuh yang menjadi lebih sehat dan segar setelah bulan puasa ternyata tak hanya gara-gara teratur makan. Usaha Anda dalam menahan emosi dan amarah juga ikut berperan. Sebuah artikel yang dikutip dari 1stholic mengungkapkan beberapa fakta tentang amarah yang ternyata berpengaruh besar terhadap kesehatan.

Marah adalah perasaan. Amarah datang dari bagian dari otak yang sangat tua dan biasanya berlangsung hanya selama satu hingga dua detik saja. Namun amarah ini bisa berlangsung dalam jangka waktu panjang. Jika Anda merasa sangat marah, tapi perasaan Anda tak bisa terhubung dengan lingkungan sekitar, itu dinamakan mood. Ciri-ciri fisik dan emosional orang yang tengah marah, sudah jadi pertanda buruk bagi kesehatan. Coba saja kita lihat:

Tanda-tanda Secara Fisik
Tekanan darah meningkat, hormon stres meninggi, nafas jadi pendek, jantung berdebar, gemetar, membentak, pupil berkontraksi dengan tidak teratur, kekuatan fisik meningkat, impotensi, cara bicara dan gerak lebih cepat dan sering, lebih sensitif. Jelas tanda-tanda ini akan mengakibatkan pergerakan sel dan hormon dalam tubuh jadi tidak sesuai.

Tanda-tanda Secara Emosional
Kritis, pendengki, pendiam, tingkah lakunya agresif, cemburuan, percaya diri rendam, mudah menilai orang dengan negatif, kerap mengutuk orang, selalu tak enak perasaannya, depresi, gelisah, lesu dan mudah lelah.

Nah, banyak sekali kerugian yang bisa didapat dari amarah. Namun amarah memang tak bisa diprediksi. Datang dan pergi begitu saja. Namun ada cara untuk menghadapi rasa kesal yang sering muncul

Tiga Cara Menghadapi Amarah
1. Melihat situasi dengan cara yang berbeda
Amarah biasanya datang lewat kejadian di sekitar kita. Bisa apa saja tanpa terduga bahkan sepele. Oleh karena itu setiap Anda merasa akan datang masalah, coba pandang masalah itu dari sudut pandang yang berbeda. Ubah pemikiran kita tantang apa yang tengah terjadi dan secara dramatis Anda bisa merubah perasaan Anda tentang hal tersebut.

2. Relaks dan kalem
Sekali terperangkap oleh amarah kita jadi tak bisa berpikir dengan jernih dan memecahkan masalah dengan baik. Solusinya, Anda harus bisa cooling down sebelum berusaha melakukan sesuatu. Jika perasaan Anda tidak tenang, yang ada nanti masalah malah akan semakin membesar. Coba tarik nafas dalam-dalam dan berkonsentrasi melakukan sesuatu. Jangan terburu-buru. Biarkan perasaan tenang dulu.

3. Bersabar
Jika Anda terperangkap dalam situasi yang sangat menyebalkan cobalah untuk bersabar. Karena ini juga akan membuat Anda bisa hidup dengan lebih sehat dan awet muda. Amarah bisa disamakan dengan kegemukan. Ia ada dimana-mana namun tak baik untuk siapapun. Menurut artikel yang dirilis harian Harvard Mental Health, perasaan optimis lebih baik dari pada amarah.

Dalam satu studi juga pernah disebutkan, orang dengan tekanan darah normal namun memiliki tingkat amarah yang tinggi punya potensi 3 kali lebih banyak terkena serang jantung. Jadi, masih suka marah-marah?

Perubahan Diri dan Perubahan Hidup


Perubahan Diri dan Perubahan Hidup
Roma 12:2
Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.
Hal kecil apa yang seringkali menjadi awal mula sebuah perubahan hidup? Jawabannya adalah impian. Tidak berlebihan jika ada yang bilang impian adalah langkah pertama menuju sukses. Logikanya sangat sederhana. Bagaimana mungkin kita bisa mewujudkan impian kita jika kita sendiri tidak punya impian.
Impian itu juga yang kini dimiliki Robi. Ia sudah bosan menjadi kontraktor terus alias hanya ngontrak rumah setiap tahunnya. Ia ingin agar bisa memiliki sebuah rumah sendiri tanpa harus direpotkan untuk pindahan setiap tahunnya. Impian itu kemudian disampaikan Robi kepada isteri dan anaknya yang masih berusia 6 tahun. Dan mereka mendukung impian Robi.
Sayangnya, sudah 2 tahun berlalu namun Robi belum juga berhasil memiliki rumah impiannya tersebut. Ia bahkan tidak sanggup untuk mengajukan kredit rumah ke bank. Ada apa gerangan? Rupanya Robi masih hidup dengan pola yang sama. Ia bekerja dengan irama kerja yang sama tanpa ada sedikit pun perubahan pada dirinya. Ia masih saja malas-malasan dalam mengejar target yang ditetapkan perusahaan. Di kantornya ia bahkan selalu dicap orang yang tepat waktu alias masuk tepat waktu dan pulang pun tepat waktu. Seorang rekan kerja bahkan menjulukinya sebagai si teng go (alias begitu teng langsung go). Itulah sebabnya hidupnya pun tidak berubah.
Kisah yang dialami Robi juga sering kali kita lihat dalam kehidupan kita. Bahkan tidak tertutup kemungkinan kita sendiri punya perilaku seperti Robi. Dalam hidup ini berlaku hukum sebab akibat persis seperti apa yang ada dalam firman Tuhan bahwa apa yang kita tabur itu juga yang akan kita tuai. Jika kita bertindak A maka kita akan mendapatkan hasil A. Jika kita bertindak B maka kita akan mendapatkan hasil B.
Sebagian orang kemudian ingin mendapatkan hasil yang lebih baik, katakanlah C namun sayangnya mereka masih saja melakukan tindakan A atau B. Itu sangat mustahil! Jika seseorang menginginkan hasil C maka ia harus merubah tindakan dari A dan B ke C.
Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah kenapa banyak orang enggan berubah? Saya mencatat setidaknya ada beberapa faktor penyebabnya. Pertama, karena perubahan tidak selalu mengenakkan. Anda akan mengetahui langsung hal ini dengan sebuah latihan kecil. Cobalah untuk menuliskan nama Anda dengan menggunakan tangan yang tidak biasanya Anda gunakan. Misalnya jika Anda biasa menggunakan tangan kanan, sekarang gunakan tangan kiri. Tentu sangat tidak nyaman. Kedua, perubahan adalah sebuah proses yang penuh pengorbanan. Untuk itu diperlukan waktu, ketekunan dan kesabaran. Bukan sesuatu yang instant! Terkadang baru bertahun-tahun kemudian kita bisa mendapatkan hasil yang kita inginkan. Ketiga, perubahan bisa menjadi sumber konflik baru. Ini lazim terjadi dalam sebuah organisasi yang mengadakan perubahan besar-besaran (misalnya restrukturisasi) yang pada akhirnya berdampak pada berbagai segi kehidupan organisasi. Misalnya PHK (pemutusan hubungan kerja) atau ketidakpuasan akibat mutasi kerja.
Perubahan: Sumber Kemajuan
Meski banyak manusia yang membenci perubahan namun mau tidak mau haruslah diakui bahwa perubahan adalah sumber kemajuan. Lantas, timbul pertanyaan, perubahan seperti apa yang bisa memberikan kontribusi signifikan terhadap kemajuan? Jawabannya jelas, perubahan yang dimulai dari diri sendiri. Sayangnya, banyak orang yang selalu bersuara agar orang lain berubah namun mereka sendiri enggan untuk berubah.
Motivator sekaligus pakar kepemimpinan, Dr. John C. Maxwell dalam bukunya Thinking for A Change menyatakan ada 6 langkah yang bisa mengubah hidup manusia. Pertama, kita harus mengubah cara berpikir kita. Mengubah cara berpikir akan mengubah keyakinan kita. Kedua, jika keyakinan kita berubah, harapan kita akan berubah. Ketiga, jika harapan kita berubah sikap kita berubah. Keempat, jika sikap kita berubah, perilaku kita berubah. Kelima, jika perilaku kita berubah, kinerja kita berubah. Dan keenam, jika kinerja kita berubah, hidup kita akan berubah.
Dari pernyataan Dr. Maxwell ini saya mencatat bahwa perubahan diri selalu dimulai dengan perubahan pola pikir. Hal ini sangat sejalan dengan firman Tuhan yang disampaikan oleh rasul Paulus agar sebagai pengikut Kristus kita harus berubah oleh pembaharuan budi kita. Hanya saja, saya perlu mengingatkan sekali lagi bahwa perubahan tidak selalu menyenangkan. Bahkan kalau suatu proses perubahan itu terasa mulus dan sangat enak, bisa jadi itu bukan perubahan. Perubahan selalu menuntut pengorbanan namun perubahanlah satu-satunya sarana efektif menuju ke tahapan kehidupan yang lebih baik.
Untuk itulah saya mengajukan beberapa saran praktis agar kita mampu mengubah hidup kita. Pertama, tentukan impian yang ingin kita raih sejelas dan sespesifik mungkin. Kedua, tentukan langkah-langkah yang akan kita ambil untuk mewujudkannya setahap demi setahap. Ketiga, buatlah komitmen yang kuat bahwa kita sungguh ingin berubah. Komunikasikan komitmen ini kepada sahabat dan orang terdekat kita dan jangan lupa untuk mendoakannya sebab sekeras apa pun kita bekerja akan sia-sia tanpa dukungan Tuhan. Ingat juga bahwa kesempatan untuk berubah itu pun sebuah anugerah dari Tuhan yang patut kita syukuri. Keempat, take action! Sebaik apapun konsep yang kita buat jika tanpa tindakan akan sangat percuma. Kelima, milikilah mitra akuntabilitas yakni sahabat-sahabat dekat kita yang berani menegur kita secara jujur, tulus dan terbuka jika kita mulai melenceng dari komitmen semula. Keenam, lakukan evaluasi berkala atas kemajuan yang telah kita peroleh. Jika memang diperlukan perubahan metode, kita harus bersikap fleksibel.
Ijinkanlah saya menutup jumpa kita kali ini dengan sebuah nasihat kecil dari Victor Chasles: the sure way to miss success is to miss the opportunity. Ya, cara pasti untuk melewatkan kesuksesan adalah dengan melewatkan kesempatan yang ada. Termasuk kesempatan untuk berubah. Selamat melakukan perubahan dan raih impian Anda!

Pria Berintegritas


Ada seorang laki-laki di tanah Us bernama Ayub; orang itu saleh dan jujur; ia takut akan Allah dan menjauhi kejahatan (Ayub 1:1).
Polisi Philadelphia heran saat menerima sepucuk surat dan sejumlah uang dari seorang pengendara mobil yang ditilang karena ngebut pada tahun 1954. Waktu itu John Gedge-turis Inggris, mengunjungi kota Brotherly Love, tertangkap karena ngebut. Ia dikenai denda sebesar $15, tetapi Gedge lupa pada surat tilang itu selama hampir 52 tahun, sampai pada suatu hari ia menemukannya dalam mantel tuanya. "Rasanya saya harus membayarnya," tutur Gedge, 84 tahun, yang kini tinggal di rumah jompo di Sussex Timur. "Orang Inggris yang baik akan membayar kalau mereka berutang. Suara hatiku terdengar sangat jelas."
Kisah di atas mengingatkan apa yang di tulis Alkitab: Ayub adalah orang yang saleh, jujur, takut akan Allah dan menjauhi kejahatan. Ayub merupakan pria yang berintegritas. Integritas harus menjadi ciri semua orang yang percaya kepada Kristus, apa pun posisi mereka.
Men Of Integrity (Pria-pria Berintegritas)
Kata Ibrani untuk integritas mencakup pengertian whole, sound, unimpaired, memiliki hati yang tulus. Orang yang berintegritas memiliki etika dan moral yang baik, tak ada kemunafikan, dan bertekad memegang janji (dari sini muncul istilah promise keeper=pemegang janji, suatu gerakan pria di Amerika yang memiliki komitmen untuk kembali pada janji mereka). Pria yang berintegritas adalah pria yang ucapan dan tindakannya sama benar, tak ada yang disembunyikan, tidak mendua.
Kata integritas/integrity berasal dari akar kata "integer", yang berarti menyeluruh, lengkap atau segalanya. Ini adalah bentuk ketaatan secara keagamaan terhadap kode moral, nilai dan kelakuan. Kalau kita peragakan, maka integritas ini melebihi karakter seseorang, aksi yang dapat dipercaya (trustworthy action) dan komitmen yang bertanggung jawab (responsible commitment). Kalau boleh ditentukan, maka integritas itu adalah standard terhadap anti suap (incorruptibility), menolak melakukan kesalahan terhadap kebenaran, bertanggung-jawab atau janji (pledge)
Sedikit sekali kita menjumpai orang yang berintegritas dalam masyarakat. Krisis integritas telah menyentuh berbagai lapisan, termasuk pemerintahan. Dalam komunitas Kristen, integritas sangat diperlukan dalam pelayanan. Menurut Steve Sonderman yang sangat concern terhadap pelayanan kaum pria, integritas pelayanan akan nampak dalam tiga hal:
1. Integritas nampak dalam pengakuan: tahu apa yang mereka yakini dan lakukan meski harus membayar harga yang mahal, tahu apa yang benar, tak mudah tergoyahkan.
2. Integritas nampak dalam keselarasan (their walk matches their talk). Apa yang dikomunikasikan kepada istri dan anak selaras dengan apa yang dilakukan. Istri dan anak tak akan begitu saja percaya kepada suami/ayah yang hanya kelihatan "saleh" di gereja, namun "salah" di keluarga, kantor, dan komunitas lainnya. Para pria perlu mengembangkan konsistensi, antara apa yang mereka lakukan pada hari Minggu dan apa yang mereka lakukan pada hari lain.
3. Integritas nampak dari karakter. Para pria perlu menunjukkan "kejujuran" dalam bertindak. Sekalipun berbuat salah, tak akan malu mengakuinya, dan akan memohon pemulihan dari Tuhan.
Kesuksesan sebuah keluarga tergantung pada fungsi pria sebagai kepala keluarga. Keluarga adalah batu penjuru masyarakat. Seluruh masyarakat berdiri atau jatuh tergantung pada fungsi pria dan ayah. Bila prinsip ilahi, kekal, dan universal diabaikan, masyarakat akan hancur. Para pria harus menerima tantangan untuk mengambil posisinya dalam hubungan dengan Allah, dan sebagai wakil-Nya dalam hubunga dengan istri dan anak-anaknya. Setiap pria harus mengembangkan kekuatan, keberanian dan kebanggaan yang baru, menjadi pria sejati, pria satu istri, setia kepada istri, dan berkomitmen kepada anak-anaknya.
Para pria harus menjadi ayah teladan, jujur dalam pekerjaan, berintegritas, setia, dan dapat diandalkan, lebih suka menderita daripada mengkompromikan keyakinan mereka, lebih baik kehilangan reputasi daripada harus mencemarkan hati nurani mereka, berusaha memuliakan Allah, mencari kebahagiaan dengan mengorbankan kepentingan sendiri, bukan mengorbankan orang lain, menjadi seperti yang dikehendaki Allah! Pria yang utuh dan sejati!
Ada beberapa tips yang harus dijaga dalam membangun integritas diri. Untuk membangun integritas dan karakter yang kokoh, diperlukan 7 kebiasaan yang harus dilakukan secara sadar dan konsisten :
1. Selalu menepati janji
2. Taat, tidak plin-plan
3. Komitmen dipegang teguh dan bertanggungjawab
4. Satu kata, satu perbuatan
5. Jujur dan terbuka
6. Menghargai waktu
7. Menjaga prinsip dan nilai-nilai yang diyakini
GBIPKBJB