Minggu, 16 Agustus 2009

Sudahkah Kita Sungguh-Sungguh MERDEKA?


“Grace is not an excuse to sin, but it is the power not to!“
Di tiap bulan Agustus, terdapat beberapa negara merayakan hari kemerdekaannya, salah satunya negara Indonesia kita yang tercinta ini. Sebagai warga negara Indonesia, kita bangga punya pemerintahan yang mandiri terlepas dari kendali bangsa lain, sehingga ke dalam kita punya keleluasaan mengatur diri kita sendiri, dan di luar kita berdiri sejajar dengan negara-negara lain dalam pergaulan internasional.

Selain sebagai warga negara Indonesia, kita juga adalah warga Kerajaan Sorga. Masing-masing status ini diperoleh sebagai hasil dari yang disebut sebagai “pembebasan” yang membuahkan kemerdekaan. Kemerdekaan Negara Indonesia dan kemerdekaan seorang Kristen yang sejati diperoleh melalui pengorbanan dan curahan darah. Kemerdekaan Indonesia diraih melalui perjuangan para pendahulu-pendahulu kita yang rela mati demi terbebasnya bangsa Indonesia dari kolonialisme. Sama dengan itu, kita juga dibebaskan dari belenggu dosa karena Kristus rela menderita bahkan mati. Film “Passion of Christ” memberi kita gambaran tentang betapa menderitanya Kristus di hari penyaliban-Nya.

Namun, dari kesamaan tersebut, terdapat perbedaan yang substansial antara kedua kemerdekaan dimaksud, yakni bahwa (a) kemerdekaan Negara Indonesia diraih (achieved) sebagai hasil perjuangan rakyat Indonesia sendiri, bukan diberikan oleh bekas penjajah, dan sebaliknya, (b) kemerdekaan kita dari belenggu dosa, semata-mata adalah hasil anugerah Tuhan bagi kita yang kita terima (received) secara cuma-cuma.

Kemerdekaan Semu
Hidup di alam kemerdekaan sekarang ini memang memberi banyak kenyamanan. Apalagi di dalam dunia globalisasi saat ini. Globalisasi dan teknologi telah memberi manusia modern akses ke suatu produk yang disebut “kebebasan” yang lebih besar untuk memilih. Setiap orang pasti mendambakan kebebasan (dalam batas tertentu secara subjektif). Kebebasan memberi wadah dan kepuasan bagi manusia untuk menyalurkan daya cipta, rasa dan karsanya. Kebebasan memang menjadi hak asasi manusia.

Tetapi, “kebebasan” dapat berubah menjadi “kebablasan” apabila, dalam hubungan sosial, kebebasan yang ada tidak menghormati kebebasan orang lain. Kebebasan manusia yang merupakan suatu potensi, justru akan menjadi “krisis” apabila tidak dibatasi. Oleh karenanya, kebebasan saya harus dibatasi oleh kebebasan Anda, dan sebaliknya. Apabila tidak, manusia akan menjadi “serigala” bagi manusia lainnya (homo homini lupus).

Kebebasan akan mencapai tahap paling tragis dan ironis apabila kebebasan justru menciptakan “penjara” bagi yang bersangkutan. Tanpa kita sadari, kita pernah atau mungkin kerap terperangkap dan terbelenggu dengan “kebebasan” kita, apabila kita sudah tidak dapat berkata “tidak” untuk suatu pilihan dalam kebebasan dimaksud. Berapa banyak manusia yang sangat menikmati “kebebasan” yang melekat padanya sehingga ia sudah begitu tergantung pada “kebebasan” itu sendiri.

Mereka yang katanya hidup “merdeka” sehingga memilih menjalani suatu kebiasaan buruk tanpa ada yang menghalangi atau membatasi, hanya justru akan menjadi narapidana dari penjara “kebebasan”nya sendiri apabila ia tidak dapat lagi menolak melakukan hal yang sama. Dalam hal demikian, it’s not about freedom—it’s about addiction.

Dosa memang manis. Tetapi “ada jalan yang disangka orang lurus, tetapi ujungnya menuju maut” (Amsal 14:12; 16:25). Dunia tanpa Kristus ibarat sementara berbaris pada rute sedemikian.

Kemerdekaan oleh dan dari Kristus
Maut: musuh terbesar manusia
Adakah ketakutan manusia yang lebih besar dari ketakutan menghadapi maut?
Semua orang pasti punya rasa takut karena rasa takut memang manusiawi. Yang beda hanyalah tingkat dan jenis rasa takut. Ada ketakutan yang rasional, ada pula yang sudah tidak rasional. Rasa takut membantu manusia untuk terhindar dari bahaya yang lebih besar. Takut kena api mencegah orang untuk tidak merasakan sakit bila terbakar. Ada yang takut untuk hal-hal yang baru sehingga orang tersebut tidak berani mengambil keputusan tegas melakukan perubahan.

Tetapi, seberani-beraninya seseorang, orang tersebut, sepanjang dia belum mengenal dan menerima Kristus sebagai Juru Selamatnya, pasti akan mengalami ketakutan saat ajal menjemput dia. Bahkan, kata orang, ada orang yang masih dalam proses kematiannya sudah mengalami penderitaan secara spriritual, umpama, karena ketika hidup ia akrab dengan okultisme (ilmu hitam).

Pada umumnya orang takut mati, antara lain mungkin karena, dia terlalu mengasihi dunia ini, atau dia tidak mengetahui ada apa di balik kematian, atau bahkan dia sadar bahwa dia pantas mengalami penghukuman yang menanti dia setelah kematiannya dan dia tidak menemukan atau tidak mau menerima jalan keselamatan kekal melalui Kristus hingga kematiannya.

Maut: musuh terakhir manusia (I Kor.15:26)
Di dalam menjalani proses kehidupan di dunia ini, setiap orang pasti menghadapi kesulitan, baik pergumulan batin di dalam dirinya maupun ketegangan dengan faktor-faktor di luar dirinya. Ada yang melihat “kesulitan” secara positif di mana setiap “kesulitan” ditanggapi sebagai tantangan bahkan peluang untuk menjadi makin baik. Tetapi ada juga mereka yang melihat dari sudut lain dan menjadikan “kesulitan” sebagai musuh, termasuk orang-orang yang menciptakan “kesulitan” bagi dia. Tetapi, pada umumnya segala hal yang mengancam eksistensi atau kemapanan seseorang akan selalu dilihat sebagai “musuh”, terlepas dari apakah yang bersangkutan akan menghadapi, melarikan diri atau menyikapi dengan cara lain atas “musuh” nya tersebut.

Di dalam konteks waktu, rangkaian proses upaya “penaklukan” musuh apapun tadi akan berujung pada kenyataan absolut bahwa ada “kematian” menanti setiap orang yang menjadi musuh terakhir untuk dihadapi, kalau tidak bisa ditaklukkan. Pada umumnya, orang berusaha mengelak atau “menunda” datangnya kematian dan ingin menikmati umur panjang (namun, lucunya, tidak mau jadi tua). Tapi, setiap orang sudah ditetapkan untuk mati. Bahkan kematian dapat datang tanpa peringatan (Amsal 27:1). Semua manusia pada dasarnya berbaris antri menunggu saat ajal menjemput. Ada yang lama berbarisnya, ada yang relatif singkat.

Tidak ada manusia di dunia ini yang dapat mengalahkan kematian. Kenapa? Karena semua manusia sudah berdosa (Roma 3:10, 23) dan upah dosa adalah maut (Roma 6:23). Semua manusia pasti mengalami kematian. Manusia telah ditetapkan untuk mati sekali saja dan kemudian dihakimi (Ibrani 9:27).

Apabila sejarah manusia hanya sampai di situ, sorga tidak akan pernah dihuni oleh manusia dan sejarah manusia akan berakhir tragis: setelah dicipta menurut rupa ALLAH dan menikmati segala ciptaan lainnya dari ALLAH yang luar biasa selama hidupnya, manusia akan berakhir pada ruangan penghukuman kekal.

Puji syukur kepada ALLAH! ALLAH kita adalah ALLAH yang “mengosongkan diri” dan menyangkal diri-Nya bersedia turun ke dunia mengambil rupa seorang manusia. Tidak ada jalan lain bagi manusia untuk diperdamaikan dengan Pencipta-Nya selain berdasarkan inisiatif perdamaian yang datang sendiri dari ALLAH. Dosa manusia yang membuat manusia gagal memenuhi standar ALLAH, telah membuat manusia seteru ALLAH. Dosa manusia telah menciptakan suatu jurang antara ALLAH dan manusia yang tidak terseberangi oleh manusia.

Semua manusia karena dosanya pasti mengalami maut (Roma 3:23 dan 6:23). Memang, hanya manusia sajalah yang mengalami kematian (untuk kemudian dihakimi). Karenanya, agar Kristus dapat mengalahkan maut, Kristus harus menjadi manusia sehingga Kristus dapat mati, dan kemudian bangkit (Ibrani 2:14). Tetapi, berbeda dengan kematian manusia yang disebabkan karena dosa manusia sendiri, kematian Kristus adalah satu-satunya kematian yang terjadi karena kehendak ALLAH (Galatia 1:4) dan kematian yang saatnya ditentukan sendiri oleh Kristus, bukan karena dibunuh tentara Romawi (Yoh.10:17-18).

Kematian Kristus adalah kematian yang menelan kematian (Yesaya 25:8). Kebangkitan Kristus merupakan kemenangan-Nya atas kuasa maut. 1 Korintus 15:17: “jika Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah kepercayaan kamu dan kamu masih hidup dalam dosamu.”

Kemerdekaan yang dibawa oleh Kristus adalah kemerdekaan yang sejati karena telah menaklukkan sekali dan untuk selama-lamanya “musuh” terbesar dan terakhir manusia, yakni dosa dan kematian.

Kehidupan kita saat ini menjadi relevan bagi kehidupan setelah kematian karena sudah ada Kristus yang menjembatani kehidupan saat ini dan kehidupan setelah kematian. Tanpa Kristus, hidup kita sekarang tidak akan membawa nilai tambah apa-apa bagi kehidupan setelah kematian karena sebaik-baiknya, sesaleh-salehnya dan sesuci-sucinya kita hidup di dunia ini, semuanya tidak mempunyai nilai apa-apa dan tidak dapat memuaskan standar kesempurnaan ALLAH untuk berdamai dengan ALLAH. Kemerdekaan oleh Kristus bagi kita 2000 tahun lalu sudah membereskan dan mempersiapkan bagi kita kehidupan berikut kita.

Ada suatu hikayat tentang suatu kerajaan yang mempunyai tradisi yang unik. Orang yang menjadi raja di kerajaan tersebut diberi kesempatan untuk mendapatkan apa saja yang dikehendakinya, dengan ketentuan, setelah mencapai “usia pensiun” sebagai raja ia harus turun tahta dan dibuang ke pulau yang tidak menyediakan fasilitas kemudahan apapun sehingga yang bersangkutan harus berusaha sendiri melakukan survival untuk bertahan hidup. Pulau pembuangan itu telah menjadi saksi bisu bagi kehidupan yang tragis dan ironis dari para mantan raja yang sangat menderita mengalami post power syndrome. Walaupun hidup berkelimpahan di pulau istana, hidup masing-masing raja tersebut tidak pernah tenteram karena mereka sudah mengetahui bagaimana jadinya mereka di pulau kedua.

Tetapi satu kali bertahta–lah seorang raja yang berhikmat. Selama ia bertahta, salah satu perintahnya adalah melakukan renovasi total atas pulau angker tersebut. Pulau yang tadinya menjadi mimpi buruk bagi para raja pendahulunya kini telah disulap menjadi tidak kalah indah dengan pulau pertama. Begitulah, selama masa hidupnya di pulau pertama, ia tidak pernah mengkuatirkan kualitas kehidupannya di pulau kedua. Ketika saatnya tiba bagi raja ini untuk “dibuang”, ia dengan senang hati menyongsong tibanya hari itu.

Demikiankah hidup kita saat ini? Hanya apabila pulau tujuan kita sudah siap, kita dapat benar-benar menikmati hari dan tahun di pulau asal. Hanya dengan menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat pribadi kita, maka kita dapat memperoleh kepastian mendapatkan tempat di Sorga kelak. Hanya bila kita siap mati, maka kita siap hidup.

Kemerdekaan yang dipersembahkan bagi Kristus
Kita yang sudah benar-benar mengalami kemerdekaan oleh Kristus kini benar-benar mengalami kemerdekaan yang sesungguhnya. Dengan kekuatan yang kita terima melalui kesatuan kita dengan Kristus, kita akan dimampukan untuk tidak lagi terikat dengan tabiat-tabiat dan belenggu-belenggu dosa. Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam kehidupan sehari-hari kita mungkin masih kurang iman dan dalam sejumlah hal masih mengalami upaya-upaya penarikan oleh kekuatan dunia ini.

Memang, selama kita hidup selama itu pula cobaan menanti kita. Tingkat kualitas cobaan tersebut akan setara dengan potensi kegunaan kita bagi Kristus. Makin tinggi potensi kita, makin besar ancaman yang kita bawa atas rencana jahat iblis atas dunia ini. Dengan demikian, akan makin gencar pula serangan iblis bagi kita. Perjuangan iman ini memang tidak mudah karena perjuangan tersebut adalah perjuangan melawan roh-roh di angkasa, yakni kuasa si jahat (Efesus 6:12).

Salah satu jendela strategis yang Iblis selalu coba terobosi adalah pikiran kita.

Dengan mengendalikan pikiran dan pola pikir kita Iblis akan menguasasi salah satu sumber daya terbesar orang bersangkutan. Ia akan menggerogoti pikiran kita dengan membombardir kita dengan suara-suara yang mematahkan semangat dan iman kita, dan berusaha mengalihkan fokus hidup kita dari iman kepada Kristus kepada keadaan di depan mata dengan segala kemustahilan secara manusia. Iblis akan berusaha menutup pikiran kita bahwa kita sebenarnya sudah diselamatkan dan karenanya dengan kesatuan bersama kuasa kebangkitan Kristus, kita telah dilayakkan dan senantiasa akan dimampukan ALLAH untuk melayani-Nya.

Oleh karenanya, sisa hidup ini haruslah diisi dengan kehidupan yang senantiasa mengarahkan pandangan rohani kita kepada Kristus.

Sebagaimana lensa kamera yang harus selalu disesuaikan kembali dari waktu ke waktu setiap kali mengambil suatu gambar, demikian juga dengan fokus lensa hidup kita. Setiap keadaan di sekeliling kita, bahkan kondisi di dalam diri kita, senantiasa berbeda dari waktu ke waktu. Di tengah kondisi yang berubah-ubah sedemikian, Iblis selalu berupaya mencuri perhatian kita agar kita melepaskan fokus dan konsentrasi kita dari Kristus ke keadaan semu di sekeliling kita.

Sebagaimana Petrus yang akhirnya tenggelam setelah ia melapaskan fokusnya dari Kristus setelah beberapa waktu Petrus sempat berjalan di atas air ketika ia hanya mengarahkan konsentrasinya kepada Kristus semata, demikian juga kita akan ditaklukkan ketika kita justru fokus pada keadaan kita, kelemahan, kekuatiran kita atau “angin kencang” lain yang mengancam kita. Kita butuh mental rohani lensa kamera yang harus selalu difokus ulang dari waktu ke waktu untuk mempertahankan fokus pada Kristus semata.

Hanya hidup yang fokus pada Kristus membuat kita benar-benar merdeka dari beban hidup yang tidak perlu.

Kita akan mampu juga untuk memilih dan memilah mana yang berguna bagi kemuliaan Kristus, mana yang tidak dan karenanya harus dilepas. Kalau kita benar-benar fokus pada Kristus, tidak akan ada unsur dunia ini yang akan terlalu berat bagi kita untuk dilepaskan demi Kristus. Pada titik ini kita mengalami kemerdekaan sejati, dan hidup terasa jauh lebih ringan dan dapat dinikmati dalam damai Kristus.

Ketika Petrus diangkat kembali oleh Yesus setelah mulai tenggelam, saya yakin Petrus menyambut uluran tangan Yesus dengan kedua tangan Petrus, tidak dengan satu tangan saja. Artinya, ketika kita datang kepada dan bergantung pada Kristus untuk hal keselamatan, mari kita datang dengan seluruh keberadaan kita. Jangan biarkan satu tangan kita ada di tangan Kristus, tapi tangan yang satu lagi masih memegang sesuatu yang lain.

Tetapi, setelah diangkat oleh Kristus dari lautan maut dan selanjutnya mendapatkan kemerdekaan, kemerdekaan yang kita terima dari Kristus tersebut tidak boleh kita simpan untuk diri kita sendiri.

Pembebasan oleh Kristus telah bekerja (work in) dalam diri kita. Menindak-lanjuti hal itu, kita harus mengerjakan (work out) kemerdekaan dan keselamatan kekal yang telah kita terima (Filipi 2:12). Kristus telah mendamaikan (a) kita dengan ALLAH sehingga kita tidak perlu lagi mengalami sendiri murka ALLAH, dan (b) kita dengan diri kita sendiri.

Kini, yang harus kita kerjakan adalah membawa pendamaian dengan ALLAH melalui Kristus, kepada sesama kita. Artinya, kita akan hidup dalam kedamaian dengan orang lain, kita mendamaikan orang lain dengan sesamanya, dan yang paling penting dan mendesak adalah kita mendamaikan sesama kita dengan ALLAH.

Berita pendamaian dengan ALLAH melalui Kristus harus kita teruskan, melalui pemberitaan Injil. 1 Korintus 9:16-18: “Karena jika aku memberitakan Injil, aku tidak mempunyai alasan untuk memegahkan diri. Sebab itu adalah keharusan bagiku. Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil. Kalau andaikata aku melakukannya menurut kehendakku sendiri, memang aku berhak menerima upah. Tetapi karena aku melakukannya bukan menurut kehendakku sendiri, pemberitaan itu adalah tugas penyelenggaraan yang ditanggungkan kepadaku. Kalau demikian apakah upahku? Upahku ialah ini: bahwa aku boleh memberitakan Injil tanpa upah, dan bahwa aku tidak mempergunakan hakku sebagai pemberita Injil.”

ALLAH menghendaki kita mempunyai kerelaan untuk memberitakan Injil damai sejahtera (Efesus 6:15), karena boleh memberitakan Injil sudah merupakan upah bagi kita. Apa isi pemberitaan Injil kita? 2 Timotius 2:8 “Ingatlah ini: Yesus Kristus, yang telah bangkit dari antara orang mati, yang telah dilahirkan sebagai keturunan Daud, itulah yang kuberitakan dalam Injilku. “

Kemerdekaan yang ALLAH berikan sebagai anugerah-Nya bukan merupakan alasan bagi kita untuk berbuat dosa, tetapi sebaliknya, justru menjadi kekuatan bagi kita untuk melawan godaan dosa, dan bahkan untuk meneruskan kemerdekaan tersebut ke orang lain. Kita akan sungguh-sungguh merdeka bila kita sudah mampu mengalahkan dan mengalihkan perhatian kita atas kenikmatan semu dunia ini, dan memasangkan pada kaki kita kasut kerelaan untuk memberitakan Injil damai sejahtera (Efesus 6:15).

Äpakah orang yang mendengar pekabaran Injil yang kita sampaikan jadi bertobat dan menerima Kristus, itu bukan yurisdiksi kita tetapi hak prerogatif ALLAH sendiri (Yohanes 6:44 dan 1 Korintus 3:7-8).

Tugas kita hanya menabur Injil Kristus pada orang-orang yang ALLAH tempatkan di tempat dan waktu kita. Kalau ALLAH berkenan kita akan dipakai juga sebagai penuai jiwa sebagai hasil Injil yang mungkin ditaburkan orang lain sebelumnya. Sebagaimana rakyat Indonesia merayakan kemerdekaannya setiap tahun, demikian juga akan ada sukacita pada malaikat-malaikat Allah karena satu orang berdosa yang bertobat (Lukas 15:10).

Mari kita bijaksana dalam mengerjakan kemerdekaan kita. Daniel 12:3 “… orang-orang bijaksana akan bercahaya seperti cahaya cakrawala, dan yang telah menuntun banyak orang kepada kebenaran seperti bintang-bintang, tetap untuk selama-lamanya.”

Yohanes 8:32,36 ”… kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu… Jadi apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamu pun benar-benar merdeka.” Inilah kebenaran dan kemerdekaan sejati!

Rise and shine! Bangkit dan jadilah terang! (Yesaya 60:1)

Rabu, 12 Agustus 2009

Filosofi Pencil


“Setiap orang membuat kesalahan. Itulah sebabnya, pada setiap pensil ada penghapusnya” (Pepatah Jepang)

pensil“Wahai pensil, tugasmu yang pertama dan utama adalah membantu orang sehingga memudahkan mereka menulis. Kamu boleh melakukan fungsi apa pun, tapi tugas utamamu adalah sebagai alat penulis. Kalau kamu gagal berfungsi sebagai alat tulis. Macet, rusak, maka tugas utamamu gagal.”

“Kedua, agar dirimu bisa berfungsi dengan sempurna, kamu akan mengalami proses penajaman.. Memang meyakitkan, tapi itulah yang akan membuat dirimu menjadi berguna dan berfungsi optimal”.

“Ketiga, yang penting bukanlah yang ada di luar dirimu. Yang penting, yang utama dan yang paling berguna adalah yang ada di dalam dirimu. Itulah yang membuat dirimu berharga dan berguna bagi manusia”.

“Keempat, kamu tidak bisa berfungsi sendirian. Agar bisa berguna dan bermanfaat, maka kamu harus membiarkan dirimu bekerja sama dengan manusia yang menggunakanmu” .

drawing-pensil“Kelima. Di saat-saat terakhir, apa yang telah engkau hasilkan itulah yang menunjukkan seberapa hebatnya dirimu yang sesungguhnya. Bukanlah pensil utuh yang dianggap berhasil, melainkan pensil-pensil yang telah membantu menghasilkan karya terbaik, yang berfungsi hingga potongan terpendek. Itulah yang sebenarnya paling mencapai tujuanmu dibuat”.

Sejak itulah, pensil-pensil itu pun masuk ke dalam kotaknya, dibungkus, dikemas, dan dijual ke pasar bagi para manusia yang membutuhkannya.

Pembaca, pensil-pensil ini pun mengingatkan kita mengenai tujuan dan misi kita berada di dunia ini. Saya pun percaya bahwa bukanlah tanpa sebab kita berada dan diciptakan ataupun dilahirkan di dunia ini. Yang jelas, ada sebuah purpose dalam diri kita yang perlu untuk digenapi dan diselesaikan.

Sama seperti pensil itu, begitu pulalah diri kita yang berada di dunia ini. Apa pun profesinya, saya yakin kesadaran kita mengenai tujuan dan panggilan hidup kita, akan membuat hidup kita menjadi semakin bermakna.

Hilang arah

Tidak mengherankan jika Victor Frankl yang memopulerkan Logoterapi, yang dia sendiri pernah disiksa oleh Nazi, mengemukakan “tujuan hidup yang jelas, membuat orang punya harapan serta tidak mengakhiri hidupnya”. Itulah sebabnya, tak mengherankan jika dikatakan bahwa salah satu penyebab terbesar dari angka bunuh diri adalah kehilangan arah ataupun tujuan hidup. Maka, dari filosofi pensil di atas kita belajar mengenai lima hal penting dalam kehidupan.

Yang penting, hingga pada akhir kehidupan kita ada karya ataupun hasil berharga yang mampu kita tinggalkan. Tentu saja tidak perlu yang heboh dan spektakuler.

Sebuah Pensil

Seorang pembuat pensil sebelum mengutus pensilnya ke dunia
memberikan empat pesan.

(1) Kamu bisa melakukan sesuatu yang luar biasa, tetapi hanya jika kamu mau berada di tangan seseorang.

(2) Kamu akan menderita setiap kali kamu diruncingkan, tetapi kamu perlu
itu untuk menjadi pensil yang baik.

(3) Bagian yang terpenting dari hidupmu adalah bagian yang ada di dalam, bukan bagian luarnya.

(4) Pada permukaan mana pun juga, selalu tinggalkan jejakmu dan
teruslah menulis.

Ilustrasi di atas menyimpan kebenaran rohani yang luar biasa.
> Pertama, kita memiliki potensi yang luar biasa dan mampu melakukan
hal yang besar. Hanya saja kalau kita membiarkan diri berada di
tangan Tuhan.

> Kedua, ada kalanya kita akan mengalami proses-proses pengeratan danperuncingan yang sangat menyakitkan. Itu membuat kita sangat
menderita, tetapi mau tidak mau kita akan melewati proses itu demi
kebaikan kita sendiri. Proses pengeratan kedagingan kita akan membuat karakter ilahi muncul dalam hidup kita.

> Ketiga, bagian yang terpenting dalam hidup kita adalah
bagian yang ada di dalam. Jangan pernah terjebak dengan hal-hal yang
hanya merupakan penampilan luar saja. Tuhan tidak pernah tergiur dengan topeng-topeng kita. Tuhan lebih melihat kedalaman hati kita.

> Keempat, di mana pun Tuhan taruh kita, selalu tinggalkan jejak atau
"tulisan-tulisan" yang benar-benar bisa memengaruhi orang yang
membacanya. Jadilah orang kristiani yang berpengaruh dan selalu
meninggalkan kesan yang mendalam bagi setiap orang yang bertemu dengan kita

SUDAHKAH KITA MENJADI PENSIL YANG MENINGGALKAN GORESAN MENDALAM?

Senin, 11 Mei 2009


Tanggung Jawab yang Berat
Ketika lahir dari Perang Dunia Kedua masih belum jelas, Franklin Roosevelt meninggal dan Harry Truman diambil sumpahnya untuk menjadi Presiden Amerika Serikat berikutnya. Keesokan harinya, Presiden Truman mengatakan kepada wartawan, “Ketika kemarin mereka memberitahukan kepada saya apa yang terjadi, saya merasa seolah-olah bulan, bintang dan semua planet jatuh menimpa saya.” Pastilah Truman menerima tanggung jawab yang sangat berat.

Nehemia adalah seorang pemimpin hebat yang juga menerima beban besar. Didampingi bangsa Yahudi buangan yang kembali dari Babel, Nehemia diberi tugas untuk membangun kembali Tembok Yerusalem. meskipun sangat berat dan mendapat perlawanan yang dahsyat dan ditakut-takuti oleh teriakan, cemoohan dan ancaman musuh, ia pantang mundur.

Sebaliknya orang pilihan Allah itu menyusun strategi ganda untuk melakukan pembangunan dan pertahanan militer dengan terus menerus berdoa: “Tetapi kami berdoa kepada Allah kami, dan mengadakan penjagaan terhadap mereka siang dan malam karena sikap mereka (Neh 4:9). Nehemia menangani ancaman yang terus menerus dihadapi oleh para pekerja dengan mengembalikan focus kepada Allah: “Jangan kamu takut terhadap mereka! Ingatlah kepada Tuhan yang maha besar dan dahsyat” (14)

Apakah anda sedang menerima tanggung jawab hari ini? Berdoa untuk meminta pertolongan Allah dengan sekaligus membuat rencana praktis dapat member anda kekuatan untu dapat menyelesaikan tugas anda.

Allah meminta kita untuk menyerahkan beban kita kepadanya!!!!!!

Mengubah Sejarah


Mengubah sejarah
Di masa kini, ketika kita dapat melakukan percakapan internasional dengan telepon genggam, mengirim email ke seluruh dunia, dan mengunduh (download) gambar dari ruang angkasa ke computer, sangatlah sulitlah bagi kita untuk membanyangkan dampak dari sebuah satelit yang ukurannya sebesar bola basket. Namun pada tanggal 4 Oktober 1957, saat Uni Soviet meluncurkan Sputnink I, satelit perdana buatan manusia, kita dihantar untuk memasuki Zaman Ruang Angkasa modern dan peristiwa ini pun mengubah perjalanan sejarah. Bangsa-bangsa berlomba-lomba mengikutinya, perkembangan teknologi maju dengan begitu cepat dan ketakutan dating dengan silih berganti dengan harapan apa dampak semua ini bagi umat manusia.

Namun, peristiwa yang mengubah masa kini dan masa yang akan dating terkadang muncul tanpa kebodohan. Hal ini sungguh terjadi saat kelahiran Yesus, hanya seorang bayi, lahir dari pasangan yang sederhana di sebuah kota kecil. Akan tetapi kelahiranNya mengubah perjalanan sejarang umat manusia. Kata-kata seorang malaikat kepada kawanan gembala mulai tersiar: “hari ini telah lahir bagimu seorang Juruselamat, yaitu Yesus Kristus, Tuhan di kota Daud”. Sembilas belas abad kemudian, Phillip Brooks menulis tentang Betlehem, “Harapan dan kekhawatiran yang ada selama bertahun-tahun telah terjawab dalam suatu malam di Betlehem”.

Ketika kita membuka kehidupan kita kepada Kristus Tuhan dan menerimaNya sebagai Juruselamat, perjalanan masa depan kita diubahkan untuk saat ini sampai selamanya. “Kesuksesan besar” ini adalah untuk semua orang di seluruh dunia.

Titik balik dalam sejarah
Terjadi di suatu malam di Betlehem;
Dan para gembala domba mewartakan kabar mulia
Yang diberitakan malaikat kepada mereka

Menyimpang dari Hikmat


Bila Allah menawarkan untuk memberikan apapun yang anda inginkan, apakah yang ingin anda minta?
Pasti ada begitu banyak daftar perimntaan yang anda minta bagaikan serentetan semut merah yang sedang berbaris.

Ketika Salomo mendapatkan tawaran tersebut, ia meminta hikmat untuk membedakan antara yang baik dengan yang jahat sehingga ia dapat memimpin umat Allah dengan baik (I Raj 3:9). “Oleh karena engkau telah meminta hal yang demikian, “kata Allah kepada Salomo, “maka sesungguhnya Aku melakukan sesuai dengan permintaan itu.” Ia bahkan berjanji untuk memberikan kepada Salomo “kekayaan dan kemuliaan” (11-13). Hingga hari ini Salomo diingat karena hikmat besar yang diberikan Allah kepadanya.

Salomo memulai pemerintahannya dengan ketaatan pada hikmat yang diperolehnya dan ambisi yang kuat dalam membangun Bait Allah yang luar biasa untuk menghormati Allah. Namun, sesuatu terjadi dalam hidupnya, kesukaan untuk hidup dengan hikmat Allah digeser dengan oleh ketertarikannya pada kekayaan dan posisi yang diberikan Allah padanya. Pernikahannya dengan wanita asing yang menyembah berhala, pada akhirnya membawa dirinya dan juga bangsanya pada pemujaan terhadap berhala.

Pelajaran ini jelas . Menjaga kasih kita pada Kristus dan hikmatNya yang sempurna adalah tujuan utama bagim kita yang ingin menyenangkan Allah dalam keseluruhan aspek hidup kita. Komitmen untuk mengikuti hikmat Allah yang berharga dan memampukan kita untuk menghindari kita dari penyimpangan yang telah menghancurkan Salomo. Marilah kita menjga hati kita untuk terus selaras dengan hikmat Allah dan taatilah perkataanNya. Itulah cara yang tepat untuk hidup. ChaPunK

Jumat, 08 Mei 2009

Putaw - Tepung (Jangann!!!!!!!)


Putauw :
Banana, snow white, bubuk putih ini adalah jenis heroin yg paling rendah, mudah didapat dan banyak dipakai remaja. Harganya relatif murah Paket Hemat : Rp. 25.000,-Karena banyak remaja yang terperangkap sebagai pecandu hanya karena diajak teman2nya untuk menghisap dengan hidung rame2. Padahal sesudah memakai cara dihisap terus menerus, Hidung berdarah, Hidung ingusan terus menerus, Pilek terus menerus, sehingga akhirnya remaja/pemakai berganti dengan cara suntik. Cara ini sangat berbahaya, karena bisa terjadi keracunan waktu darah dikeluarkan dan dikocok2 dijarum suntik dicampur putauw, bisa emboli, kemasukan udara dan menyumbat jantung dan jantung tersumbat dan berhenti berdetak, sehingga banyak sekali pecandu suntik putauw ditemukan mati dengan suntikan masih menempel ditangannya. Putauw ini juga jahat sekali karena kebutuhan tubuh 2 kali kelipatan, misalnya mula2 pakai 1 titik, lama2 2 titik, 4, 16, dst sampai mencapai jumlah yang sangat tinggi dan biasanya pecandu mati karena overdosis. Karena bentuknya bubuk putih, sehingga banyak sekali yang dipalsukan, kadang2 dicampur urea, bedak, tepung, obat yang ditumbuk dll. Sehingga banyak sekali penderita Putauw yang keracunan dan mati, badan menggelepar2, kejang2 dan mulut mengeluarkan busa busa.
Sakauw Putau :
Gelisah, Keringat dingin, Menggigil, tulang2 rasanya mau patah, ngilu semua, mual-mual, mata berair, hidung berair, perut sakit, tulang-tulang serasa ngilu, keringat keluar tak wajar. Bila udara dingin sedikit dia akan merasa sangat kedinginan, Keluar air mata, pupil mata membesar , Keluar ingus, Kelebihan keringat, Diare, Merinding, menguap terus- menerus, Tekanan darah naik, Jantung deg-degan, Demam, panas dingin, Nggak bisa tidur (insomnia), Otot dan tulang nyeri, sakit kepala, Persendian ngilu, Gelisah, Marah-marah, dan gampang terpancing untuk berkelahi
Habis Pakai Putauw :
Ngelamun, berkhayal,malas ngapa2in, halusinasi, merasa ada orang yg mau menyerangnya, membunuhnya dll. Mata sayu, muka pucat, tidak ada konsentrasi, hidung gatal, mual-mual(bagi pemula), mengantuk, bicara tidak jelas, pendiam, over dosis kalau pakai terlalu banyak.
Akibat :
Organ2 tubuh rusak, terutama levernya mengeras, ginjal juga rusak, bisa se-waktu2 mati karena keracunan dan overdosis. Nafsu makan kurang, susah untuk berpikir, susah untuk konsentrasi, menjadi pemarah, hepatitis … penyuntikPupil mata mengecil atau melebar akibat kekurangan oksigen (anoksia), Gembira nggak ketulungan (euforia), sedih banget (disforia), Cuek (apatis), Badanlemas, malas bergerak, ngantuk, Ngomong cadel, Nggak konsentrasi, Nggak perhatian, Lemot (lemah otak) alias daya ingat lemah, Nggak bisa membedakan realitas dengan khayalan Impotensi pada cowok, Gangguan haid pada cewek, Gangguan perut, Nafsu makan berkurang (kurus), Hepatitis / radang hati,HIV/AIDS (pemakai suntikan dengan jarum tak steril)
Intisari :
Putauw adalah derivat dari Heroin alias heroisch diambil dari bahasa Jerman (hero). Tahun 70-an heroin menyerbu generasi muda dalam bentuk morfin. Heroin dihasilkan dari getah buah candu. Sekarang, generasi muda kembali diserbu godaan heroin, yang dalam pergaulan dikenal sebagai putauw. Bedanya putauw dihasilkan dari kristalisasi bahan-bahan kimia sintetis, bukan dari getah buah candu. Efeknya lebih dahsyat dan harganya lebih murah. Hal ini juga merupakan godaan berat yang nggak jarang mendorong remaja untuk coba-coba. Nggak ada pemakai yang bisa menghentikan sakauw kecuali dengan mengkonsumsi putau lebih banyak lagi. Begitu terus-menerus hingga pemakai tak punya pilihan lain dan tubuhnya tak mampu menerima lagi. Ketergantungan putauw jelas mimpi buruk. Seseorang bisa melakukan hal-hal nekat jika sakau menyerang. Dengan putauw kamu bisa gembira seketika. Tapi seiring waktu, tubuh terus mentuntut dosis yang lebih banyak. Apa risikonya? Kematian yang mengenaskan menugggu di depan mata. Kandungan aktif heroin : 20 persen, Heroin Hydrichloride: 20 persen, Monoacetyl Morphine: 35 persen, The baine: 15 persen, Papaverine: 10 persen, Noscapine: 5 persen

Kamis, 07 Mei 2009

Ganja - Cimenk (Jangan!!!!!!!)


Ganja/cimeng :
Berbentuk daun-daun kering yang sudah dirajang kering dan ditempatkan (biasanya) dalam sebuah amplop kecil berukuran 25 X 15 cm.Dilinting seperti rokok dan dihisap, dimakan. Banyak dikonsumsi masyarakat, dari remaja sampai rakyat biasa. Mudah didapat dan cara pemakaiannya seperti merokok biasa. Harganya sangat murah : Rp. 10.000,- jadi 4 batang rokok.
Habis Pakai:
Kantung mata membengkak dan merah, bengong, pendengaran berkurang, susah berfikir/konsemtrasi, perasan menjadi gembira, selalu tertawa tanpa, sebab, pandangan kabur, ingin tidur terus, nafsu makan besar.
Sakauw :
Banyak berkeringat, Gelisah, Gemetaran, Nggak aa selera makan, Mual/muntah, Diare terus menerus, Nggak bisa tidur (insomnia), Ketakutan berlebihan yang nggak beralasan (paranoid), Tingkah laku aneh, melamun, tertawa sendiri.
Akibat :
Perasaan tidak tenang, tidak bergairah, cepat marah/sensitif.Jantung berdebar, Euforia (merasa sangat gembira tanpa sebab), Halusinasi dan delusi, Waktu terasa berjalan sangat lambat, Apatis, cuek terhadap diri dan lingungannya, nggak ada kemauan, Mata merah, Nafsu makan nambah, Mulut kering, Kelakuan jadi aneh, cemas, taku yang berlebihan, curiga berlebihan atau paranoid, kehilangan minat beraktivitas, malas belajar, malas bekerja, ditinggalkan kawan.Bronkitis/infeksi paru, Imunitas berkurang, Kemampuan membaca terganggu, Ketrampilan bicara terganggu, Motivasi berkurang, Rasa ingin bersaing berkurang.
Intisari:
Mengandung zat THC (Tetra Hydro Cannabinol) yaitu zat psikoaktif yang berefek halusinasi. Nama lain Mariyuana, Indian Hemp, Rumput, Barang, Gelek, Daun, Hijau, Bang, bunga, Ikat, Labang, cimeng. Akibat penggunaan ganja dalam waktu lama bakal terkena kecanduan yang cukup parah. Kebutuhan narkotika yang tidak terpenuhi akan menimbulkan rasa sakit nagih atau sakau. Selain itu ganja dapat memicu gangguan psikologis berupa kegilaan yang dinamakan skizofrenia. Baik skizofrenia maupun sakau karena nagih ganja sama-sama memiliki gejala awal yang disebut delusi. Delusi di sini ditandai dengan keyakinan yang berlebih bahwa dirinya merupakan perwujudan dari apa saja. Kebanyakan berupa perwujudan benda. Misalnya, ia merasa dirinya adalah patung, ember, sampah, dan lain sebagainya. Aktivitasnya bisa jadi berdiri membisu selama berjam-jam menghadap tembok, menyilet-nyilet tubuh sendiri, membentur-benturkan kepala, dan sebagainya. Oleh karena itu, pemakaian ganja sampai ke tingkat kecanduan di mana terjadi kekacauan fungsi berpikir, berperasaan, dan berperilaku sama saja dengan menalamai gangguan psikologis. Gangguan ini, karena gejalanya sama, bisa mencetuskan skizofrenia atau kegilaan di kalangan orang yang jiwanya labil dan mudah goyah (memiliki faktor predisposisi seperti misalnya kepribadian skizoid). Survey yang pernah ada menyebutkan bahwa umumnya, para penderita skizofrenia sebelumnya sebelumnya adalah pemakai ganja. Akibat lebih jauh, pengguna ganja akan mengalami koma. Kandungan aktif: 100 persen Cannabinoids.

Jumat, 24 April 2009

Menentang atau Sejalan


Menentang atau Sejalan

Pada saat jam makan siang seorang professor seminari yang sedang berjalan-jalan di lingkungna kampus mendapati seorang petugas kebersihan sedang membaca Alkitab. Sang professor bertanya kepadanya tentang kitab apa sedang dibaca. “Wahyu,” jawab petugas itu. Saya yakin anda tidak mengerti artinya, “ kata sang professor dengan nada meremehkan. “saya mengerti kok,” jawab petugas itu. “ artinya Yesus menang”.

Ketika diperhadpkan dengan tantangan hidup, penting bagi kita untuk mengingat bahwa Allah pada akhirnya selalu menang.!! Dan karena semua rencanaNya selalu ada di jalur kemenangan, tentulah lebih bijaksana bagi kita untuk sejalan dengan kehendakNya daripada menentangnya.

Dalam kisah Rut, Allah mengatur rencana bagi Boas untuk menyelamatkan Rut dan Naomi dari kemelaratan dan aib karena tidak memiliki pewaris. Rut bias saja mengalami kepahitan hati dengan statusnya sebagai janda muda, dan Boas mungkin saja berpikir bahwa Rut sebagai orang asing tidaklah sesuai untuknya. Namun, mengetahui campur tangan Allah dalam keadaan mereka dan membuat rencana mereka sejalan dengan rencanaNya untuk memenuhi kebutuhan Rut. Bagian terbaiknya adalah bahwa cerita mereka tidak berakhir disitu saja. Keselamatan untuk dunia akan adatang melalui keturunan-keturunan mereka. Pertama Daud dan kemudian Yesus (Mat 1:5-16).

Kita dapat menentang rencana Allah dann mengejar rencana kita sendiri. Atau kita dapat kita dapat sejalan dengan rencana Allah dan bergabung dengan pihak yang menang. Piliuhan ada pada kita. Jangan pilih jalan yang tidak diberkati Allah, karena hanya akan berakhir dengan kekalahan. Tetapi pilihlah jalan Allah yang berkemenangan dan janganlah menetang segala rencanaNya. Rencana Allah selalu menuntun kita untuk memperoleh kemenangan demi kemenangan.

Mengubah Dunia


Mengubah Dunia
Berusaha mengubah seseorang adalah pekerjaan yang sulit dan memang sulit. Betapa sempurnanya dunia jika saja orang lain mengikuti apa yang kita inginkan. Saya pernah membaca sebuah tulisan dinding yang intinya merupakan kunci rahasia perubahan. Tulisan aslinya dalam bahasa Belanda, yang diterjemahkan menjadi:
UBAHLAH DUNIA – MULAILAH DARI DIRI ANDA SENDIRI
Itu bukanlah hal yang ingin kita dengar!! Yesus menceritakan tentang perumpamaan bagaimana kita tidak dapat melihat kesalahan diri sendiri. Ia berkata, “Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu; saudara, biarlah aku mengeluarkan selumbar yang ada dalam matamu, padahal balok yang di dalam matamu tidak engkau lihat? Hai orang munafik, keluarkanlah balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu” (Luk 6:42).
Kemampuan untuk melihat kesalahan orang lain dengan mudah tanpa pernah memperhatikan kesalahan sendiri bukan hanya indikasi dari sebuah kemunafikan. Hal itu juga merupakan sebuah peringatan bahwa kemunafikan sayalah penyebab terjadinya masalah dalam suatu hubungan. Munglin tingkah laku saya yang perlu dirubah. Atau sayalah yang perlu minta maaf. Dapat juga sayalah yang memerlukan roh yang rendah hati.
Ini merupakan pelajaran yang harus kita pelajari terus menerus. Kita tidak dapat mengubah orang lain, tetapi dengan pertolongan Allah kita dapat mengubah tingkah laku kita sendiri. Dan ketika tingkah laku kita berubah, akan terlihat seakan-akan orang lain juga berubah.
Berubah adalah hal yang sangat indah
Walau kadang banyak halangan dan rintangan menghadang
Perubahan itu dimulai dari diri kita sendiri
Dan membutuhkan banyak perjuangan (ChapunK)

Minggu, 05 April 2009

Engkau berharga Di Mata-Ku



Oleh karena engkau berharga di mata-Ku dan mulia, Aku ini mengasihi engkau... (Yesaya 43:4)

Malam itu betul-betul menjadi malam penuh pergumulan bagi Richard. Pemuda berusia 30-an ini berada di sebuah persimpangan jalan. Semuanya seakan-akan telah hilang, mulai dari keluarga, saudara hingga sahabat-sahabat dekatnya. Semenjak usahanya bangkrut beberapa bulan lalu, Richard mulai kehilangan semangat hidup. Hal ini diperburuk dengan semakin menjauhnya satu per satu sahabat dekatnya. Orang-orang yang semula dikira sahabat sejati ternyata hanya dekat tatkala hidupnya senang dan bergelimangan harta.

Yang membuat Richard bertambah sedih adalah kedua anak serta istrinya pun secara perlahan-lahan mulai menjauh dari kehidupannya. Sejak dua minggu lalu, istri Richard mengungsi ke rumah orang tuanya sambil membawa serta kedua anaknya. Kini, tinggal Richard seorang diri, terkurung di sebuah kamar kecil yang dikontraknya. Kepulan asap rokok menemani malam penuh kebimbangan itu.

"Semuanya telah hancur. Semuanya telah hilang. Rasanya tidak ada gunanya lagi aku hidup," kata Richard dalam hatinya. Air mata kemudian menetes membasahi pipinya itu. Richard kemudian membuka segel racun serangga yang baru dibelinya di warung sebelah. Ia ingin segera mengakhiri hidupnya. "Mati rasanya pilihan yang terbaik bagiku. Dengan kematian, aku tidak lagi menjadi beban bagi orang lain, terutama keluargaku," pikirnya.

Ketika racun serangga dituangkan Richard ke sebuah gelas, ia mulai merasakan hal yang aneh dalam hatinya. Suara hatinya seolah berbisik, "Kasihan anak-anakmu Richard. Mereka akan kehilangan seorang ayah..." Suara ini kemudian mengusik hatinya tapi tekadnya sudah bulat. Beberapa saat kemudian kegelisahan luar biasa kembali menghinggapinya. Richard kemudian mengambil sebuah notes yang berada dalam tasnya. Ia berencana menulis surat perpisahan buat istri dan anak-anaknya. Tidak disangka tangan kanan Richard saat itu memegang sebuah buku. Ya, sebuah buku yang tampaknya tidak asing namun telah lama tidak disentuhnya. Buku itu bernama Alkitab.

Bayangan masa lalu pun mulai muncul di benak Richard. Ia ingat persis bagaimana ia bertemu seorang gadis -yang sekarang adalah istrinya- ketika aktif dalam pelayanan pemuda di sebuah gereja, sekitar 5 tahun silam. Richard menggenggam erat Alkitab tersebut lalu suara hatinya seakan-akan menyuruhnya untuk membuka buku suci tersebut. Dengan ogah-ogahan, ia kemudian membukanya. Betapa terkejutnya Richard ketika halaman yang dibukanya itu ternyata memuat firman Tuhan yang betul-betul mengena di hatinya: "Oleh karena engkau berharga di mata-Ku dan mulia, Aku ini mengasihi engkau (Yesaya 43:4). Seketika itu juga Richard seolah kembali menemukan hidupnya. Ia merasakan ada suatu aliran kasih mesra yang mengalir dalam hatinya.

Richard tidak kuasa menahan emosi batinnya. Ia menangis tersedu-sedu lalu berlutut dan berdoa, "Tuhan, jika sungguh aku ini berharga di mata-Mu, bantulah aku agar sanggup menghadapi semuanya ini." Keheningan malam itu membuat Richard mampu menangkap sebuah suara lembut di hatinya, "Kuatkan dan teguhkanlah hatimu, anak-Ku." Richard kemudian membuang racun serangga itu dan berkomitmen untuk bangkit kembali. Kini, ia berhasil kembali membangun bisnisnya dan hidup bahagia bersama keluarganya kembali.

Kisah yang dialami Richard ini tampaknya juga dialami banyak orang lain di dunia ini. Dari tahun ke tahun kita bisa melihat dengan jelas, orang-orang yang bunuh diri karena merasa hidupnya tidak lagi berharga. Konon setiap tahunnya terdapat 1 juta orang yang bunuh diri di seluruh dunia. Betapa menyedihkan!

Peristiwa yang dialami Richard juga mengingatkan saya akan pengalaman pahit yang saya alami sekitar 12 tahun silam. Sebagai anak perantau di Bandung, saat itu saya benar-benar putus asa setelah usaha orang tua di Papua sana bangkrut total. Saya bukan saja terancam putus sekolah namun juga mulai kehilangan arah masa depan saya. Di saat sulit itu, saya kemudian mengalami infeksi tulang belakang yang nyaris melumpuhkan saya. Hampir saja saya bunuh diri karena tidak tahan lagi. Namun seorang sahabat mengingatkan bahwa Tuhan tidak akan membiarkan kita terus menderita. "Tuhan tidak pernah menjanjikan sebuah hidup yang selalu penuh kemudahan namun Ia berjanji tidak akan pernah meninggalkan kita," katanya.

Keyakinan seperti itulah yang membuat saya bangkit dan mampu mengatasi berbagai persoalan hidup bersama-Nya. Perlahan-lahan namun pasti tangan Tuhan bekerja nyata dalam hidup saya. Dalam waktu beberapa bulan kemudian, saya memperoleh orang tua angkat dan seorang pacar yang sekarang menjadi istri saya.

Bercermin dari kisah di atas, saya ingin menegaskan kembali: tidak peduli seburuk apa pun keadaan kita, Tuhan tetap menyayangi kita dan akan membantu kita untuk mengatasinya. Tidak peduli apakah seisi dunia telah meninggalkan kita, Tuhan tetap akan menjadi sahabat setia kita. Pertanyaannya sekarang, bersediakah kita membuka hati kita untuk-Nya?

Artikel ini dikutip dari Buku Melangkah Maju di Masa Sulit (Stand Strong) karya Paulus Winarto, Penerbit Andi 2005.

Minggu, 15 Maret 2009

HANYA UNTUK DILIHAT ALLAH




Biasanya, semakin tua usia kita, kita pun akan semakin kehilangan
peran penting dan pengaruh dalam posisi kita. Bahkan orang-orang yang
tidak pernah mengejar ketenaran pun tampaknya semakin lama akan
semakin tenggelam dalam kegelapan.

Namun, kegelapan dan ketidakjelasan itu baik karena kita sulit untuk
tampil di hadapan banyak orang tanpa memikirkan apa kesan mereka
tentang kita. Kita khawatir dengan pikiran apakah reputasi kita
menanjak atau justru hancur. Di situlah terletak cobaan kita: Pada
tahap pencarian pengakuan manusia, kita mengabaikan kehendak Allah.
Di sisi lain, jika kita kehilangan kekaguman terhadap manusia, maka
kita akan mencari kehendak Allah semata.

Berikut adalah ujian bagi setiap pemberian, doa, dan puasa kita:
Apakah itu semua dilakukan hanya agar dilihat Allah? Jika demikian,
walaupun orang lain tidak melihat dan memerhatikan, kita akan
mendapatkan pujian dan upah dari Bapa.

Yesus mengulang perkataan berikut kepada para murid-Nya sebanyak tiga
kali: "Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya
kepadamu" (Matius 6:4,6,18). Ini juga merupakan jaminan bagi kita.
Setiap pemberian yang tidak dilihat oleh orang: waktu, tenaga, dan
kasih; setiap permohonan yang kita bisikkan di telinga Bapa; setiap
rahasia, pergumulan batin melawan dosa dan pembenaran diri, akan
memperoleh penghargaan penuh di kemudian hari. Akhirnya, bahwa Dia
akan berkata, "Baik sekali perbuatanmu, hai hambaku yang baik dan
setia," itu adalah yang terpenting bagi kita (Matius 25:21)

Kwalifikasi Perubahan Iman kristen


Efesus 4:20-24 dengan penekanan di ayat 22. Di bagian ini kita akan mempelajari tentang konsep perubahan dari manusia lama menuju manusia baru. Seperti yang dikatakan dalam ayat 20 yaitu, "Tetapi kamu bukan demikian," yang berarti ada satu perubahan dari kondisi yang lama menuju pada kondisi yang baru. Dari kondisi belum mengenal Tuhan menjadi kondisi yang sesuai dengan Firman dan mengerti serta mengenal Tuhan secara tepat. Kalau kita boleh kembali pada pengajaran dan mendapatkan kebenaran yang nyata dalam Kristus, itu bukan karena kemampuan diri kita sendiri tetapi karena Tuhan masih berbelas kasihan pada kita.

Selanjutnya dalam ay 22 Paulus mengatakan, "Yaitu bahwa kamu, berhubung dengan kehidupan kamu yang dahulu, harus menanggalkan manusia lama, yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan." Paulus disini memberi penekanan tambahan, ‘harus menanggalkan manusia lama!’ Ini merupakan satu pengajaran paradoks yang luar biasa rumit dan sulit. Alkitab menekankan iman Kristen yang menuntut satu tingkat perubahan atau pergeseran dasar yang bukan hanya dipermukaan tetapi menyangkut hingga keakar permasalahan inti iman itu sesungguhnya. Dan itulah yang dinamakan perubahan dari kondisi natur lama menjadi natur baru. Jikalau demikian, dalam kondisi lama atau barukah kita sekarang hidup? Inilah yang disebut paradoks dan hal ini harus kita mengerti secara tepat dalam kehidupan kita. Prinsipnya disini adalah perubahan yang nyata dari manusia lama menuju manusia baru. Pada saat kita dipanggil menjadi orang Kristen, hari itu kita percaya dan mengambil tekad di hadapan Tuhan, itu bukan berarti pada saat itu juga kita menjadi sempurna. Ketika kita bertobat, di dalam diri kita masih terdapat manusia lama karena ternyata tidak mudah menanggalkannya sedemikian saja. Sehingga jika kita tidak mengerti konsep paradoks ini, maka kita akan terjebak di dalam kesenjangan yang sangat besar antara fenomena dengan ideal. Jikalau demikian, apa yang dimaksud dengan pergeseran iman? Dalam kekristenan kita menuntut satu kondisi paradoks yang sangat serius karena iman disini bukan sekedar mengubah gejala fenomena atau kuantitatif tetapi menuntut terjadinya pembedaan secara kualitatif. Karena ketika kita mau meninggalkan sesuatu yang lama dan memegang sesuatu yang baru maka disitu terdapat perbedaan nilai yang harus kita pegang, dimana yang baru harus lebih bernilai daripada yang lama. Tetapi bagaimana kita tahu dan yakin kalau yang kita kejar itu lebih baik? Disini perlu adanya ukuran untuk menilai yang lebih baik itu. Di dalam mengerti iman Kristen, saudara harus mendapatkan keunggulan kualitatif dan bukan keunggulan kuantitatif (Flp 3:4-11).

Sebagian besar manusia telah diracuni oleh iman humanis dan materialis dimana mereka hanya hidup mementingkan diri sendiri dan menjadi hamba uang (II Tim 3:1-2). Ini menjadi hal yang menyesatkan karena kita hanya mengejar sesuatu yang tidak ada habisnya. Jikalau kita berada dalam iman yang seperti ini dan bereligiusitas maka bagi orang seperti ini Allah merupakan alat untuk mencapai imannya. Jadi ia bukan percaya Allah tetapi percaya humanis dan materialis yang direligiusitaskan sehingga Allah harus tunduk pada imannya dan Allah tersebut harus menguntungkannya. Semangat dan sifat agamawi manusia yang liar dan salah itu sebenarnya semua hanya jebakan daripada nafsu iman yang palsu yang menyesatkan. Itu bukanlah pergeseran iman yang kualitatif tetapi iman yang kuantitatif, sebab sekalipun ia pindah ke agama manapun, imannya tidak bergeser karena ketika ia berganti agama itu sekedar tampak luarnya saja. Yang lebih parah, orang Kristen juga banyak yang imannya humanis dan materialis, hanya kuantitasnya digeser dari yang sedikit menuju yang lebih besar. Kalau demikian, kita adalah pembagi destruksi dunia secara total. Alkitab mengatakan bahwa engkau harus bergeser dari iman yang palsu, yang mementingkan diri sendiri dan yang mengejar hal-hal duniawi untuk kembali menundukkan diri pada ketaatan kepada Tuhan yang sejati. Sudahkah itu menjadi bagian kita dan maukah kita mengeser bukan hanya gejala fenomena tetapi inti iman kita? Saya ingin setiap kita benar-benar menginterospeksi diri, seberapa jauh kalau kita boleh beranugerah mendengar Firman, itu sudah mengubah kita hingga ke akar permasalahan yang paling dasar yaitu inti iman kita yang sesungguhnya? Bukankah kalau kita mempermainkan Allah maka kita sedang merusak dan membuang diri di dalam dosa yang akhirnya menghancurkan diri kita.

Menerima Yesus sebagai Juru Selamat, bagi saya belum cukup jikalau kita tidak menguduskan Tuhan dalam hati. Karena jikalau hanya berhenti di "Juru Selamat" maka itu hanya memuaskan egoisme kita. Dalam I Petrus dikatakan, "Hendaknya engkau menguduskan Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhanmu." Inilah inti daripada kehidupan iman yang baru yaitu kembalinya saudara dan saya pada iman yang sesungguhnya, taat mutlak kepada Kristus, memikirkan kepentingan Tuhan dan sungguh-sungguh mau mengabdi pada Tuhan. Ketika kita bergeser dari manusia lama diperbaharui menjadi manusia baru maka itu melewati satu jalur dimana roh dan pikiran kita diubah. Itu terjadi karena kita mendengar pengajaran dan mendapatkan kebenaran yang nyata dalam Kristus.

Disini terbaliknya antara konsep dunia dengan iman Krsiten. Konsep dunia selalu melihat perubahan kuantitatif dan tidak melihat perubahan kualitatif sedangkan Kekristenan menuntut perubahan kualitatif meskipun perubahan kuantatif belum terjadi. Paulus mengatakan, jikalau saudara sudah menjadi manusia baru maka saudara harus meninggalkan manusia lama. Itu berarti Paulus tahu bahwa ketika bertobat, manusia lama kita seringkali masih ada. Secara ideal, kita sudah menjadi orang baru namun realitanya kita masih harus berproses hingga akhirnya boleh mencapai sama seperti yang dituntut oleh Tuhan di dalam kesempunaannya. Itu proses seumur hidup yang harus dikerjakan.

Sekarang yang perlu kita pertimbangkan adalah berkenaan dengan bagaimana proses itu dapat terjadi.

1). Perubahan yang bersifat esensial adalah dari dalam dan bukan dari luar. Tuhan menuntut perubahan pertobatan dari dalam motivasi hati kita. Bertobat adalah ketika hati kita mulai berbalik dari hidup yang untuk kepentingan diri, sekarang untuk kepentingan Tuhan. Hati yang dulunya beku, egois dan mati, kini disembuhkan, dihidupkan oleh Tuhan sehingga menjadi hati yang takut akan Tuhan. Kita tahu bahwa hidup ini bukanlah milik kita lagi melainkan milik Tuhan. Mari kita menilik hati kita, benarkah kalau disebut orang Kristen, Kristen yang artinya Kristen kecil (miniatur, mencerminkan Kristus dalam hidupnya) kita mau memuliakan Kristus dalam hidup kita? Apakah kita dimotivasi dengan semua keinginan diri dan egoisme yang luar biasa? Ketika kita hidup bagi Tuhan, seringkali masih berada di dalam dua kondisi, antara melayani Tuhan atau melayani diri kita sendiri. Kita perlu peka, siapa sebenarnya yang menjadi inti dalam kita melayani!

2). Bagaimana sikap kita terhadap dosa? Orang bukan Kristen berbuat dosa dan orang Kristenpun masih dapat berbuat dosa, lalu dimana letak perbedaannya? Bedanya adalah didalamnya. Orang yang bukan Kristen kalau berbuat dosa, ia tidak merasa perlu mengakui dan bertobat dari dosanya tetapi orang yang di dalam Tuhan, hatinya peka sekali akan dosa. Bagi saya merupakan tanda tanya besar kalau orang yang mengaku Kristen tetapi hidupnya sembarangan di dalam berbuat dosa karena bagi saya kalau seseorang sudah bertobat seharusnya ada satu kesadaran.

Menurut Yoh 16:8 dikatakan kalau Roh Kudus diam di dalam hati seseorang maka Ia akan menginsafkan orang tersebut akan dosanya. Orang yang sadar dosa adalah karena Roh Kudus sudah menyadarkannya, saat itu ia akan menyesal dan tidak berbuat dosa lagi. Itulah tanda bahwa ia telah diperbaharui. Saya harap keinsafan kita akan dosa diperkembangkan di dalam hati kita dan menguji bagaimana hidup kita masing-masing. Biarlah hal ini terjadi selangkah demi satu langkah, mungkin tidak dapat selesai segera tetapi pasti bertumbuh dengan pertolongan kuasa Tuhan. Yang dimaksud disini adalah kuasa menjadi anak-anak Allah yang hidupnya memperkenan Tuhan Allahnya, yang tidak mempermalukan Bapanya dan yang hidup sesuai dengan sifat Bapanya (Yoh 1:12). Jiwa yang di dalam kesucian, kebenaran dan keadilan merupakan jiwa yang berbeda dari natur hidup di dalam dosa. Maka untuk itu Allah memberikan kuasa untuk melawan. Kita masih ada manusia lama tetapi Tuhan sekarang memberi kuasa dimana dulu tidak dapat menanggalkan hal tersebut tetapi sekarang kita mampu menanggalkannya.

3). Waspada terhadap nafsu yang membinasakan kita. Orang yang sudah diperbaharui harus peka dan waspada terhadap semua gejala dan cobaan yang menerpanya. Saat saudara hidup santai dan tidak mau beriman, saudara akan aman tetapi ketika saudara mengambil tekad hidup setia pada Tuhan maka saat itu akan mulai muncul banyak masalah, cobaan, usaha untuk menjatuhkan dan banyak hal manis yang ditawarkan supaya saudara rusak imannya dan jatuh daripada kebenaran. Yesus mengajarkan supaya kita menjauhkan diri dari semuanya itu, seperti dalam doa Bapa Kami, "Dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami daripada yang jahat." Itu merupakan prinsip iman Kristen. Namun waktu kita menjauhkan diri dari pencobaan, pencobaan bukannya akan tinggal diam tetapi akan terus mengejar. Satu prinsip yang harus dipegang keras oleh orang Kristen adalah bahwa barangsiapa ingin menanggalkan manusia lama, ia harus mempunyai tekad yang uncompremize (tidak ingin berkompromi sama sekali) di dalam sikap hidup kita. Kita jangan mudah menyerahkan diri untuk jatuh dalam hal-hal seperti itu. Seringkali banyak anak-anak remaja yang jatuh karena hal seperti itu. Mari kita mulai sadar, pada saat diubah oleh Tuhan, hal seperti itu harus dihentikan, manusia lama kita harus ditanggalkan dan kembali kepada Kristus. Ini semua demi supaya kita boleh melayani secara tepat seperti yang dikehendakiNya. Hanya dengan cara seperti itu Tuhan dapat memperbaharui keseluruhan hidup kita demi kemuliaan namaNya. Kiranya hari ini Tuhan boleh mengusik dan mengubah hati kita sehingga kita boleh mengambil komitmen dihadapan Tuhan untuk setia mengikut Tuhan, menanggalkan manusia lama dan berjuang berproses mulai hari ini, setiap hari diubah semakin hari semakin dekat pada Kristus dan boleh memuliakanNya.

Kelahiran Baru




Anda tahu hukum gravitasi bumi? Lemparkan apa saja ke udara, pasti
benda itu akan jatuh kembali. Hanya jika dalam suatu benda atau
makhluk hidup bekerja hukum lain, mereka akan dapat terbang
mengatasi gaya tarik bumi. Pesawat terbang, burung di udara
adalah contohnya. Sayap-sayap mereka menyebabkan mereka dapat
terbang dan gaya tarik bumi tidak dapat menarik mereka jatuh!

Mengapa semua kita cenderung proaktif berbuat dosa dan proaktif
menjauhi Allah serta kebenaran-Nya? Mengapa begitu gampang kita
menyerah kepada godaan untuk berkompromi dengan dosa? Misalnya,
tidak jujur, benci, pikiran cemar, sombong, serakah, tidak
hormat kepada Allah. Mengapa? Karena sifat manusia kita sudah
dicemari oleh dosa. Kita, anak-anak Adam dan Hawa, telah
mewarisi kecenderungan berbuat salah. Kita tidak berdaya untuk
terbang dalam kesucian Allah. Kita tunduk di bawah hukum
gravitasi dosa!

Yohanes Pembaptis berkhotbah dengan tegas dan tajam. Banyak orang
diinsyafkan atas dosa-dosa mereka. Sebagai tanda keinsyafan dan
pertobatan, mereka memberi diri dibaptis oleh Yohanes Pembaptis.
Itu ungkapan tekad mereka meninggalkan dosa dan harapan bahwa
seterusnya mereka akan hidup dalam kesucian. Namun Yohanes
Pembaptis mengingatkan bahwa baptisan yang ia berikan tidak
dapat mengubah mereka menjadi suci. Pertobatan tidak sama dengan
pembaruan hati. Manusia perlu dilahirkan kembali sebab dosa
telah membuat kita mati. Kita butuh diciptakan ulang, dilahirkan
kembali, diberi hati baru!

Syukur bahwa Yesus Kristus berkuasa melakukan yang Yohanes Pembaptis
tidak sanggup. Ia datang untuk menggenapi rencana penyelamatan
dari Allah untuk manusia. Ia sudah memberikan hidup-Nya untuk
menghidupkan kita yang mati rohani. Ia berkuasa membaptiskan
kita dalam Roh Allah, yaitu baptisan pembaruan hati. Dengan
dibaptiskan Roh kita dilahirkan baru. Sifat Kristus terbit dalam
hati kita. Bahwa kita beriman kepada-Nya, mengasihi Dia,
memiliki dorongan hati untuk menaati firman-Nya, adalah akibat
dari Roh-Nya melahirkan kita kembali. Adakah tanda-tanda hidup
dari Roh itu dalam Anda?

Cara Menjadi Orang Besar (Mar 9:30-37)


Malu bertanya, sesat di jalan. Itulah yang terjadi pada murid-murid
Yesus. Walau tidak mengerti perkataan Yesus mengenai kematian
dan kebangkitan-Nya, mereka enggan bertanya (ayat 32). Akibatnya
mereka sesat. Ini tampak dari topik pembicaraan mereka kemudian,
yaitu tentang siapa yang terbesar di antara mereka. Ironis
bukan? Mereka mengira bahwa Yesus akan menjadi raja besar. Dan
orang yang terbesar dari antara para murid, tentu akan diberi
jabatan terbesar dalam kerajaan yang akan didirikan Sang Guru.
Maka Yesus mengajar mereka bahwa kebesaran dalam kerajaan-Nya
tergantung dari kesediaan orang untuk melayani orang lain.
Bahkan meski yang dilayani itu adalah seorang anak (ayat 36).
Dalam budaya Yahudi, anak tidak dianggap penting.

Pandangan Yesus berbeda dari pandangan dunia yang menganggap bahwa
kebesaran ditentukan oleh seberapa banyak orang yang melayani
kita. Dunia memang mencari kebesaran dalam bentuk kuasa,
popularitas, dan kekayaan. Ambisi dunia adalah menerima
perhatian dan penghargaan. Lalu salahkah berambisi menjadi orang
besar? Bukan demikian. Yesus ingin meluruskan pandangan bahwa
kebesaran adalah menjadi orang pertama, sementara orang lain
menjadi nomor dua, tiga, dan seterusnya. Kebesaran sejati bukan
menempatkan diri di atas orang lain supaya kita dimuliakan.
Kebesaran adalah menempatkan diri kita untuk melayani dan
menjadi berkat bagi sesama. Misalnya seorang dokter. Ia dianggap
besar bukan karena ia seorang spesialis yang bekerja di rumah
sakit mahal. Atau karena ia sering menjadi pembicara di
seminar-seminar kesehatan. Ia dianggap besar bila ia juga
menyediakan waktunya untuk menangani orang miskin.

Hasrat menjadi yang terbesar dapat mengancam keefektifan kita
sebagai murid Tuhan. Hasrat untuk dimuliakan seharusnya tidak
dimiliki seorang pengikut Yesus. Apa solusinya? Milikilah hati
seorang hamba. Bersiaplah mengutamakan orang lain dan
merendahkan diri sendiri. Ingatlah bahwa Yesus rela dianggap tak
berarti dan memikul salib bagi kita.

The True Chistianity


Sampai hari ini banyak orang Kristen berpikir dan berpendirian bahwa Kekristenan yang benar adalah sekumpulan hukum-hukum atau perintah yang dijalani. Itulah sebabnya ada kelompok orang Kristen yang berusaha menemukan perintah-perintah atau hukum-hukum yang ditulis Alkitab kemudian berusaha merumuskannya dengan teliti guna dilakukan. Ini adalah kelompok militan yang sejajar dengan orang-orang parisi dan ahli torat pada jaman Yesus. Biasanya kelompok ini ditandai dengan sikapnya yang sombong karena kesucian hidup yang mereka miliki dan penghakiman bahkan penghukuman yang mereka lakukan terhadap saudara yang bersalah. Biasanya mereka seperti memiliki rasa bangga atas prestasi kesucian hidup yang mereka miliki dan kecaman yang tajam terhadap saudara yang jatuh dalam dosa. Orang-orang seperti ini mengira bahwa ia berkenan kepada Tuhan lebih dari orang lain, pada hal sikap seperti ini makin menjadikan ia jauh dari hati dan pikiran Allah. Sementara ada kelompok lain yang tidak militan mematuhi hukum, mereka berpendirian sama sama seperti diatas tetapi tidak militan untuk mematuhi hukum. Mereka dengan diam-diam memiliki sikap pesimistis menjadi orang “saleh Tuhan” karena kegagalan melakukan perintah-perintah Tuhan. Menurut kelompok ini menjadi orang Kristen yang benar adalah hal yang mendekati kemustahilan. Tidak jarang orang-orang seperti ini menjauhi kasih karunia Tuhan. Akhirnya mereka bisa terhilang dan tidak mengenal kebenaran sama sekali. Membicarakan hal ini bukan berarti bahwa hukum Tuhan boleh dibuang atau bisa direndahkan. Tetapi kita harus memiliki pemahaman yang benar bagaimana memandang hukum. Kekristenan yang benar harus dimengerti dengan benar. Hal ini sangat penting. Kekristenan yang benar bukan sekedar memahami sekumpulan hukum-hukum dan berusaha melakukannya.

Hal pertama yang harus diingat bahwa keselamatan yang kita peroleh adalah anugerah, karunia semata-mata. Kita peroleh bukan karena kita berbuat baik. Tetapi karena iman (Ef 2:8-9). Hal ini merupakan landasan pertam ayang membuat seseorang tidak bias sombong atau tinggi hati karena kebenaran hidup yang dimiliki. Kalau orang Kristen bias sombong dengan kebenaran hidupnyanya , maka jalurnya pasti salah. Ketika seseorang percaya kepada Tuhan yesus sebagai Juru Selamat kemudian Tuhan menjadikannya anakNya, maka Tuhan memberikan kepadanya hak sebagai anaka Allah (Yoh 1:12-13). Hak inilah yang didalamnya terdapat kuasa pembaharuan seperti yang dinubuatkan dalam perjanjian lama (Yehez 36:25-27). Landasan atau dasar untuk menjadi berkenan kepada Allah itu pada hakekatnya adalah pertama “percaya kepada Tuhan Yesus Kristus”, selanjutnya mengenal kebenaran. Iblis tidak terlalu berputus asa ketika seseorang menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru selamat, sebab ia masih memiliki jalan yaitu menutup kebenaran agar tidak dikenali orang percaya tersebut. Kuasa pembaharuan atau kuasa yang memerdekakan terdapat pada ketika seseorang “mengenal kebenaran” (Yoh 8:31-32). Sebab bila tidak demikian niscaya Tuhan Yesus tidak perlu mengajar dari kota ke kota, dari desa ke desa. Pengajaran cukup diserahkan kepada ahli-ahli torat dan guru-guru agama pada waktu itu. Tuhan Yesus mengajarkan kebenaran Allah yang memerdekakan atau menjadikan orang percaya berkenan kepada Bapa. Hal ini merupakan hal yang utama, sebagai buktinya ketika Tuhan Yesus naik ke sorga maka ia perlu mengutus penolong. Fungsi dari penolong tersebut adalah membawa orang percaya kepada segala kebenaran Tuhan (Yoh 14:16-17,26; 16:12-13).

Dengan demikian jelas bahwa yang utama dalah pembaharuan pikiran oleh Firman Tuhan setiap hari, ini adalah landasan untuk menjadi berkenan kepada Tuhan (Roma 12:2). Jadi melakukan Firman Tuhan atau melakukan segala sesuatu yang yang diperintahkan Tuhan (Mat 28:18-20), bukan semata-mata membuat memperhatikan hukum yang tertulis guna dilakukan tetapi mengerti “kebenaran Tuhan” dan menerapkannya dalam hidup. Ini bukan hanya berbicara mengenai sikap tubuh atau apa yang kelihatan tetapi juga sikap hati. Karenanya dalam matius 5 Tuhan Yesus mencoba memberi contoh hukum kesempurnaan yang harus dilakukan anak-anak Tuhan. Tuhan menunjukkan bahwa konsep berjinah, membunuh, mengasihi dll menurut Tuhan dengan menurut ahli torat itu berbeda. Dengan demikian jelaslah bahwa kebenaran Firman Tuhan itulah yang menguduskan (Yoh 17:17).

Minggu, 01 Maret 2009

Cara Menjadi Bahagia

Cara Menjadi Bahagia

Setiap orang ingin memiliki kebahagiaan. Siapakah dia, kebahagiaan merupakan salah satu kebutuhan yang harus terpenuhi dalam hidup manusia. Namun banyak sekali orang yang gagal dalam perjuangan untuk menemukan kebahagiaan tersebut karena mereka mencari pada tempat yang salah.
Amsal 16:20 berkata kepada kita, “Berbahagialah orang yang percaya kepada Tuhan.: Maz 146:5 mengindikasikan bahwa kebahagiaan akan datang kepada mereka yang mencari pertolongan dan pengharapan mereka di dalam Allah.

Dasar kebahagiaan adalah suatu hubungan yang baik dengan Tuhan, namun untuk mengalami penuh kebahagiaan tersebut, kita harus membangun cara-cara yang praktis di atas dasar tersebut. Saya membuat daftar 10 aturan untuk hidup lebih bahagia:
1. Memberikan sesuatu
2. Melakukan suatu kebaikan
3. Selalu mengucap syukur
4. Bekerja dengan giat dan bersemangat
5. Mengunjungi orang yang lebih tua dan belajar dari pengalaman mereka yang baik
6. Lihat dan kagumi wajah seorang bayi dengan sungguh-sungguh
7. Sering tertawa - itu adalah pelumas bagi hidup
8. Berdoalah untuk mengetahui jalan Allah
9. Rencanakan seolah-olah anda akan hidup selamanya – anda memang akan hidup selamanya
10. Hiduplah seolah-olah hari ini hari terakhir anda di bumi

Hal ini adalah ide cemerlang untuk memiliki kehidupan yang bahahia. Dasari setiap aturan ini dengan pujian, maka kehidupan anada akan menjadi sempurna. “Puji Tuhan, hai jiwaku! Aku hendak memuliakan Tuhan selama aku hidup” (Maz 146:1-2).

Pandangan Kekekalan

Di dalam film Gladiator, Jendral Maximus Disimus Meridius berusaha menggerakan pasukan berkudanya un tuk bertempur dengan baik menjelang peperangan melawan orang Jerman. Dalam pesan kepada pasukannya ia menantang mereka untuk memberikan yang gterbaik. Dia membuat pernyataan yang mendalam: “apa yang kita lakukan selama hidup bergema di dalam kekekalan”. Kata-kata yang berasal dari pemimpin militer khayalan ini menyampaikan sebuah konsep yang kuat, yang merupakan hal penting bagi setiap orang percaya di dalam Kristus. Kita tidak hanya membuang-buang waktu dan tempat di atas sebongkoh planet yang terapung-apung di alam semesta. Kita ada disini dengan kesempatan untuk suatu perbedaan yang kekal melalui hidup kita.

Yesus sendiri berkata, “Kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya (Mat 6:20)”. Memiliki cara pandang hidup untuk kekekalan bisa memberi pengaruh yang besar di dalam dunia ini.
Bagaimana kita bisa belajar untuk memikirkan perkara-perkara di atas? (Kol 3:2). Suau cara yang baik untuk memulainya adalah dengan mengetahui hal-hal yang dihargai oleh Allah kita yang kekal. Melalui halaman demi halaman dalam alkitab, Dia mengingatkan kita bahwa Dia sangat menghargai pribadi kita melampaui harta benda bahkan penampilan kita. Itu adalah kebenaran kekal selama-lamanya. Mengerti hal tersebut bisa menolong kita memiliki pandangan kekalan dalam hidup keseharian kita.

Setiap pilihan yang kita ambil setiap hari akan mempengaruhi kita terhadap kekekalan.

Kedewasaan Hidup

Kedewasaan Hidup

Saling mengasihi (Yoh 13:34)

Saling mengampuni (Ef 4:32)

Terimalah satu akan yang lain (Rom 15:7)

Saling membantu (Ef 4:2)

Saling mendahului dan memberi hormat (Rom 12:10)

Berilah salam seorang kepada yang lain (2 Kor 13:12)

Berilah tumpangan seorang kepada yang lain (I Pet 4:9)

Hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling
mengampuni (Ef 4:32)

Janganlah kamu lupa berbuat baik dan memberi bantuan (Ibr 13:16)

Layanilah seorang akan yang lain (Gal 5:13)

Bertolong-tolonglah menanggung bebanmu! (Gal 6:2)

Saling membangunlah (I Tes 5:11)

Nasehatilah seorang akan yang lain setiap hari (Ibr 3:13)

Hiburkanlah serang akan yang lain ( I Tes 4:18)

Saling mendorong dalam kasih dan pekerjaan baik (Ibr 10:24)

Saling menasehati (Rom 15:14)

Menegor seorang akan yang lain (Kol 3:16)

Saling mendoakan (Yak 5:16)

Saling mengaku dosamu (Yak 5:16)

Hendaklah kamu sehati sepikir dalam hidupmu bersama (Rom 12:16)

Rendahkanlah dirimu seorang kepada yang lain (Ef 5:21)

Life Everyday

Life Everyday
Dalam beberapa minggu terakhir sebelum saya menulis tulisan ini, saya membaca di beberapa media cetak tentang kehidupan beberapa orang yang umurnya mencapai antara 110 dan 115. Bahkan tetangga dari sayapun meninggal dengan umur 114 tahun. Betapa bangganya keluarga dari almarhum dan tidak ada kelihatan dukacita, mereka bersukacita karena bahwasanya tidak semua orang yang diberikan kesempatan oleh Tuhan seperti orang tersebut.

Namun ada seorang yang bernama Tamer Lee Owens. Merayakan ulang tahunnya yang ke 104, ia percaya bahwa “tertawa, Tuhan, dan hal-hal kecil-lah yang membuatnya berumur panjang. Ia masih menemukan kebahagiaan setiaap hari saat bercakap-cakap dengan orang-orang, berjalan kaki dan membaca alkitab seperti yang biasa ia lakukan semenjak masih kanak-kanak. “Saya tidak tahu sampai berapa lama lagi Tuhan mengizinkan saya hidup, ujarnya. “Saya haya beryukur kepada Tuhan atas apa yang ia berikan kepada saya.”

Banyak dari antara kita yang tidak akan hidup sampai usia 104 tahun, tetapi kita dapat belajar dari Tamer Lee Owens bagaimana caranya menikmati setiap hari yang diberikan kepada kita.
1. Tertawa. “Hati yang gembira membuat muka berseri-seri, tetapi kekedihan hati mematahkan semangat” (Ams 15:13). Kebahagiaan sejati berawal dari hati kita yang terdalam dan terpancar di wajah kita.
2. Tuhan. ”Takut akan Tuhan adalah didikan yang mendatangkan hikmat, dan kerendahan hati mendahului kehormatan” (33). Ketika Allah menjadi pusat di dalam hati kita, Ia dapat mengajarkan jalan-jalanNYA kepada kita melalui setiap pengalaman hidup kita.
3. Hal-hal kecil. ”Lebih baik sepiring sayur dengan kasih daripada lembu tambun dengan kebencian” (17). Memelihara hubungan kasih dan menikmati hal-hal yang mendasar di dalam hidup kita jauh lebih penting daripada kekayaan dan kesuksesan.

Tidak semua diantara kita yang akan berumur panjang, namun kita semua dapat hidup dengan baik setiap hari dengan tertawa, Tuhan, dan menikmati hal-hal kecil dan hidup.

Dunia ini dipenuhi dengan banyak hal yang baik. Hal-hal kecil yang dapat memberikan kebahagiaan, tetapi Kristus dapat mengisi hidup kita dengan sukacita melebihi semua kekayaan dunia
Kebahagiaan bukanlah sebuah tujuan, tapi perjalanan dari hari ke hari (ChaPunK)