Selanjutnya dalam ay 22 Paulus mengatakan, "Yaitu bahwa kamu, berhubung dengan kehidupan kamu yang dahulu, harus menanggalkan manusia lama, yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan." Paulus disini memberi penekanan tambahan, ‘harus menanggalkan manusia lama!’ Ini merupakan satu pengajaran paradoks yang luar biasa rumit dan sulit. Alkitab menekankan iman Kristen yang menuntut satu tingkat perubahan atau pergeseran dasar yang bukan hanya dipermukaan tetapi menyangkut hingga keakar permasalahan inti iman itu sesungguhnya. Dan itulah yang dinamakan perubahan dari kondisi natur lama menjadi natur baru. Jikalau demikian, dalam kondisi lama atau barukah kita sekarang hidup? Inilah yang disebut paradoks dan hal ini harus kita mengerti secara tepat dalam kehidupan kita. Prinsipnya disini adalah perubahan yang nyata dari manusia lama menuju manusia baru. Pada saat kita dipanggil menjadi orang Kristen, hari itu kita percaya dan mengambil tekad di hadapan Tuhan, itu bukan berarti pada saat itu juga kita menjadi sempurna. Ketika kita bertobat, di dalam diri kita masih terdapat manusia lama karena ternyata tidak mudah menanggalkannya sedemikian saja. Sehingga jika kita tidak mengerti konsep paradoks ini, maka kita akan terjebak di dalam kesenjangan yang sangat besar antara fenomena dengan ideal. Jikalau demikian, apa yang dimaksud dengan pergeseran iman? Dalam kekristenan kita menuntut satu kondisi paradoks yang sangat serius karena iman disini bukan sekedar mengubah gejala fenomena atau kuantitatif tetapi menuntut terjadinya pembedaan secara kualitatif. Karena ketika kita mau meninggalkan sesuatu yang lama dan memegang sesuatu yang baru maka disitu terdapat perbedaan nilai yang harus kita pegang, dimana yang baru harus lebih bernilai daripada yang lama. Tetapi bagaimana kita tahu dan yakin kalau yang kita kejar itu lebih baik? Disini perlu adanya ukuran untuk menilai yang lebih baik itu. Di dalam mengerti iman Kristen, saudara harus mendapatkan keunggulan kualitatif dan bukan keunggulan kuantitatif (Flp 3:4-11).
Sebagian besar manusia telah diracuni oleh iman humanis dan materialis dimana mereka hanya hidup mementingkan diri sendiri dan menjadi hamba uang (II Tim 3:1-2). Ini menjadi hal yang menyesatkan karena kita hanya mengejar sesuatu yang tidak ada habisnya. Jikalau kita berada dalam iman yang seperti ini dan bereligiusitas maka bagi orang seperti ini Allah merupakan alat untuk mencapai imannya. Jadi ia bukan percaya Allah tetapi percaya humanis dan materialis yang direligiusitaskan sehingga Allah harus tunduk pada imannya dan Allah tersebut harus menguntungkannya. Semangat dan sifat agamawi manusia yang liar dan salah itu sebenarnya semua hanya jebakan daripada nafsu iman yang palsu yang menyesatkan. Itu bukanlah pergeseran iman yang kualitatif tetapi iman yang kuantitatif, sebab sekalipun ia pindah ke agama manapun, imannya tidak bergeser karena ketika ia berganti agama itu sekedar tampak luarnya saja. Yang lebih parah, orang Kristen juga banyak yang imannya humanis dan materialis, hanya kuantitasnya digeser dari yang sedikit menuju yang lebih besar. Kalau demikian, kita adalah pembagi destruksi dunia secara total. Alkitab mengatakan bahwa engkau harus bergeser dari iman yang palsu, yang mementingkan diri sendiri dan yang mengejar hal-hal duniawi untuk kembali menundukkan diri pada ketaatan kepada Tuhan yang sejati. Sudahkah itu menjadi bagian kita dan maukah kita mengeser bukan hanya gejala fenomena tetapi inti iman kita? Saya ingin setiap kita benar-benar menginterospeksi diri, seberapa jauh kalau kita boleh beranugerah mendengar Firman, itu sudah mengubah kita hingga ke akar permasalahan yang paling dasar yaitu inti iman kita yang sesungguhnya? Bukankah kalau kita mempermainkan Allah maka kita sedang merusak dan membuang diri di dalam dosa yang akhirnya menghancurkan diri kita.
Menerima Yesus sebagai Juru Selamat, bagi saya belum cukup jikalau kita tidak menguduskan Tuhan dalam hati. Karena jikalau hanya berhenti di "Juru Selamat" maka itu hanya memuaskan egoisme kita. Dalam I Petrus dikatakan, "Hendaknya engkau menguduskan Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhanmu." Inilah inti daripada kehidupan iman yang baru yaitu kembalinya saudara dan saya pada iman yang sesungguhnya, taat mutlak kepada Kristus, memikirkan kepentingan Tuhan dan sungguh-sungguh mau mengabdi pada Tuhan. Ketika kita bergeser dari manusia lama diperbaharui menjadi manusia baru maka itu melewati satu jalur dimana roh dan pikiran kita diubah. Itu terjadi karena kita mendengar pengajaran dan mendapatkan kebenaran yang nyata dalam Kristus.
Disini terbaliknya antara konsep dunia dengan iman Krsiten. Konsep dunia selalu melihat perubahan kuantitatif dan tidak melihat perubahan kualitatif sedangkan Kekristenan menuntut perubahan kualitatif meskipun perubahan kuantatif belum terjadi. Paulus mengatakan, jikalau saudara sudah menjadi manusia baru maka saudara harus meninggalkan manusia lama. Itu berarti Paulus tahu bahwa ketika bertobat, manusia lama kita seringkali masih ada. Secara ideal, kita sudah menjadi orang baru namun realitanya kita masih harus berproses hingga akhirnya boleh mencapai sama seperti yang dituntut oleh Tuhan di dalam kesempunaannya. Itu proses seumur hidup yang harus dikerjakan.
Sekarang yang perlu kita pertimbangkan adalah berkenaan dengan bagaimana proses itu dapat terjadi.
1). Perubahan yang bersifat esensial adalah dari dalam dan bukan dari luar. Tuhan menuntut perubahan pertobatan dari dalam motivasi hati kita. Bertobat adalah ketika hati kita mulai berbalik dari hidup yang untuk kepentingan diri, sekarang untuk kepentingan Tuhan. Hati yang dulunya beku, egois dan mati, kini disembuhkan, dihidupkan oleh Tuhan sehingga menjadi hati yang takut akan Tuhan. Kita tahu bahwa hidup ini bukanlah milik kita lagi melainkan milik Tuhan. Mari kita menilik hati kita, benarkah kalau disebut orang Kristen, Kristen yang artinya Kristen kecil (miniatur, mencerminkan Kristus dalam hidupnya) kita mau memuliakan Kristus dalam hidup kita? Apakah kita dimotivasi dengan semua keinginan diri dan egoisme yang luar biasa? Ketika kita hidup bagi Tuhan, seringkali masih berada di dalam dua kondisi, antara melayani Tuhan atau melayani diri kita sendiri. Kita perlu peka, siapa sebenarnya yang menjadi inti dalam kita melayani!
2). Bagaimana sikap kita terhadap dosa? Orang bukan Kristen berbuat dosa dan orang Kristenpun masih dapat berbuat dosa, lalu dimana letak perbedaannya? Bedanya adalah didalamnya. Orang yang bukan Kristen kalau berbuat dosa, ia tidak merasa perlu mengakui dan bertobat dari dosanya tetapi orang yang di dalam Tuhan, hatinya peka sekali akan dosa. Bagi saya merupakan tanda tanya besar kalau orang yang mengaku Kristen tetapi hidupnya sembarangan di dalam berbuat dosa karena bagi saya kalau seseorang sudah bertobat seharusnya ada satu kesadaran.
Menurut Yoh 16:8 dikatakan kalau Roh Kudus diam di dalam hati seseorang maka Ia akan menginsafkan orang tersebut akan dosanya. Orang yang sadar dosa adalah karena Roh Kudus sudah menyadarkannya, saat itu ia akan menyesal dan tidak berbuat dosa lagi. Itulah tanda bahwa ia telah diperbaharui. Saya harap keinsafan kita akan dosa diperkembangkan di dalam hati kita dan menguji bagaimana hidup kita masing-masing. Biarlah hal ini terjadi selangkah demi satu langkah, mungkin tidak dapat selesai segera tetapi pasti bertumbuh dengan pertolongan kuasa Tuhan. Yang dimaksud disini adalah kuasa menjadi anak-anak Allah yang hidupnya memperkenan Tuhan Allahnya, yang tidak mempermalukan Bapanya dan yang hidup sesuai dengan sifat Bapanya (Yoh 1:12). Jiwa yang di dalam kesucian, kebenaran dan keadilan merupakan jiwa yang berbeda dari natur hidup di dalam dosa. Maka untuk itu Allah memberikan kuasa untuk melawan. Kita masih ada manusia lama tetapi Tuhan sekarang memberi kuasa dimana dulu tidak dapat menanggalkan hal tersebut tetapi sekarang kita mampu menanggalkannya.
3). Waspada terhadap nafsu yang membinasakan kita. Orang yang sudah diperbaharui harus peka dan waspada terhadap semua gejala dan cobaan yang menerpanya. Saat saudara hidup santai dan tidak mau beriman, saudara akan aman tetapi ketika saudara mengambil tekad hidup setia pada Tuhan maka saat itu akan mulai muncul banyak masalah, cobaan, usaha untuk menjatuhkan dan banyak hal manis yang ditawarkan supaya saudara rusak imannya dan jatuh daripada kebenaran. Yesus mengajarkan supaya kita menjauhkan diri dari semuanya itu, seperti dalam doa Bapa Kami, "Dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami daripada yang jahat." Itu merupakan prinsip iman Kristen. Namun waktu kita menjauhkan diri dari pencobaan, pencobaan bukannya akan tinggal diam tetapi akan terus mengejar. Satu prinsip yang harus dipegang keras oleh orang Kristen adalah bahwa barangsiapa ingin menanggalkan manusia lama, ia harus mempunyai tekad yang uncompremize (tidak ingin berkompromi sama sekali) di dalam sikap hidup kita. Kita jangan mudah menyerahkan diri untuk jatuh dalam hal-hal seperti itu. Seringkali banyak anak-anak remaja yang jatuh karena hal seperti itu. Mari kita mulai sadar, pada saat diubah oleh Tuhan, hal seperti itu harus dihentikan, manusia lama kita harus ditanggalkan dan kembali kepada Kristus. Ini semua demi supaya kita boleh melayani secara tepat seperti yang dikehendakiNya. Hanya dengan cara seperti itu Tuhan dapat memperbaharui keseluruhan hidup kita demi kemuliaan namaNya. Kiranya hari ini Tuhan boleh mengusik dan mengubah hati kita sehingga kita boleh mengambil komitmen dihadapan Tuhan untuk setia mengikut Tuhan, menanggalkan manusia lama dan berjuang berproses mulai hari ini, setiap hari diubah semakin hari semakin dekat pada Kristus dan boleh memuliakanNya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar