Minggu, 15 Maret 2009

HANYA UNTUK DILIHAT ALLAH




Biasanya, semakin tua usia kita, kita pun akan semakin kehilangan
peran penting dan pengaruh dalam posisi kita. Bahkan orang-orang yang
tidak pernah mengejar ketenaran pun tampaknya semakin lama akan
semakin tenggelam dalam kegelapan.

Namun, kegelapan dan ketidakjelasan itu baik karena kita sulit untuk
tampil di hadapan banyak orang tanpa memikirkan apa kesan mereka
tentang kita. Kita khawatir dengan pikiran apakah reputasi kita
menanjak atau justru hancur. Di situlah terletak cobaan kita: Pada
tahap pencarian pengakuan manusia, kita mengabaikan kehendak Allah.
Di sisi lain, jika kita kehilangan kekaguman terhadap manusia, maka
kita akan mencari kehendak Allah semata.

Berikut adalah ujian bagi setiap pemberian, doa, dan puasa kita:
Apakah itu semua dilakukan hanya agar dilihat Allah? Jika demikian,
walaupun orang lain tidak melihat dan memerhatikan, kita akan
mendapatkan pujian dan upah dari Bapa.

Yesus mengulang perkataan berikut kepada para murid-Nya sebanyak tiga
kali: "Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya
kepadamu" (Matius 6:4,6,18). Ini juga merupakan jaminan bagi kita.
Setiap pemberian yang tidak dilihat oleh orang: waktu, tenaga, dan
kasih; setiap permohonan yang kita bisikkan di telinga Bapa; setiap
rahasia, pergumulan batin melawan dosa dan pembenaran diri, akan
memperoleh penghargaan penuh di kemudian hari. Akhirnya, bahwa Dia
akan berkata, "Baik sekali perbuatanmu, hai hambaku yang baik dan
setia," itu adalah yang terpenting bagi kita (Matius 25:21)

Kwalifikasi Perubahan Iman kristen


Efesus 4:20-24 dengan penekanan di ayat 22. Di bagian ini kita akan mempelajari tentang konsep perubahan dari manusia lama menuju manusia baru. Seperti yang dikatakan dalam ayat 20 yaitu, "Tetapi kamu bukan demikian," yang berarti ada satu perubahan dari kondisi yang lama menuju pada kondisi yang baru. Dari kondisi belum mengenal Tuhan menjadi kondisi yang sesuai dengan Firman dan mengerti serta mengenal Tuhan secara tepat. Kalau kita boleh kembali pada pengajaran dan mendapatkan kebenaran yang nyata dalam Kristus, itu bukan karena kemampuan diri kita sendiri tetapi karena Tuhan masih berbelas kasihan pada kita.

Selanjutnya dalam ay 22 Paulus mengatakan, "Yaitu bahwa kamu, berhubung dengan kehidupan kamu yang dahulu, harus menanggalkan manusia lama, yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan." Paulus disini memberi penekanan tambahan, ‘harus menanggalkan manusia lama!’ Ini merupakan satu pengajaran paradoks yang luar biasa rumit dan sulit. Alkitab menekankan iman Kristen yang menuntut satu tingkat perubahan atau pergeseran dasar yang bukan hanya dipermukaan tetapi menyangkut hingga keakar permasalahan inti iman itu sesungguhnya. Dan itulah yang dinamakan perubahan dari kondisi natur lama menjadi natur baru. Jikalau demikian, dalam kondisi lama atau barukah kita sekarang hidup? Inilah yang disebut paradoks dan hal ini harus kita mengerti secara tepat dalam kehidupan kita. Prinsipnya disini adalah perubahan yang nyata dari manusia lama menuju manusia baru. Pada saat kita dipanggil menjadi orang Kristen, hari itu kita percaya dan mengambil tekad di hadapan Tuhan, itu bukan berarti pada saat itu juga kita menjadi sempurna. Ketika kita bertobat, di dalam diri kita masih terdapat manusia lama karena ternyata tidak mudah menanggalkannya sedemikian saja. Sehingga jika kita tidak mengerti konsep paradoks ini, maka kita akan terjebak di dalam kesenjangan yang sangat besar antara fenomena dengan ideal. Jikalau demikian, apa yang dimaksud dengan pergeseran iman? Dalam kekristenan kita menuntut satu kondisi paradoks yang sangat serius karena iman disini bukan sekedar mengubah gejala fenomena atau kuantitatif tetapi menuntut terjadinya pembedaan secara kualitatif. Karena ketika kita mau meninggalkan sesuatu yang lama dan memegang sesuatu yang baru maka disitu terdapat perbedaan nilai yang harus kita pegang, dimana yang baru harus lebih bernilai daripada yang lama. Tetapi bagaimana kita tahu dan yakin kalau yang kita kejar itu lebih baik? Disini perlu adanya ukuran untuk menilai yang lebih baik itu. Di dalam mengerti iman Kristen, saudara harus mendapatkan keunggulan kualitatif dan bukan keunggulan kuantitatif (Flp 3:4-11).

Sebagian besar manusia telah diracuni oleh iman humanis dan materialis dimana mereka hanya hidup mementingkan diri sendiri dan menjadi hamba uang (II Tim 3:1-2). Ini menjadi hal yang menyesatkan karena kita hanya mengejar sesuatu yang tidak ada habisnya. Jikalau kita berada dalam iman yang seperti ini dan bereligiusitas maka bagi orang seperti ini Allah merupakan alat untuk mencapai imannya. Jadi ia bukan percaya Allah tetapi percaya humanis dan materialis yang direligiusitaskan sehingga Allah harus tunduk pada imannya dan Allah tersebut harus menguntungkannya. Semangat dan sifat agamawi manusia yang liar dan salah itu sebenarnya semua hanya jebakan daripada nafsu iman yang palsu yang menyesatkan. Itu bukanlah pergeseran iman yang kualitatif tetapi iman yang kuantitatif, sebab sekalipun ia pindah ke agama manapun, imannya tidak bergeser karena ketika ia berganti agama itu sekedar tampak luarnya saja. Yang lebih parah, orang Kristen juga banyak yang imannya humanis dan materialis, hanya kuantitasnya digeser dari yang sedikit menuju yang lebih besar. Kalau demikian, kita adalah pembagi destruksi dunia secara total. Alkitab mengatakan bahwa engkau harus bergeser dari iman yang palsu, yang mementingkan diri sendiri dan yang mengejar hal-hal duniawi untuk kembali menundukkan diri pada ketaatan kepada Tuhan yang sejati. Sudahkah itu menjadi bagian kita dan maukah kita mengeser bukan hanya gejala fenomena tetapi inti iman kita? Saya ingin setiap kita benar-benar menginterospeksi diri, seberapa jauh kalau kita boleh beranugerah mendengar Firman, itu sudah mengubah kita hingga ke akar permasalahan yang paling dasar yaitu inti iman kita yang sesungguhnya? Bukankah kalau kita mempermainkan Allah maka kita sedang merusak dan membuang diri di dalam dosa yang akhirnya menghancurkan diri kita.

Menerima Yesus sebagai Juru Selamat, bagi saya belum cukup jikalau kita tidak menguduskan Tuhan dalam hati. Karena jikalau hanya berhenti di "Juru Selamat" maka itu hanya memuaskan egoisme kita. Dalam I Petrus dikatakan, "Hendaknya engkau menguduskan Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhanmu." Inilah inti daripada kehidupan iman yang baru yaitu kembalinya saudara dan saya pada iman yang sesungguhnya, taat mutlak kepada Kristus, memikirkan kepentingan Tuhan dan sungguh-sungguh mau mengabdi pada Tuhan. Ketika kita bergeser dari manusia lama diperbaharui menjadi manusia baru maka itu melewati satu jalur dimana roh dan pikiran kita diubah. Itu terjadi karena kita mendengar pengajaran dan mendapatkan kebenaran yang nyata dalam Kristus.

Disini terbaliknya antara konsep dunia dengan iman Krsiten. Konsep dunia selalu melihat perubahan kuantitatif dan tidak melihat perubahan kualitatif sedangkan Kekristenan menuntut perubahan kualitatif meskipun perubahan kuantatif belum terjadi. Paulus mengatakan, jikalau saudara sudah menjadi manusia baru maka saudara harus meninggalkan manusia lama. Itu berarti Paulus tahu bahwa ketika bertobat, manusia lama kita seringkali masih ada. Secara ideal, kita sudah menjadi orang baru namun realitanya kita masih harus berproses hingga akhirnya boleh mencapai sama seperti yang dituntut oleh Tuhan di dalam kesempunaannya. Itu proses seumur hidup yang harus dikerjakan.

Sekarang yang perlu kita pertimbangkan adalah berkenaan dengan bagaimana proses itu dapat terjadi.

1). Perubahan yang bersifat esensial adalah dari dalam dan bukan dari luar. Tuhan menuntut perubahan pertobatan dari dalam motivasi hati kita. Bertobat adalah ketika hati kita mulai berbalik dari hidup yang untuk kepentingan diri, sekarang untuk kepentingan Tuhan. Hati yang dulunya beku, egois dan mati, kini disembuhkan, dihidupkan oleh Tuhan sehingga menjadi hati yang takut akan Tuhan. Kita tahu bahwa hidup ini bukanlah milik kita lagi melainkan milik Tuhan. Mari kita menilik hati kita, benarkah kalau disebut orang Kristen, Kristen yang artinya Kristen kecil (miniatur, mencerminkan Kristus dalam hidupnya) kita mau memuliakan Kristus dalam hidup kita? Apakah kita dimotivasi dengan semua keinginan diri dan egoisme yang luar biasa? Ketika kita hidup bagi Tuhan, seringkali masih berada di dalam dua kondisi, antara melayani Tuhan atau melayani diri kita sendiri. Kita perlu peka, siapa sebenarnya yang menjadi inti dalam kita melayani!

2). Bagaimana sikap kita terhadap dosa? Orang bukan Kristen berbuat dosa dan orang Kristenpun masih dapat berbuat dosa, lalu dimana letak perbedaannya? Bedanya adalah didalamnya. Orang yang bukan Kristen kalau berbuat dosa, ia tidak merasa perlu mengakui dan bertobat dari dosanya tetapi orang yang di dalam Tuhan, hatinya peka sekali akan dosa. Bagi saya merupakan tanda tanya besar kalau orang yang mengaku Kristen tetapi hidupnya sembarangan di dalam berbuat dosa karena bagi saya kalau seseorang sudah bertobat seharusnya ada satu kesadaran.

Menurut Yoh 16:8 dikatakan kalau Roh Kudus diam di dalam hati seseorang maka Ia akan menginsafkan orang tersebut akan dosanya. Orang yang sadar dosa adalah karena Roh Kudus sudah menyadarkannya, saat itu ia akan menyesal dan tidak berbuat dosa lagi. Itulah tanda bahwa ia telah diperbaharui. Saya harap keinsafan kita akan dosa diperkembangkan di dalam hati kita dan menguji bagaimana hidup kita masing-masing. Biarlah hal ini terjadi selangkah demi satu langkah, mungkin tidak dapat selesai segera tetapi pasti bertumbuh dengan pertolongan kuasa Tuhan. Yang dimaksud disini adalah kuasa menjadi anak-anak Allah yang hidupnya memperkenan Tuhan Allahnya, yang tidak mempermalukan Bapanya dan yang hidup sesuai dengan sifat Bapanya (Yoh 1:12). Jiwa yang di dalam kesucian, kebenaran dan keadilan merupakan jiwa yang berbeda dari natur hidup di dalam dosa. Maka untuk itu Allah memberikan kuasa untuk melawan. Kita masih ada manusia lama tetapi Tuhan sekarang memberi kuasa dimana dulu tidak dapat menanggalkan hal tersebut tetapi sekarang kita mampu menanggalkannya.

3). Waspada terhadap nafsu yang membinasakan kita. Orang yang sudah diperbaharui harus peka dan waspada terhadap semua gejala dan cobaan yang menerpanya. Saat saudara hidup santai dan tidak mau beriman, saudara akan aman tetapi ketika saudara mengambil tekad hidup setia pada Tuhan maka saat itu akan mulai muncul banyak masalah, cobaan, usaha untuk menjatuhkan dan banyak hal manis yang ditawarkan supaya saudara rusak imannya dan jatuh daripada kebenaran. Yesus mengajarkan supaya kita menjauhkan diri dari semuanya itu, seperti dalam doa Bapa Kami, "Dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami daripada yang jahat." Itu merupakan prinsip iman Kristen. Namun waktu kita menjauhkan diri dari pencobaan, pencobaan bukannya akan tinggal diam tetapi akan terus mengejar. Satu prinsip yang harus dipegang keras oleh orang Kristen adalah bahwa barangsiapa ingin menanggalkan manusia lama, ia harus mempunyai tekad yang uncompremize (tidak ingin berkompromi sama sekali) di dalam sikap hidup kita. Kita jangan mudah menyerahkan diri untuk jatuh dalam hal-hal seperti itu. Seringkali banyak anak-anak remaja yang jatuh karena hal seperti itu. Mari kita mulai sadar, pada saat diubah oleh Tuhan, hal seperti itu harus dihentikan, manusia lama kita harus ditanggalkan dan kembali kepada Kristus. Ini semua demi supaya kita boleh melayani secara tepat seperti yang dikehendakiNya. Hanya dengan cara seperti itu Tuhan dapat memperbaharui keseluruhan hidup kita demi kemuliaan namaNya. Kiranya hari ini Tuhan boleh mengusik dan mengubah hati kita sehingga kita boleh mengambil komitmen dihadapan Tuhan untuk setia mengikut Tuhan, menanggalkan manusia lama dan berjuang berproses mulai hari ini, setiap hari diubah semakin hari semakin dekat pada Kristus dan boleh memuliakanNya.

Kelahiran Baru




Anda tahu hukum gravitasi bumi? Lemparkan apa saja ke udara, pasti
benda itu akan jatuh kembali. Hanya jika dalam suatu benda atau
makhluk hidup bekerja hukum lain, mereka akan dapat terbang
mengatasi gaya tarik bumi. Pesawat terbang, burung di udara
adalah contohnya. Sayap-sayap mereka menyebabkan mereka dapat
terbang dan gaya tarik bumi tidak dapat menarik mereka jatuh!

Mengapa semua kita cenderung proaktif berbuat dosa dan proaktif
menjauhi Allah serta kebenaran-Nya? Mengapa begitu gampang kita
menyerah kepada godaan untuk berkompromi dengan dosa? Misalnya,
tidak jujur, benci, pikiran cemar, sombong, serakah, tidak
hormat kepada Allah. Mengapa? Karena sifat manusia kita sudah
dicemari oleh dosa. Kita, anak-anak Adam dan Hawa, telah
mewarisi kecenderungan berbuat salah. Kita tidak berdaya untuk
terbang dalam kesucian Allah. Kita tunduk di bawah hukum
gravitasi dosa!

Yohanes Pembaptis berkhotbah dengan tegas dan tajam. Banyak orang
diinsyafkan atas dosa-dosa mereka. Sebagai tanda keinsyafan dan
pertobatan, mereka memberi diri dibaptis oleh Yohanes Pembaptis.
Itu ungkapan tekad mereka meninggalkan dosa dan harapan bahwa
seterusnya mereka akan hidup dalam kesucian. Namun Yohanes
Pembaptis mengingatkan bahwa baptisan yang ia berikan tidak
dapat mengubah mereka menjadi suci. Pertobatan tidak sama dengan
pembaruan hati. Manusia perlu dilahirkan kembali sebab dosa
telah membuat kita mati. Kita butuh diciptakan ulang, dilahirkan
kembali, diberi hati baru!

Syukur bahwa Yesus Kristus berkuasa melakukan yang Yohanes Pembaptis
tidak sanggup. Ia datang untuk menggenapi rencana penyelamatan
dari Allah untuk manusia. Ia sudah memberikan hidup-Nya untuk
menghidupkan kita yang mati rohani. Ia berkuasa membaptiskan
kita dalam Roh Allah, yaitu baptisan pembaruan hati. Dengan
dibaptiskan Roh kita dilahirkan baru. Sifat Kristus terbit dalam
hati kita. Bahwa kita beriman kepada-Nya, mengasihi Dia,
memiliki dorongan hati untuk menaati firman-Nya, adalah akibat
dari Roh-Nya melahirkan kita kembali. Adakah tanda-tanda hidup
dari Roh itu dalam Anda?

Cara Menjadi Orang Besar (Mar 9:30-37)


Malu bertanya, sesat di jalan. Itulah yang terjadi pada murid-murid
Yesus. Walau tidak mengerti perkataan Yesus mengenai kematian
dan kebangkitan-Nya, mereka enggan bertanya (ayat 32). Akibatnya
mereka sesat. Ini tampak dari topik pembicaraan mereka kemudian,
yaitu tentang siapa yang terbesar di antara mereka. Ironis
bukan? Mereka mengira bahwa Yesus akan menjadi raja besar. Dan
orang yang terbesar dari antara para murid, tentu akan diberi
jabatan terbesar dalam kerajaan yang akan didirikan Sang Guru.
Maka Yesus mengajar mereka bahwa kebesaran dalam kerajaan-Nya
tergantung dari kesediaan orang untuk melayani orang lain.
Bahkan meski yang dilayani itu adalah seorang anak (ayat 36).
Dalam budaya Yahudi, anak tidak dianggap penting.

Pandangan Yesus berbeda dari pandangan dunia yang menganggap bahwa
kebesaran ditentukan oleh seberapa banyak orang yang melayani
kita. Dunia memang mencari kebesaran dalam bentuk kuasa,
popularitas, dan kekayaan. Ambisi dunia adalah menerima
perhatian dan penghargaan. Lalu salahkah berambisi menjadi orang
besar? Bukan demikian. Yesus ingin meluruskan pandangan bahwa
kebesaran adalah menjadi orang pertama, sementara orang lain
menjadi nomor dua, tiga, dan seterusnya. Kebesaran sejati bukan
menempatkan diri di atas orang lain supaya kita dimuliakan.
Kebesaran adalah menempatkan diri kita untuk melayani dan
menjadi berkat bagi sesama. Misalnya seorang dokter. Ia dianggap
besar bukan karena ia seorang spesialis yang bekerja di rumah
sakit mahal. Atau karena ia sering menjadi pembicara di
seminar-seminar kesehatan. Ia dianggap besar bila ia juga
menyediakan waktunya untuk menangani orang miskin.

Hasrat menjadi yang terbesar dapat mengancam keefektifan kita
sebagai murid Tuhan. Hasrat untuk dimuliakan seharusnya tidak
dimiliki seorang pengikut Yesus. Apa solusinya? Milikilah hati
seorang hamba. Bersiaplah mengutamakan orang lain dan
merendahkan diri sendiri. Ingatlah bahwa Yesus rela dianggap tak
berarti dan memikul salib bagi kita.

The True Chistianity


Sampai hari ini banyak orang Kristen berpikir dan berpendirian bahwa Kekristenan yang benar adalah sekumpulan hukum-hukum atau perintah yang dijalani. Itulah sebabnya ada kelompok orang Kristen yang berusaha menemukan perintah-perintah atau hukum-hukum yang ditulis Alkitab kemudian berusaha merumuskannya dengan teliti guna dilakukan. Ini adalah kelompok militan yang sejajar dengan orang-orang parisi dan ahli torat pada jaman Yesus. Biasanya kelompok ini ditandai dengan sikapnya yang sombong karena kesucian hidup yang mereka miliki dan penghakiman bahkan penghukuman yang mereka lakukan terhadap saudara yang bersalah. Biasanya mereka seperti memiliki rasa bangga atas prestasi kesucian hidup yang mereka miliki dan kecaman yang tajam terhadap saudara yang jatuh dalam dosa. Orang-orang seperti ini mengira bahwa ia berkenan kepada Tuhan lebih dari orang lain, pada hal sikap seperti ini makin menjadikan ia jauh dari hati dan pikiran Allah. Sementara ada kelompok lain yang tidak militan mematuhi hukum, mereka berpendirian sama sama seperti diatas tetapi tidak militan untuk mematuhi hukum. Mereka dengan diam-diam memiliki sikap pesimistis menjadi orang “saleh Tuhan” karena kegagalan melakukan perintah-perintah Tuhan. Menurut kelompok ini menjadi orang Kristen yang benar adalah hal yang mendekati kemustahilan. Tidak jarang orang-orang seperti ini menjauhi kasih karunia Tuhan. Akhirnya mereka bisa terhilang dan tidak mengenal kebenaran sama sekali. Membicarakan hal ini bukan berarti bahwa hukum Tuhan boleh dibuang atau bisa direndahkan. Tetapi kita harus memiliki pemahaman yang benar bagaimana memandang hukum. Kekristenan yang benar harus dimengerti dengan benar. Hal ini sangat penting. Kekristenan yang benar bukan sekedar memahami sekumpulan hukum-hukum dan berusaha melakukannya.

Hal pertama yang harus diingat bahwa keselamatan yang kita peroleh adalah anugerah, karunia semata-mata. Kita peroleh bukan karena kita berbuat baik. Tetapi karena iman (Ef 2:8-9). Hal ini merupakan landasan pertam ayang membuat seseorang tidak bias sombong atau tinggi hati karena kebenaran hidup yang dimiliki. Kalau orang Kristen bias sombong dengan kebenaran hidupnyanya , maka jalurnya pasti salah. Ketika seseorang percaya kepada Tuhan yesus sebagai Juru Selamat kemudian Tuhan menjadikannya anakNya, maka Tuhan memberikan kepadanya hak sebagai anaka Allah (Yoh 1:12-13). Hak inilah yang didalamnya terdapat kuasa pembaharuan seperti yang dinubuatkan dalam perjanjian lama (Yehez 36:25-27). Landasan atau dasar untuk menjadi berkenan kepada Allah itu pada hakekatnya adalah pertama “percaya kepada Tuhan Yesus Kristus”, selanjutnya mengenal kebenaran. Iblis tidak terlalu berputus asa ketika seseorang menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru selamat, sebab ia masih memiliki jalan yaitu menutup kebenaran agar tidak dikenali orang percaya tersebut. Kuasa pembaharuan atau kuasa yang memerdekakan terdapat pada ketika seseorang “mengenal kebenaran” (Yoh 8:31-32). Sebab bila tidak demikian niscaya Tuhan Yesus tidak perlu mengajar dari kota ke kota, dari desa ke desa. Pengajaran cukup diserahkan kepada ahli-ahli torat dan guru-guru agama pada waktu itu. Tuhan Yesus mengajarkan kebenaran Allah yang memerdekakan atau menjadikan orang percaya berkenan kepada Bapa. Hal ini merupakan hal yang utama, sebagai buktinya ketika Tuhan Yesus naik ke sorga maka ia perlu mengutus penolong. Fungsi dari penolong tersebut adalah membawa orang percaya kepada segala kebenaran Tuhan (Yoh 14:16-17,26; 16:12-13).

Dengan demikian jelas bahwa yang utama dalah pembaharuan pikiran oleh Firman Tuhan setiap hari, ini adalah landasan untuk menjadi berkenan kepada Tuhan (Roma 12:2). Jadi melakukan Firman Tuhan atau melakukan segala sesuatu yang yang diperintahkan Tuhan (Mat 28:18-20), bukan semata-mata membuat memperhatikan hukum yang tertulis guna dilakukan tetapi mengerti “kebenaran Tuhan” dan menerapkannya dalam hidup. Ini bukan hanya berbicara mengenai sikap tubuh atau apa yang kelihatan tetapi juga sikap hati. Karenanya dalam matius 5 Tuhan Yesus mencoba memberi contoh hukum kesempurnaan yang harus dilakukan anak-anak Tuhan. Tuhan menunjukkan bahwa konsep berjinah, membunuh, mengasihi dll menurut Tuhan dengan menurut ahli torat itu berbeda. Dengan demikian jelaslah bahwa kebenaran Firman Tuhan itulah yang menguduskan (Yoh 17:17).

Minggu, 01 Maret 2009

Cara Menjadi Bahagia

Cara Menjadi Bahagia

Setiap orang ingin memiliki kebahagiaan. Siapakah dia, kebahagiaan merupakan salah satu kebutuhan yang harus terpenuhi dalam hidup manusia. Namun banyak sekali orang yang gagal dalam perjuangan untuk menemukan kebahagiaan tersebut karena mereka mencari pada tempat yang salah.
Amsal 16:20 berkata kepada kita, “Berbahagialah orang yang percaya kepada Tuhan.: Maz 146:5 mengindikasikan bahwa kebahagiaan akan datang kepada mereka yang mencari pertolongan dan pengharapan mereka di dalam Allah.

Dasar kebahagiaan adalah suatu hubungan yang baik dengan Tuhan, namun untuk mengalami penuh kebahagiaan tersebut, kita harus membangun cara-cara yang praktis di atas dasar tersebut. Saya membuat daftar 10 aturan untuk hidup lebih bahagia:
1. Memberikan sesuatu
2. Melakukan suatu kebaikan
3. Selalu mengucap syukur
4. Bekerja dengan giat dan bersemangat
5. Mengunjungi orang yang lebih tua dan belajar dari pengalaman mereka yang baik
6. Lihat dan kagumi wajah seorang bayi dengan sungguh-sungguh
7. Sering tertawa - itu adalah pelumas bagi hidup
8. Berdoalah untuk mengetahui jalan Allah
9. Rencanakan seolah-olah anda akan hidup selamanya – anda memang akan hidup selamanya
10. Hiduplah seolah-olah hari ini hari terakhir anda di bumi

Hal ini adalah ide cemerlang untuk memiliki kehidupan yang bahahia. Dasari setiap aturan ini dengan pujian, maka kehidupan anada akan menjadi sempurna. “Puji Tuhan, hai jiwaku! Aku hendak memuliakan Tuhan selama aku hidup” (Maz 146:1-2).

Pandangan Kekekalan

Di dalam film Gladiator, Jendral Maximus Disimus Meridius berusaha menggerakan pasukan berkudanya un tuk bertempur dengan baik menjelang peperangan melawan orang Jerman. Dalam pesan kepada pasukannya ia menantang mereka untuk memberikan yang gterbaik. Dia membuat pernyataan yang mendalam: “apa yang kita lakukan selama hidup bergema di dalam kekekalan”. Kata-kata yang berasal dari pemimpin militer khayalan ini menyampaikan sebuah konsep yang kuat, yang merupakan hal penting bagi setiap orang percaya di dalam Kristus. Kita tidak hanya membuang-buang waktu dan tempat di atas sebongkoh planet yang terapung-apung di alam semesta. Kita ada disini dengan kesempatan untuk suatu perbedaan yang kekal melalui hidup kita.

Yesus sendiri berkata, “Kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya (Mat 6:20)”. Memiliki cara pandang hidup untuk kekekalan bisa memberi pengaruh yang besar di dalam dunia ini.
Bagaimana kita bisa belajar untuk memikirkan perkara-perkara di atas? (Kol 3:2). Suau cara yang baik untuk memulainya adalah dengan mengetahui hal-hal yang dihargai oleh Allah kita yang kekal. Melalui halaman demi halaman dalam alkitab, Dia mengingatkan kita bahwa Dia sangat menghargai pribadi kita melampaui harta benda bahkan penampilan kita. Itu adalah kebenaran kekal selama-lamanya. Mengerti hal tersebut bisa menolong kita memiliki pandangan kekalan dalam hidup keseharian kita.

Setiap pilihan yang kita ambil setiap hari akan mempengaruhi kita terhadap kekekalan.

Kedewasaan Hidup

Kedewasaan Hidup

Saling mengasihi (Yoh 13:34)

Saling mengampuni (Ef 4:32)

Terimalah satu akan yang lain (Rom 15:7)

Saling membantu (Ef 4:2)

Saling mendahului dan memberi hormat (Rom 12:10)

Berilah salam seorang kepada yang lain (2 Kor 13:12)

Berilah tumpangan seorang kepada yang lain (I Pet 4:9)

Hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling
mengampuni (Ef 4:32)

Janganlah kamu lupa berbuat baik dan memberi bantuan (Ibr 13:16)

Layanilah seorang akan yang lain (Gal 5:13)

Bertolong-tolonglah menanggung bebanmu! (Gal 6:2)

Saling membangunlah (I Tes 5:11)

Nasehatilah seorang akan yang lain setiap hari (Ibr 3:13)

Hiburkanlah serang akan yang lain ( I Tes 4:18)

Saling mendorong dalam kasih dan pekerjaan baik (Ibr 10:24)

Saling menasehati (Rom 15:14)

Menegor seorang akan yang lain (Kol 3:16)

Saling mendoakan (Yak 5:16)

Saling mengaku dosamu (Yak 5:16)

Hendaklah kamu sehati sepikir dalam hidupmu bersama (Rom 12:16)

Rendahkanlah dirimu seorang kepada yang lain (Ef 5:21)

Life Everyday

Life Everyday
Dalam beberapa minggu terakhir sebelum saya menulis tulisan ini, saya membaca di beberapa media cetak tentang kehidupan beberapa orang yang umurnya mencapai antara 110 dan 115. Bahkan tetangga dari sayapun meninggal dengan umur 114 tahun. Betapa bangganya keluarga dari almarhum dan tidak ada kelihatan dukacita, mereka bersukacita karena bahwasanya tidak semua orang yang diberikan kesempatan oleh Tuhan seperti orang tersebut.

Namun ada seorang yang bernama Tamer Lee Owens. Merayakan ulang tahunnya yang ke 104, ia percaya bahwa “tertawa, Tuhan, dan hal-hal kecil-lah yang membuatnya berumur panjang. Ia masih menemukan kebahagiaan setiaap hari saat bercakap-cakap dengan orang-orang, berjalan kaki dan membaca alkitab seperti yang biasa ia lakukan semenjak masih kanak-kanak. “Saya tidak tahu sampai berapa lama lagi Tuhan mengizinkan saya hidup, ujarnya. “Saya haya beryukur kepada Tuhan atas apa yang ia berikan kepada saya.”

Banyak dari antara kita yang tidak akan hidup sampai usia 104 tahun, tetapi kita dapat belajar dari Tamer Lee Owens bagaimana caranya menikmati setiap hari yang diberikan kepada kita.
1. Tertawa. “Hati yang gembira membuat muka berseri-seri, tetapi kekedihan hati mematahkan semangat” (Ams 15:13). Kebahagiaan sejati berawal dari hati kita yang terdalam dan terpancar di wajah kita.
2. Tuhan. ”Takut akan Tuhan adalah didikan yang mendatangkan hikmat, dan kerendahan hati mendahului kehormatan” (33). Ketika Allah menjadi pusat di dalam hati kita, Ia dapat mengajarkan jalan-jalanNYA kepada kita melalui setiap pengalaman hidup kita.
3. Hal-hal kecil. ”Lebih baik sepiring sayur dengan kasih daripada lembu tambun dengan kebencian” (17). Memelihara hubungan kasih dan menikmati hal-hal yang mendasar di dalam hidup kita jauh lebih penting daripada kekayaan dan kesuksesan.

Tidak semua diantara kita yang akan berumur panjang, namun kita semua dapat hidup dengan baik setiap hari dengan tertawa, Tuhan, dan menikmati hal-hal kecil dan hidup.

Dunia ini dipenuhi dengan banyak hal yang baik. Hal-hal kecil yang dapat memberikan kebahagiaan, tetapi Kristus dapat mengisi hidup kita dengan sukacita melebihi semua kekayaan dunia
Kebahagiaan bukanlah sebuah tujuan, tapi perjalanan dari hari ke hari (ChaPunK)

Sindrom Manisan Turki

Sindrom Manisan Turki

Dalam buku The Lion, the Witch, and the Wardrobe, dengan mudahnya Edmund ditarik dalam kegelapan oleh si penyihir rambut putih yang jahat. Metodenya sangat gampang, dia memenuhi hasratnya akan kekayaan, makanan lezat, sekalugus juga status dan balas dendam. Manisan Turki ditawarkan kepadanya sangat lezat dan membuatnya terus meminta lebih. Begitu kuat pengarungnya sampai-sampai membuat dia mengkhianati saudara-saudaranya.

Keinginginan dari dunia dan kedagingan adalah perangkap iblis yang kuat dan bisa membuat manusia kecanduan. Hari-hari ini dia bekerja lembur menawarkan berbagai macam pilihan yang kelihatannya enak, lezat,ban bagus. Dia mempengaruhi kecintaan kita akan hal-hal yang memuaskan hawa nafsu egois dan dosa kita yang mempergunakannya untuk menggoda, mengontrol, melemahkan dan mennghancurkan kita. Kita kecanduan kekuasaan atau uang, makanan, seks, alcohol, atau pakaian, meskipun dengan resikonya harus mengorbankan teman-teman kita atau orang-orang yang kita cintai, dan bahkan hubungan kita dengan Juruselamat, untuk memuaskan nafsu kita.

Bagaimana kita bisa melawan godaan iblis? Paulus berkata, “ Hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging” (Gal 5:16). Dia juga menulis, “Tetapi kenakanlah Tuhan Yesus Kristus sebagai perlengkapan senjata terang dan janganlah merawat tubuhmu untuk memuaskan keinginannya” (Rom 13:14). Dan Yohanis berkata, “Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada dalamnya” (I Yoh 2:15)