Rabu, 18 Februari 2009

MENJADI SEORANG HAMBA


MENJADI SEORANG HAMBA

Kebesaran telah menjadi bahan pemikiran murid-murid Yesus pada masa itu, hampir sama yang dipikirkan banyak orang pada zaman ini!! (Mar 10: 42-45, 9:33-37). Murid-murid itu memikirkan tentang kebesaran dalam pengertian umum. Mereka bertanya, “Tuhan, siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Allah?” Yesus memberikan jawaban yang tidak disangka-sangka oleh mereka, dan Ia memakai dua hal untuk menggambarkan kebesaran, Ia berkata:

“Rendahkanlah dirimu seperti seorang anak kecil!”

“Hendaklah ia menjadi pelayan dari semuanya!”

Konsep tentang menjadi seorang hamba pada umumnya dipandang rendah dalam masyarakat. Rata-rata pegawai tidak suka mengangap dirinya sebagai hamba dari majikannya. Kebnyakan orang berkulit hitam di AS yang telah berjuang atas pengakuan diri mereka tidak mau menjadi pembantu RT atau mengerjakan pekerjaan yang dianggap rendah. Mereka lebih suka menjadi guru, pengacara, dokter, dll. Tentu hal ini juga terjafi pada kebanyakan orang. Konsep melayani dianggap hina di dunia ini.

Pada umumnya dunia menginginkan sebuah kedudukan, gelar, jabatan, nama besar, mobil mewah, rumah bagus, dll. Meskipun demikian Yesus berkata bahwa Ia benar-benar kebalikan dari kebesaran di dalam kerajaanNya. “Barangsiapa ingin menjadi besar diantara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu.”.

Sejarah membuktikan (demikian juga Alkitab) bahwa orang-orang terbesar adalah orang-orang yang paling banyak melayani.

  1. Albert Schweitzer adalah seorang musikus, composer, ahli teologi, dokter umum, sastrawan. Ia meninggalkan tanah airnya menuju Afrika untuk mengabdikan dirinya bagi pelayanan kemanusiaan secara langsung. Ia menggunakan hidupnya untuk mengurangi orang-orang yang sengsara dan menderita. Ia dianggap tokoh terbesar pada zamannya
  2. Ibu Theresa dari India yang mengabdikan hidupnya bagi orang-orang kaum papa. Dan dia diberi penghargaan sebagai seorang tokoh terbesar abad 20
  3. Hudson Taylor dan masih banyak orang-orang yang mengabdikan dirinya untuk menjadi hamba dan mereka merupakan orang-orang yang besar.
  4. Begitu dalam dunia sekuler. Henry Ford ingin mempersembahkan alat transportasi yang murah kepada orang biasa dan semakin melayani ia menjadi semakin besar.
  5. Thomas A Edison ingin melayani manusia melalui alat-alat listrik yang ia temukan. Semakin ia melayani semakin besarlah ia.

Orang-orang Jepang memiliki memtalitas perhambaan dan mereka diberkati karenanya. Manajer-manajer diprogram untuk menjadi hamba dari pegawai-pegawai. Dalam kerendahatian mereka berkata kepada pegawai-pegawai mereka, ”Kita berada disini bersama-sama, kita adalah satu tim, tolonglah kami”. Kami bukanlah orang yang mahatahu tentang produksi dan prosedur-prosedur. Berikanlah usul dan tolonglah kami supaya kami dapat mengerjakan dengan lebih baik. Karena sikap mereka ini pegawai-pegawai dalam bidang permohonan di Jepang rata-rata memberikan antara 18-19 usul dalam pertahu, dan sekitar 80% dari usul itu diterima dan dipakai. Tetapi tidak demikian hanlnya dengan di Amerika! Karena mental hambanya yang kuat orang-orang Jepang mengalahkan orang-orang Amerikan yang angkuh dalam industri permobilan mereka. Manajemen di Amerika tidak seperti seorang hamba dan tidak memacu timbulnya usul-usul. Mereka hampir tidak bersedia untuk mendengarkan gagasan baru un tuk belajar ataupun diajari. Sikap hamba yang rendah hati dan mau diajari tidak didapatkan di Amerika. Sebaliknya keangkuhan yang menguasai mereka. Dengan cara inilah kami lakukan! Kalau kamu suka, silahkan, kalua tidak silahkan angkat kaki.!!

Seorang pengusaha Amerika yang terkenal telah belajar menjadi seorang hamba. Namun dia belajar di kemudian hari dalam hidupnya, ketika berada di ambang kematian. John D.Rockefeller menjadi seorang milyuner dengan cara memonopoli awal industri perminyakan di Amerika. Pada waktu itu dia bukanlah seorang hamba melainkan seorang kikir, pelit. Dengan segenap kekayaannya ia hampir meninggal usia 50 tahun. Tangannya yang pada mulanya mencengkram erat-erat uangnya mulai terbuka dan mulai menyumbangkan bermiliar-miliar kepada rumah sakit, sekolah-sekolah, dan kepada mereka yang layak disumbangkan. Sesuatu yang luar biasa mulai terjadi dalam jiwa dan tubuhnya kesehatannya mulai pulih. Berkat-berkat yang terdapat dalam Yesaya 58:7-8 menjadi kenyataan dalam hidupnya.

Dalam sebuah artikel baru-baru ini (suatu penyelidikan dalam dunia sekuler) bahwa orang yang paling bahagia adalah orang-orang yang menggunakan waktu mereka untuk menolong dan mengurus orang orang lain. Penyelidikan yang sama menunjukan bahwa orang-orang yang egois (yang mencari kesenangannya sendiri dan tidak rela direpotkan oleh orang lain) adalah orang-yang hampir tidak bahagia. Dan anehnya, orang yang egois adalah orang yang paling berusaha keras untuk merasa bahagia. Namun hukum ilahi yang pertama adalah ”berilah dan kamu akan diberi” (Luk 6:38).

Ciri-ciri Seorang Hamba

  1. Hamba itu tidak egois, seorang yang mengabdi kepada kesejahteraan dan kebutuhan orang lain. Tidak terlalu sibuk dengan kepentingannya sendiri melainkan hidup untuk melayani orang lain. Sikap Tuhan Yesus, Hamba yang terbesar di sepanjang zaman adalah, ”Bukan kehendakKu, melainkan kehendakMulah yang terjadi”, Bukan penuhilah kebutuhan-kebutuhanku atau layanilah aku tapi, melainkan Aku datang untuk melayani dan memberikan nyawaKu sebagai tebusan bagi banyak orang” (Mar 10:45).
  2. Hamba tidak sombong melainkan rendah hati. Karena itu seorang hamba tidak cepat sakit hati dan tidak mudah marah. Seorang hamba tidak mempunyai pendapat yang tinggi tentang dirinya ataupun menjadi marah tatkala ia tidak dikenali orang (Rom 12:3, Kol 3:22-24). Keberadaanya hanyalah menolong orang yang dilayaninya.
  3. Hamba tidak suka menuntut atau meminta persamaan hak (Mat 5:3). Seorang hamba sejati itu miskin dalam arti tidak suka menuntut bahwa ia layak menerima lebih banyak dari itu, lebih baik dari ini ataupun persamaan. Orang yang selalu menuntut haknya tidak pernah bahagia, bahkan ini juga merupakan pelanggaran hukum Kerajaan Allah.
  4. Hamba memiliki sukacita. Orang yang suka memberi adalah oarng yang memiliki sukacita sejati. Orang yang suka menimbun atau terlau menghemat, rohnya kering. Sukacita hanya diperuntukan bagi orang-orang yang suka memberi dan melayani.
  5. Hamba itu tidak independen (terlalu tidak mau bergantung).
  6. Hamba adalah seorang yang tidak merasa perlu mempertahankan nama baik. Tidak mempunyai roh persaingan dalam pelayanan. Ia berusaha mendorong dan menguatkan teman-temanya seimannya dimanapun ia berada, namun tetap puas untuk tetap tinggal di belakang layar. Yesus tidak prnah menginginkan reputasi duniawi (Fil 2:6-8). Sayangnya banyak hamba Tuhan yang melakukan hal itu. Identitas sejati adalah identitas yang kita temukan dalam Allah. Dan menyadari bahwa kita diciptakan untuk orang lain (Wah 4:11)
  7. Hamba itu rela mengerjakan pekerjaan yang melebihi tugasnya dan tetap tidak mengharapkan suatu ucapan terima kasih atau suatu tepukan di punggung. Akan ada saatnya dalam hidupmu ketika kita tidak diberi ucapan terima kasih, tidak diberi imbalan, penghargaan, dikenalai atas kerja kerasmu, bahkan oleh orang-orang Kristen ataupun mereka yang lebih dewasa dalam Tuhan. Kita akan memperoleh kemenangan jika kita merapkan sikap hati seperti yang disiratkan dalam Kolose 3:22-24, ”Aku tidak melakukan ini untuk manusia, aku melakukan semua ini untuk Tuhan dan upahku akan datang darinya”.
  8. Hamba adalah seorang yang memiliki hadirat Allah (Yes 57:15).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar