Selasa, 20 April 2010

KEMENANGAN YANG MEMBERI KEMENANGAN (II)


4. Kemenangan atas perasaan takut yang keliru.
Dosa telah memutar-balikkan banyak hal: yang manusia harus takuti, malah jadi berani sekali; yang manusia harus berani, malah jadi sangat takut. Seharusnya, manusia takut kepada Allah dan berani kepada Setan; manusia harus berani mengatakan kebenaran dan takut untuk berkata dusta. Namun, orang berdosa bersikap sangat berani menentang Allah dan takut kepada Setan. Dosa telah membuat banyak orang takut berkata benar dan berani berdusta.
Sebelum Yesus menampakkan diri kepada murid-murid-Nya, mereka bersikap sangat takut, seperti yang tertulis di dalam Yohanes 20:19a, "Ketika hari sudah malam pada hari pertama minggu itu, berkumpullah murid-murid Yesus di suatu tempat dengan pintu-pintu yang terkunci karena mereka takut kepada orang-orang Yahudi."
Namun, setelah dipenuhi Roh Kudus, sikap mereka berubah total. mereka berani menyampaikan kebenaran walaupun menghadapi ancaman penganiayaan, seperti yang tertulis di dalam Kisah Rasul 4:13, "Ketika sidang itu melihat keberanian Petrus dan Yohanes dan mengetahui, bahwa keduanya orang biasa yang tidak terpelajar, heranlah mereka; dan mereka mengenal keduanya sebagai pengikut Yesus."
Rasa takut yang keliru seringkali dipakai Iblis untuk melumpuhkan dinamika hidup kristiani. Banyak orang Kristen tidak berani bersaksi karena mereka sudah kalah sebelum bertanding. Mereka takut kalau-kalau orang lain tersinggung atau marah. Iblis sering memakai "psychology of fear" (psikologi rasa takut) untuk memadamkan semangat pelayanan di dalam diri umat-Nya. Seorang petinju pasti akan kalah apabila ia pada waktu dipertemukan dengan lawannya dan di hadapan wasit tidak berani menatap mata lawannya. Biarlah kita berdoa seperti yang didoakan oleh para murid Tuhan,
"Dan sekarang, ya Tuhan, lihatlah bagaimana mereka mengancam kami dan berikanlah kepada hamba-hamba-Mu keberanian untuk memberitakan firman-Mu. Ulurkanlah tangan-Mu untuk menyembuhkan orang, dan adakanlah tanda-tanda dan mujizat- mujizat oleh nama Yesus. Hamba-Mu yang kudus. Dan ketika mereka sedang berdoa, goyanglah tempat mereka berkumpul itu dan mereka semua penuh dengan Roh Kudus, lalu mereka memberitakan firman Allah dengan berani." (Kisah Para Rasul 4:29-31)
Beberapa tahun yang lalu di harian "Kompas" pernah ditulis satu hasil survey di Eropa. Banyak remaja putra Eropa sudah melakukan hubungan seks sebelum nikah pada waktu usia mereka sekitar 17 tahun 3 bulan. Sedangkan bagi remaja putri, banyak yang telah melakukan hubungan seks pada usia sekitar 17 tahun 6 bulan. Hubungan seks sebelum nikah telah menjadi standard yang dibanggakan di dalam kelompok mereka. Sayangnya, apa yang mereka banggakan ternyata membuat Tuhan merasa malu dan marah.
5. Kemenangan untuk hidup memuliakan Tuhan.
"Dan jika Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah kepercayaan kamu dan kamu masih hidup dalam dosamu." (1Korintus 15:17)
Benarlah ayat itu. Jikalau Yesus telah dibangkitkan, maka percumalah manusia yang berusaha untuk hidup benar, sebab Yesus Sang Kebenaran ternyata mengakhiri hidup-Nya di atas salib. Ia diperlakukan secara tidak adil oleh manusia yang berdosa. Jikalau Yesus tidak dibangkitkan, maka kebenaran dikalahkan oleh dusta. Tetapi puji Tuhan, Yesus bangkit! Berarti: ada pengharapan bagi manusia yang ingin hidup benar dan mau memuliakan nama Tuhan.
Kehidupan manusia Yesus adalah sangat mulia. Usia-Nya hanya pendek saja, yakni 33 1/2 tahun. Sebagian orang Amerika berkata, "Life begins from forty" (hidup dimulai sejak umur 40 tahun). Usia Yesus 61 1/2 tahun lebih muda dari kerinduan orang Amerika. Umur Yesus juga paling pendek jika dibandingkan dengan para pendiri agama/ filsafat lainnya. Laotze berusia lebih dari 100 tahun, Sidharta Gautama 80 tahun, Socrates 68 tahun, dan Mohammad 64 tahun.
Walaupun pendek usia-Nya, tetapi Yesus sudah mengisi setiap saat dalam hidup-Nya dengan hal-hal yang memuliakan Bapa-Nya di Sorga. Hal ini dapat kita ketahui dari Yohanes 17:4, "Aku telah mempermuliakan Engkau di bumi dengan jalan menyelesaikan pekerjaan yang Engkau berikan kepada-Ku untuk melakukannya." Ayat ini merupakan bagian dari doa Tuhan Yesus sebelum Ia disalibkan. Jadi, hidup Yesus lebih menekankan pada segi kualitas (mutu hidup) dan bukan kuantitas (panjang umur).
Hendaklah hidup setiap umat Tuhan juga demikian. Masalah panjang umur bukanlah hal yang terpenting, tetapi bagaimana seseorang menggunakan setiap waktu dalam hidupnya, apakah dengan hal-hal yang berkenan di hadapan Tuhan, ataukah hanya memuaskan hawa nafsu dan ambisi pribadi? Mutu hidup lebih dipentingkan di dalam kekristenan.
6. Kemenangan untuk Gereja-Nya.
Tuhan Yesus pernah berkata kepada Rasul Petrus dan para murid-Nya yang lain, "Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus (Yun: Petros) dan di atas batu karang (Yun.: Petra) ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan dapat menguasainya." (Matius 16:18)
Apakah maksudnya "batu karang" (Petra) di sini? Itu bukanlah diri Petrus (Petros), tetapi pengakuan Petrus tentang Yesus yakni: "Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!" (Matius 16:16). Di atas pengakuan itulah gereja Tuhan didirikan; dan alam maut tidak akan dapat menguasainya. Maut adalah musuh yang terbesar dalam hidup manusia. Musuh yang terbesar itu tak dapat menguasai gereja Tuhan sebab didirikan di atas pengakuan "Yesus, Sang Mesias, Anak Allah yang hidup".
Tidak ada suatu kuasapun yang bisa menghancurkan gereja Tuhan. Gedung gereja bisa dihancurkan, tetapi bukan persekutuan umat Tuhan. Ini terbukti di dalam sejarah gereja Tuhan di RRC. Selama beberapa puluh tahun Komunisme, di bawah pemerintahan Mao Tse Tung, menganiaya banyak umat Tuhan. Mereka hanya bisa menutup pintu-pintu gedung gereja, tetapi tidak berdaya menghancurkan persekutuan umat Tuhan. Sebelum Komunisme berkuasa, jumlah orang Kristen di RRC kurang dari 1 juta orang. Namun, setelah Mao Tse Tung meninggal dunia, pemerintah RRC mulai bersikap agak lunak terhadap agama-agama. Ternyata mereka mendapati jumlah orang Kristen yang berbakti "di bawah tanah" sudah mencapai sekitar 70 juta orang.
Sebagian umat Tuhan merindukan agar kekristenan dapat menjadi agama mayoritas di dunia ini. Mereka berpikir alangkah indahnya apabila orang Kristen menjadi mayoritas di dunia ini. Ijin untuk mendirikan gedung gereja tidak diperlukan lagi; dan berbagai kemudahan akan diperoleh oleh orang-orang Kristen.
Pernahkah itu terjadi? Pernah, yakni pada abad ke-14, pada masa pemerintahan kaisar Romawi yang bernama Constantine Agung (280- 337 M). Pada tahun 312, sang kaisar menyerang Itali dan mengalahkan Maxentius, seorang musuh besarnya, di jembatan Milvian dekat kota Roma. Sebelum pertempuran berlangsung, Constantine berkata bahwa ia melihat suatu tanda dari Allahnya orang Kristen di langit. Tanda itu menyatakan, bahwa ia pasti menang. Menurutnya, tanda itu adalah singkatan dalam bahasa Yunani untuk nama Kristus. Kemudian, tanda itu dilukiskan di setiap perisai prajuritnya. Setelah kemenangannya itu, Constantine menjadikan agama Kristen sebagai agama negara. Dia pun menjadi seorang Kristen. Banyak gedung pengadilan Romawi yang diubah menjadi gedung gereja.
Semua negara yang ditundukkan oleh kaisar Romawi harus "di- kristen-kan", sehingga terjadi baptisan masal. Banyak orang yang dibaptis tidak mengerti akan ajaran firman Tuhan. Mereka menjadi Kristen oleh karena diharuskan oleh perintah sang Kaisar. Para pemimpin gereja adalah orang-orang yang diangkat oleh pemerintah. Mereka memiliki kekuasaan yang besar dan kedudukan yang "empuk". Akibatnya, banyak praktek duniawi masuk ke dalam gereja. Sinkretisme (percampuran agama Kristen dengan kepercayaan kafir) terjadi di dalam kehidupan gerejawi dan umat-Nya. Di dalam sejarah gereja, jaman sejak Constantine sampai beberapa abad selanjutnya dikenal dengan sebutan "dark ages" (abad-abad kegelapan). Terlalu banyak orang menyebut diri Kristen tetapi hanya "Kristen KTP", demikian pula dengan para pemimpin gereja. Jadi, ironis sekali -- jaman dimana Kekristenan menjadi mayoritas justru disebut sebagai "dark ages".
Sebaliknya, di tempat di mana umat Tuhan dianiaya; mereka hanya kelompok minoritas, di situlah terdapat gereja-gereja yang hidup. Di situlah hadirat Tuhan dinyatakan di tengah-tengah kehidupan umat-Nya. Di situlah terjadi banyak manifestasi kemuliaan Allah.
Jadi, janganlah takut terhadap segala tantangan dan aniaya. Takutlah jikalau Tuhan tidak diberikan tempat yang semesti-nya di Gereja-Nya. Seperti yang tertulis di dalam Wahyu 3:20, "Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku." Ayat ini bukan ditujukan kepada orang- orang non-Kristen, tetapi kepada gereja Tuhan di Laodikia yang sudah suam-suam (Wahyu 3:16). Tuhan Yesus yang seharusnya menjadi Kepala Gereja, tetapi Ia dibiarkan berada di luar pintu gereja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar