Kata murtad kadang-kadang disebut untuk menunjuk orang yang meninggalkan agama atau partai politik.
Dalam Alkitab kita juga dapat bertemu dengan kata ini yang diterjemahkan dari paraptoma dan apostasia. Paraptoma dari akar kata pipto yang berarti:
1. salah langkah (a false step)
2. blunder (menabrak atau melakukan kesalahan besar)
3. jatuh dari (to fall down from)
4. meninggalkan kepercayaan (fall away)
5. a lapse from uprightness (searti dengan kata dosa dalam bahasa Yunani yaitu hamartia yang artinya luncas, menyimpang dan tidak kena sasaran)
Kata paraptoma inilah yang digunakan Paulus dalam Ibrani 6:6 - yang murtad lagi. Paraptoma juga digunakan oleh Paulus dalam Roma 11:11-12, kejatuhan orang Yahudi yang menolak Yesus sebagai Juruselamat adalah kemurtadan, maksudnya bahwa mereka menyimpang dari jalan yang benar. Sinonim paraptoma ini dalam bahasa Yunani adalah apostasia, kata ini juga menunjuk kepada kemurtadan. Apostasia bisa berarti :
1. a defection, departing (meninggalkan)
2. revolt (memberontak)
3. apostasy, renegade (kemurtadan)
4. fall away (lari dari, jatuh)
Kata apostasia biasanya menunjuk kepada tindakan atau langkah meninggalkan sesuatu yang menjadi tugasnya (bidang ketentaraan) dan berdiri sebagai pihak pemberontak. Kata ini digunakan dalam Kis 21:21 dan 2Tes 2:3. Dua kata yang menyiratkan jelas mengenai kemurtadan ini tidak memiliki diferensiasi yang jelas. Dua kata ini menununjuk kepada kemurtadan, orang yang sudah beriman lalu meninggalkan imannya.
Realitas Kemurtadan
Kemurtadan adalah suatu realitas hidup. Hal ini tidak dapat dipungkiri. Alkitab dengan jelas mengatakan demikian. Ibrani 6:6 memberi indikasi jelas mengenai kenyataan hidup Kristiani ini. Dalam terjemahan Good News dikatakan: And then they abandoned their faith! It is impossible to bring them back to repent again. Kata murtad di sini (Ing. abandoned their faith. Terjemahan NKJV: if they fall away) adalah paramesontes (pipto, para pipto). Orang yang murtad adalah orang yang tidak akan bertobat lagi. Keadaan ini sejajar dengan “menghujat Roh Kudus”. Jadi selama seseorang masih bisa bertobat maka ia belum dikategorikan murtad. Dalam hal ini hanya Tuhan yang tahu apakah seseorang sudah sampai tingkat murtad atau belum.
Dalam Ibrani 3:12-15, dijelaskan bahwa kemurtadan bisa terjadi atas orang yang sudah beriman kepada Kristus. Kata murtad dalam teks ini: apostenai (Ing. departing, falling away). Dikatakan dalam teks aslinya: en to apostenai apo theou zontes (Ing. in departing from living God). Dalam Alkitab bahasa Indonesia diterjemahkan: murtad dari Allah yang hidup. Jelas sekali bahwa orang yang melarikan diri atau menjauhkan diri dari Allah yang hidup adalah orang yang pernah “dekat” dengan Tuhan. Matius 24:10 menginformasikan bahwa akan terjadi kemurtadan (teks dalam bahasa Indonesia). Kata murtad di sini sebenarnya adalah “skandalisthesontai” yang lebih tepat diterjemahkan sebagai “melakukan pelanggaran terhadap hukum” (ing. be offended). Keadaan inilah yang dinubuatkan oleh Paulus dalam 2 Tesalonika 2:3, yaitu tentang hari kemurtadan. Dalam 1Timotius 4:1-3 dijelaskan bahwa di akhir zaman akan terjadi kemurtadan orang percaya (Yun. apostesontai Ing. will depart from). Mereka disesatkan oleh roh-roh penyesat, ajaran setan, oleh tipu daya pendusta-pendusta.
Harus diakui bahwa 12 murid Tuhan yang terkemuka adalah orang-orang khusus yang telah menerima kuasa untuk pergi memberitakan kerajaan sorga. Tidak dikatakan bahwa ada yang tidak menerima kuasa. Mereka adalah orang-orang yang telah mengalami kuasa Tuhan dan mendengar banyak kebenaran, tetapi ada diatara mereka yang telah meninggalkan iman mereka dan terhilang. Inilah kemurtadan itu (paraptoma, apostasia). Dalam Ibrani 10:26 diperingatkan bahwa orang yang meninggalkan jalan kebenaran, “dengan sengaja” berbuat dosa, adalah orang-orang yang yang tidak lagi berkesempatan memperoleh pengampunan dosa.
Jadi adalah berbahaya kalau kita mengatakan bahwa seorang anak Tuhan tidak mungkin murtad. Kepercayaan bahwa anak Tuhan tidak mungkin murtad akan men-cenderungan anak Tuhan tidak mengerti tanggung jawabnya yang berat sebagai anak Tuhan. Panggilan untuk tetap didalam keselamatan adalah panggilan yang tidak kalah hebatnya dengan panggilan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi.
Kemurtadan ini dapat disejajarkan dengan pengertian “menyia-nyiakan keselamatan” (Ibr 12:3). Dalam Ibrani 12:1-4 orang yang mendengar Injil dan telah menerimanya diancam bahaya besar bila tidak hidup di dalam kebenaran Injil yang diberikan Tuhan itu. Menjadi penyakit dan kelemahan banyak orang Kristen, setelah menjadi orang percaya tidak bersungguh-sungguh dalam hidup kekristenannya. Sikap ini disebut dalam Ibrani 2:3: sebagai “menyia-nyiakan keselamatan”. Menyia-nyiakan dari teks aslinya amelesantes, akar kata ameleo yang dapat diterjemahkan sebagai: neglecting, made light of, to be careless of, not to care (menganggap ringan, meremehkan, tidak menganggap berarti). Hampir orang percaya tidak mau mengakui kelemahan ini, pada hal hidup rohaninya terjangkit penyakit ini. Hal ini disejajarkan dengan bangsa Israel yang telah menerima firman Tuhan yaitu hukum-hukumnya, bila menolak atau melanggar hukum itu akan menerima balasan yang setimpal. Dalam perikop ini diingatkan bahwa sekalipun bangsa Israel adalah umat pilihan Allah ketidaktaatan mereka akan mendatangkan bencana bagi mereka sendiri. Demikian pula dengan orang percaya yang tidak hidup di dalam iman percayanya.
Dalam 1Petrus 2:1-12 ditegaskan bahwa kalau Tuhan tidak sayang terhadap malaekat yang jatuh dan membuang mereka, demikian pula terhadap orang yang menyimpang dari iman.
Dalam Yohanes 15:1-7 dipaparkan bahwa sangat mungkin bagi carang yang tidak berbuah akan dikerat-Nya. Ini berarti menunjuk kepada kehidupan anak-anak Tuhan yang telah memiliki hubungan dengan Tuhan tetapi oleh karena menyia-nyiakan anugerah Allah dengan bukti tidak berbuah, maka ia akan dibuang. Dalam kaitannya dengan hal ini Paulus mengingatkan jemaat di Roma untuk memperhatikan bukan saja kemurahan Allah, tetapi juga kekerasan-Nya (Rom 11:19-22). Kalau bangsa Israel, cabang yang asli bisa dipatahkan, maka kita, cabang liar bisa dipatahkan pula, kalau tidak tetap tinggal dalam kemurahan-Nya.
Keguguran Diakhir Zaman
Harus sungguh-sungguh diwaspadi bahwa kemurtadan adalah bahaya gereja yang ber-kesinambungan sepanjang abad. Dalam banyak bagian Alkitab dikemukakan agar kita bergumul terus untuk berpegang teguh atas apa yang kita yakini dan terus bertumbuh dalam iman (wahyu 2:25; 3:11). Bila tidak ada realitas kemurtadan, niscaya Tuhan Yesus tidak perlu sedemikian tegas mengingatkan orang percaya untuk berjaga-jaga dan berpegang teguh atas apa yang sudah dipercayai. Lebih tajam lagi dikatakan dalam Wahyu 3:5 bahwa ada kemungkinan nama seseorang yang telah tertulis dalam kitab kehidupan dihapus.
Suatu realitas yang harus dimengerti dan diterima, bahwa iblis bisa menuntut untuk mencobai anak-anak Tuhan dengan maksud agar anak Tuhan tersebut gugur imannya (Luk 22:31). Dalam terjemahan Good News dikatakan Satan has receive permission to test all of you. Allah mengizinkan iblis “menampi” anak-anak-Nya. Hal ini juga dialami oleh Ayub. Iblis mendapat izin oleh Tuhan untuk mencobainya (Ayub 1:12). Pencobaan yang dialami Ayub dimaksudkan oleh setan agar Ayub menghujat Allahnya (Ayub 2:9). Dalam kenyataannya Ayub tidak menghujat Allah seperti saran istrinya, sebaliknya Ayub tetap memuji Tuhan dan memuliakan-Nya. Demikian pula Iblis menampi para murid Tuhan, agar Simon dan kawan-kawan mengkhianati dan menyangkal Tuhan Yesus.
Tuhan Yesus menyinggung mengenai realitas keguguran (Ing. fail. Yun.ekleipe). Hal ini berarti bahwa kemurtadan yang sejajar artinya dengan keguguran adalah suatu realitas yang dapat dialami anak Tuhan. Gugur maksudnya jatuh sebelum waktunya (masak), kata ini bisa berarti tidak mencapai tujuan. Kalau kata ini dikenakan untuk prajurit yang mati di medan perang memiliki konotasi positif, tetapi kalau dikenakan untuk hal lain bisa berarti negatif. Juga dalam hubungannya dengan pengiringan kepada Tuhan Yesus.
Jangan kita beranggapan bahwa orang Kristen yang sudah percaya kepada Tuhan Yesus tidak mungkin gugur. Kita hendaknya tidak menyederhanakan kebenaran Alkitab sehingga banyak orang salah mengerti. Dapat kita temukan banyak data dalam Alkitab mengenai kenyataan ini. Dalam 1Korintus 10:1-12 digambarkan bangsa Israel sebagai contoh (Ay.11-12). Sebagian besar mereka tidak sampai ke tanah Kanaan. Apakah ini berarti ketidak konsistensiannya Tuhan dan ketidak berdayaan-Nya? Tentu tidak. Kega-galan sebagian besar bangsa itu mencapai Kanaan, karena mereka tidak setia sampai akhir. Mereka tidak taat kepada Tuhan. Mereka tidak bersungguh-sungguh dalam pengiringan yang benar.
Dalam Wahyu 3:5 Tuhan Yesus menyinggung mengenai penghapusan nama. Dalam teks asli Alkitab ada 3 kata yang dapat diterjemahkan menghapus yaitu apomasso, (membuat bersih, biasanya untuk debu, Luk 10:11); ekmasso, bisa diterjemahkan membuat kering/menghapus air mata, wipe dry; exaleipso, to wipe out, wipe away. Kata yang ketiga ini lebih kuat dan dekat berarti menghapuskan sama sekali (Ing. to blot out). Kata yang terakhir inilah yang digunakan Tuhan Yesus dalam Wahyu 3:5. Dari pernyataan Tuhan Yesus tersebut jelas bahwa ada ke-mungkinan nama seseorang dihapus dari kitab kehidupan (ou me exaleipso to onoma autou ek tes biblou tes zoes; I will not blot out his name out of the scroll of life/book of living). Berkali-kali Tuhan Yesus menyerukan agar kita berjaga-jaga dan berdoa (Mat 26:41; 1Pet 5:8). Peringatan sadarlah dan berjaga-jaga ini memberi indikasi bahwa ada orang-orang percaya yang tidak sadar dan tidak berjaga-jaga. Dengan demikian jelaslah bahwa dunia ini bukan panggung sandiwara yang semua kejadian telah diatur oleh sebuah sekenario dan sutradara yang menentukan awal dan akhir cerita. Dunia adalah panggung per-gumulan apakah seseorang tetap didalam iman atau tidak.
Tidak asing bagi kita kebenaran bahwa di akhir zaman ini akan terjadi keguguran yang besar. Dalam Matius 24:12 dinyatakan oleh Tuhan Yesus bahwa kasih kebanyakan orang menjadi dingin. Lebih banyak yang dingin dari pada yang panas. Apa yang dikatakan Tuhan Yesus ini singkron dengan apa yang dikatakn oleh Daniel dan Paulus (Dan 12:10; 2 Tim 3:1- 5).
Sangatlah berbahaya bagi anak Tuhan yang tidak mengerti kebenaran ini atau yang tidak mau menerima kebenaran ini, bahwa kejatuhan adalah suatu realitas dan bahwa dunia akhir jaman ini sangat rawan bagi iman Kristen. Kalau kita tidak berdiri teguh dan berjaga-jaga kita akan jatuh terseret dalam dosa dunia, akhirnya gugur. Tetapi kalau kita berjaga-dan berdoa, sadar akan kenyataan tentang keguguran dan dunia akhir jaman yang jahat ini, maka kita tidak akan gugur. Kalau kita memahami bahwa dunia akhir zaman sangat rawan maka akan mendorong lebih bersungguh-sungguh dalam memperlengkapi diri dengan perlengkapan senjata Allah. Agar tampil sebagai pemenang.
Panggilan ini senada dengan apa yang diucapkan rasul Paulus dalam Galatia 5:1, jangan mau dikenakan kuk perhambaan lagi. Jangan terkecoh dengan ajaran yang mengatakan bahwa orang Kristen tidak akan dapat murtad lagi. Ajaran semacam ini akan memperlemah gairah pengiringan kita yang murni kepada Tuhan. Kurang bersungguh-sungguh dalam meningkatkan mutu kehidupan rohani kita (Fil 2:12).
Waspadalah (Ibr 3:12), kata ini merupakan kata peringatan sekaligus ancaman (bnd: Ucapan Tuhan di Firdaus, Kej 2:16; 2 Kor 11:1- 3). Peringatan ini tidak membuat kita menjadi orang Kristen yang dikejar-kejar ketakutan tetapi peringatan yang membuat kita waspada. Sebaliknya anggapan yang mengatakan bahwa kita tidak akan bisa murtad lagi akan menciptakan orang Kristen yang kurang mempraktekkan kebenaran Allah. Biasanya lebih banyak mendiskusikan Alkitab dan mempercakapkannya ketimbang mem-praktekkannya dalam hidup.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar