Selasa, 20 April 2010

KEMENANGAN YANG MEMBERI KEMENANGAN (I)


KEMENANGAN YANG MEMBERI KEMENANGAN
Kapankah Kristus mendapatkan kemenangan-Nya? Banyak orang menjawab: pada waktu Ia bangkit. Jawaban itu kurang tepat, sebab Kolose 2:14- 15 mengatakan,
"dengan menghapus surat hutang, yang oleh ketentuan-ketentuan hukum mendakwa dan mengancam kita. Dan itu ditiadakan-Nya dengan memakukannya pada kayu salib: Ia telah melucuti pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa dan menjadikan mereka tontonan umum dalam kemenangan-Nya atas mereka."
Jadi, ayat di atas menyatakan bahwa sebenarnya Yesus sudah mendapat kemenangan-Nya di atas salib. Cuma kemenangan itu belum terlihat secara kasat mata. Kebangkitan-Nya menyatakannya secara jelas.
Kebangkitan Kristus adalah KEUNIKAN kekristenan dibandingkan dengan agama lainnya. Kristus telah bangkit tidak mati lagi. Kristus telah menang! Oleh karena itu perjuangan umat Tuhan bukanlah perjuangan untuk meraih kemenangan; tetapi perjuangan dari kemenangan atas segala dosa dan Setan yang sudah diperoleh oleh Yesus ketika Ia berada di atas salib dan melalui kebangkitan-Nya (lih. Yohanes 12:31; Kolose 2:15; Wahyu 12:11). Kemenangan-Nya memberi kita kemenangan atas beberapa hal yang penting, yaitu:
1. Kemenangan atas maut (1Korintus 15:54b-57).
"Maut telah ditelan dalam kemenangan. Hai maut di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu? Sengat maut ialah dosa dan kuasa dosa ialah hukum Taurat. Tetapi syukur kepada Allah, yang telah memberikan kepada kita kemenangan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita." (1Korintus 15:54b-57)
Maut adalah musuh manusia yang terbesar. Maut tidak dapat dikalahkan oleh: kekayaan, kekuataan fisik, dan kepandaian otak. ketiga hal itu biasanya digunakan oleh manusia untuk mempertahankan dan mengembangkan hidup mereka. Namun, ketika maut datang, kekayaan manusia tidak dapat menyuapnya; kekuatan fisik tidak dapat mengalahkannya; dan kepandaian otak tidak dapat menaklukkannya. Sungguh, maut merupakan musuh manusia yang paling menakutkan. Tetapi, Yesus sudah mengalahkannya di atas salib.
Tuhan sudah mengalahkan maut, apakah itu berarti bahwa setiap orang beriman tidak akan mengalami maut lagi? Umat Tuhan pada suatu saat tetap akan mengalami kematian, namun konsep tentang kematian itu sudah berubah. Maut tidak lagi sebagai hal yang menakutkan, namun sebagai "pintu gerbang" menuju kemuliaan kekal. Firman Tuhan menyebut orang percaya yang meninggal sebagai "tertidur", seperti yang tertulis di dalam 1Tesalonika 4:13, "Selanjutnya kami tidak mau, saudara-saudara, bahwa kamu tidak mengetahui tentang mereka yang meninggal (KJV: "concerning them which are asleep"), supaya kamu jangan berdukacita seperti orang- orang lain yang tidak mempunyai pengharapan" (bandingkan ayat 1Tesalonika 4:14 dengan Wahyu 14:13).
Orang biasa selalu berambisi untuk menyingkirkan dan memusnahkan musuhnya. Orang pintar mampu mengubah musuh menjadi teman yang membawa berkat. Orang pandai dapat mengubah sampah menjadi pupuk; dapat mengubah besi rongsokan menjadi mobil yang mahal.
Tuhan Yesus belum menyingkirkan maut; namun ia mengubah maut menjadi sesuatu yang berguna bagi umat-Nya, yakni menjadi "pintu gerbang" menuju kemuliaan kekal. Oleh karena itulah rasul Paulus berkata, "Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan." (Filipi 1:21)
2. Kemenangan atas konsep diri yang salah.
Setelah maut, musuh terbesar kedua bagi manusia adalah diri sendiri. Masyarakat menjadi kacau jika setiap pribadi tidak dapat mengontrol dirinya. Orang yang suka membuat masalah di dalam masyarakat maupun di gereja adalah orang yang mempunyai masalah di dalam diri sendiri yang belum dapat diselesaikannya. Mereka yang tidak mempunyai rasa aman di dalam diri akan mudah tersinggung dengan perkataan orang lain yang secara obyektif tidaklah menyerang mereka.
Rasul Paulus menceritakan tentang ambisinya pada masa lalu. Ia beranggapan bahwa dengan menganiaya jemaat Tuhan ia sedang beribadah kepada-Nya (Filipi 3:6). Blaise Pascal pernah berkata, "Kejahatan terkeji yang pernah terjadi dalam sejarah adalah kejahatan yang dilakukan atas nama agama." Sebagian orang menggunakan nama Allah, sebagai otoritas tertinggi untuk dimanipulir guna mendukung ambisinya sendiri.
Paulus menceritakan bagaimana pada masa lalu ia membangun harga dirinya dengan hal-hal yang secara lahiriah dapat dibanggakan, "Jika ada orang lain menyangka dapat menaruh percaya pada hal- hal lahiriah, aku lebih lagi: disunat pada hari kedelapan, dari bangsa Israel, dari suku Benyamin, orang Ibrani asli, tentang pendirian terhadap hukum Taurat aku orang Farisi, tentang kegiatan aku penganiaya jemaat, tentang kebenaran dalam mentaati hukum Taurat aku tidak bercacat." (Filipi 3:4b-6)
Namun sayangnya, apa yang dahulu ia banggakan telah membuat Tuhan sangat merasa malu dan bersedih hati. Apa yang ia anggap mulia, dihadapan Tuhan sama dengan "sampah" (ayat 8b, cat.: dalam bahasa aslinya adalah "kotoran manusia"). Apa yang dahulu ia anggap benar, dihadapan Tuhan sebenarnya salah belaka (ayat 9).
Setelah mengenal Yesus sebagai Juruselamat, ambisi Paulus berubah, seperti yang tertulis di dalam Filipi 3:10-11, "Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya, supaya aku akhirnya beroleh kebangkitan dari antara orang mati."
Jadi, Paulus mengalami perubahan dalam "konsep nilai"-nya. Konsep nilai berkaitan dengan sesuatu yang dianggap paling berharga di dalam kehidupan seseorang. Segala hal boleh dikorbankan demi sesuatu/seseorang yang dianggap paling berharga.
Bagaimana dengan konsep nilai Anda? Falsafah Komunis mengatakan, "Satu-satunya yang bernilai adalah materi." Ada banyak orang berkata, "Yang paling bernilai adalah uang." Kaum hedonis berkata, "Yang terpenting adalah kenikmatan." Bagaimana dengan falsafah hidup orang Kristen? "The only value is truth" (yang paling bernilai adalah kebenaran). Seperti Tuhan Yesus pernah berkata, "Kuduskanlah mereka dalam kebenaran, firman-Mu adalah kebenaran." (Yohanes 17:17)
Kebenaran jangan dijual (untuk mendapatkan sesuatu), namun kebenaran harus dibeli (yang lain boleh dikorbankan demi kebenaran, Amsal 23:23).
3. Kemenangan atas segala tantangan dan kesulitan.
Apakah umat Tuhan bisa hidup bebas dari segala tantangan dan kesulitan? Tidak! Justru melalui tantangan dan kesulitan yang dialami akan terbuktilah kemenangan yang dari Tuhan bagi umat- Nya. Seorang pemenang adalah dia yang telah mengalahkan segala kesulitan dan tantangan di dalam hidupnya. Jikalau tidak ada kesulitan, menang atas apa?
Firman Tuhan tidak mengajar kita untuk lari dari kesulitan. Jikalau hal itu dikehendaki Tuhan, mintalah hikmat dan kekuatan daripada-Nya untuk menaklukkan segala kesulitan, Rasul Paulus menuliskan firman Tuhan yang dialaminya sendiri di dalam pelayanannya,
"Kristus Yesus, yang telah mati? Bahkan lebih lagi: yang telah bangkit, yang juga duduk di sebelah kanan Allah, yang malah menjadi Pembela bagi kita? Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang? Seperti ada tertulis: "Oleh karena Engkau kami ada dalam bahaya maut sepanjang hari, kami telah dianggap sebagai domba-domba sembelihan." Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita." (Roma 8:34-37)
Semua umat Tuhan mengamini bahwa Allah adalah maha kuasa. seringkali kemaha-kuasaan-Nya diartikan sebagai Allah yang mampu mengubah semua situasi-kondisi yang sulit dalam hidup kita. Kita lupa, bahwa Allah yang maha kuasa juga mampu mengubah sikap hati kita terhadap kesulitan yang sedang dihadapi.
Pada waktu Yesus berada di Taman Getsemani, Ia minta jikalau boleh, cawan kepahitan itu dilalukan daripada-Nya. Tetapi Bapa- Nya di Sorga tetap menghendaki Yesus meminum cawan itu. Bapa mengirim seorang malaikat untuk memberi kekuatan kepada-Nya (Lukas 22:43). Salib itu tetap harus dipikul, namun sikap hati manusia Yesus telah diubah dan dikuatkan. Hasil-nya, Yesus dapat tegak berdiri untuk menghadapi salib dengan sikap hati yang tangguh (bandingkan Yohanes 18:4-8).
Dalam bukunya "Harmagedon", Billy Graham pernah menuliskan kata- kata sebagai berikut, "Alkitab dan sejarah Gereja menunjukkan bahwa jalan keluar dari Allah bagi penderitaan umat-Nya tidak selalu berarti bebas dari penderitaan itu sendiri, melainkan kuasa untuk dapat bertahan dalam penderitaan."
Apa arti "lebih dari pemenang" (Roma 8:37)? Seorang pelari maraton sudah jauh melebihi lawan-lawannya dan sampai di garis finish. para penonton memberikan tepuk tangan untuk kemenangannya. Namun, tiba-tiba ia mempunyai ide. Ia melihat semua lawannya masih jauh tertinggal di belakang. Maka dengan kekuatan yang masih ada, ia mengambil ancang-ancang untuk lari sprint. Ia memutari satu lingkaran lagi dan sampai ke garis finish. Semua penonton berdiri, memberikan tepuk tangan, dan mengelu-elukannya. Pelari itu telah muncul sebagai "lebih dari pemenang".
Yesus sewaktu disalibkan dan dalam keadaan sangat menderita, Dia masih bisa berdoa untuk pengampunan bagi orang-orang yang menyalibkan-Nya. Juga, Ia masih memperhatikan ibunda-Nya Maria. Dia meminta Yohanes, salah satu murid-Nya untuk memperhatikan Maria (Lukas 23:34; Yohanes 19:26-27). Yesus menjadi Tokoh yang lebih dari pemenang.
Sejumlah besar pujian yang terkenal digubah pada saat pengarangnya sedang mengalami tantangan dan cobaan yang begitu berat. Charlotte Elliot telah mengubah lagu "Sebagai-mana Adaku" ("Just As I Am", tahun 1836) pada waktu ia mengalami cacat tubuh dan tak berdaya. H.G. Spafford mengubah lagu "Nyamanlah Jiwaku" ("It is Well with My Soul") pada waktu musibah secara beruntun menimpa hidup dan keluarganya. Perusahaannya mengalami pailit, lalu kedua anaknya meninggal dunia dalam suatu musibah karam kapal. Fanny Crosby menggubah ribuan lagu pujian dalam keadaan buta selama puluhan tahun sampai ia meninggal dunia. Ia masih berusia 3 tahun pada waktu penyakit mata menyerangnya. Louis Pasteur menderita epilepsi dan lumpuh sebelah. Namun, penyakitnya itu malah mendorong dia untuk mengadakan riset di laboratoriumnya, sampai ia menemukan teori Pasteurisasi yang sangat berguna di dalam dunia medis sampai saat ini.
Dalam segala kesulitan yang dialami oleh orang-orang tersebut di atas, mereka tidak mengeluh kepada Tuhan, tetapi malah mengarang syair-syair, lagu-lagu yang membangun, serta hasil riset yang telah menjadi berkat bagi jutaan orang. Mereka telah keluar sebagai "lebih dari pemenang".

1 komentar:

  1. terimakasih buat renunganya,memang benar anak2 Tuhan harus selalu lebih karena selalu kelimpahan,klo ada permintaan harus berjalan 1 km kita mampu berikan 5 km,hebat gak.....

    BalasHapus